Author PoV
Pukul 12.30 siang hari, Aldi mengedipkan matanya dan dengan malas bangun dari atas tempat tidurnya. Tapi tidak ada tanda dari Nilam di sisinya. Dia bisa saja berpikir bahwa momen penuh cinta yang dihabiskan bersama Nilam semalam adalah sebuah mimpi yang dia pikirkan. Tapi tentu saja tidak, karena dia masih bisa merasakan aroma dari tubuh Nilam di bantal dan terlihat dengan jelas ada bukti dari sprei berwarna putih di atas tempat tidurnya itu.
Aldi melihat ke seluruh ruangan dan tidak ada tanda dari Nilam di dalam apartemennya. Tentu saja Nilam sudah pergi dengan meninggalkan sesuatu untuk Aldi makan dan juga menyiapkan obatnya. Tapi Nilam tidak ada di sana dan Aldi hanya ingin kehadiran Nilam saat itu. Aldi lantas mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon Nilam. Tapi ponsel Nilam tidak aktif.
"Kenapa kau tidak bisa menjawab panggilanku? Apakah kau berpikir bahwa yang terjadi itu hanyalah cinta satu malam saja atau kau memang menyesalinya?" Ucap Aldi kepada dirinya sendiri.
Aldi berharap bahwa Nilam tidak menyesali keputusannya dengan memberikan Aldi hal pertama kali yang dia lakukan itu dalam hidupnya.
Keesokan harinya, Aldi pergi ke kampus dengan harapan bahwa dia mungkin bisa bertemu dengan Nilam. Tapi sayangnya Nilam tidak ada di manapun di kampus. Bahkan tidak ada yang mengetahui ke mana Nilam pergi.
"Aku minta maaf. Aku tidak bisa membantumu karena aku tengah berada di rumah keluargaku saat ini." Ucap Lila lewat sambungan telepon saat dia menjawab sebuah panggilan dan menyadari bahwa yang meneleponnya itu adalah Aldi yang tengah putus asa mencari kabar dari keberadaan Nilam.
"Dan apakah kau tidak tahu di mana aku bisa menemukan dirinya?" Tanya Aldi.
"Tidak, terakhir kali aku melihat dia berada di kos." Balas Lila.
"Dan Apakah kau tidak bisa berpikir kira-kira di mana dia berada sekarang?" Tanya Aldi lagi.
"Mungkin saja dia berada di Rumah Sakit untuk mengunjungi Mama nya." Balas Lila.
"Tidak, dia tidak ada di sana." Ucap Aldi.
"Kalau begitu, aku tidak bisa membantumu Aldi. Aku minta maaf." Ucap Lila yang lagi-lagi meminta maaf.
"Oh ya, bagaimana dengan rumah Tante nya? Bu Amelia pernah berkata sesuatu tentang Tante nya itu dan aku rasa di sanalah di mana adiknya berada." Ucap Aldi.
"Sekali lagi aku minta maaf Aldi, tapi aku tidak bisa membantumu dengan hal itu." Ucap Lila.
Tut.. tut.. tut...
Aldi dengan sedih menutup sambungan telepon itu. Kemudian dia beralih melihat ke arah beberapa foto dari Nilam di ponselnya. Semua foto itu menunjukkan Nilam yang tampak tengah tersenyum bahagia. Beberapa foto lainnya menunjukkan mereka berdua yang berpasangan menggunakan sebuah kaos yang sama dengan Nilam yang memeluk leher Aldi atau Aldi yang tengah membawa tas milik Nilam dan juga memegang sebuah permen kapas berwarna pink.
Aldi tidak menyadari hal itu pada awalnya. Tapi mereka sudah menghabiskan momen pasangan yang begitu romantis bagi mereka bahkan saat mereka belum menjadi pasangan yang serius dan saat mereka menjadi pasangan yang sebenarnya mereka jauh lebih romantis.
Aldi menghela nafas dan terus melihat ke arah ponselnya.
"Di mana kau sebenarnya Nilam Yuniarta Widuri?" Ucap Aldi.
...****************...
Di sisi lain, Nilam tampak tengah membersihkan seluruh rumah besar itu. Dia baru saja membersihkan tangga saat Linda sepupu tertuanya menumpahkan seember air kotor di bawah tangga.
"Lantainya sangat kotor, cepat bersihkan." Ucap Linda.
Saat itu Nilam ingin memarahi Linda dan bahkan berteriak kepadanya. Tapi dalam rumah itu di mana Nilam dikenal hanyalah sebagai seorang pelayan. Jadi dia harus membiarkan dirinya berada di bawah kendali pemilik rumah.
"Iya, aku akan membersihkan semuanya." Balas Nilam dan mencoba untuk bersikap sangat sopan yang dia bisa, padahal jauh di dalam hatinya, dia sangat ingin bereaksi untuk melawan sepupu tertuanya itu.
Sepanjang hari Nilam terus melanjutkan untuk membersihkan dan bekerja seperti seorang pelayan di rumah besar itu. Untungnya Nilam akhirnya bisa kembali ke kampus hari berikutnya.
Saat dia memikirkan tentang kampus, hatinya lalu merasa begitu sedih. Dia berpikir bahwa Aldi mungkin saja sudah menemukan gadis lainnya. Nilam tidak bisa mengharapkan hal yang banyak dari Aldi. Setidaknya dia sudah merasa bahagia untuk mendapatkan pengalaman dengan mendapatkan perasaan dicintai oleh seorang pria.
"Kakak terlihat lelah. Apakah sepupu tertua membully Kakak lagi?"
Nilam langsung kembali kepada kesadarannya saat dia mendengar suara kecil dari adiknya itu.
"Arka... Maaf, apakah aku membangunkan mu?" Tanya Nilam.
"Tidak Kak, aku menunggu kakak sejak tadi." Ucap Arka.
"Menunggu aku? Tapi kenapa? Bukankah kau seharusnya tidur karena kau harus sekolah besok." Ucap Nilam.
"Iya, tapi kakak juga akan pergi untuk ke kampus Kakak besok. Aku mungkin tidak akan melihat Kakak beberapa waktu nanti, jadi aku mau mengobrol sedikit dengan Kakak ku." Ucap Arka.
Nilam pun setuju karena dia juga rindu untuk mengobrol dengan adik kecilnya itu. Di masa lalu mereka memiliki keluarga yang begitu bahagia, memang sangat bahagia sebelum Papa mereka meninggal dunia.
"Aku berharap bahwa Mama ada di sini Kak. Apakah kakak tidak berpikir jika Mama sebenarnya tidak sakit? Tante bisa saja membohongi kita selama ini." Ucap Arka.
"Mungkin.... mungkin saja Arka." Balas Nilam.
"Maka aku sangat berharap bahwa suatu hari nanti, kita bisa pergi bersama Mama dan tinggal bersama. Di mana hanya ada kita dan tidak ada Tante dan anak-anaknya yang jahat itu." Ucap Arka.
Itu adalah harapan yang sama seperti yang ada di pikiran Nilam. Tapi Nilam tidak bisa mengatakan apakah akan ada suatu hari di mana mereka bisa terbebas dari keluarga Tante mereka yang jahat itu.
Keesokan harinya berjalan dengan begitu cepat dan Nilam sudah ada di depan kosnya lagi.
"Iya Lila... Aku sudah kembali."
"Tidak... kau tidak perlu khawatir. Dia tidak menyebabkan banyak masalah."
"Arka baik-baik saja..."
"Iya, aku akan menunggu..."
Tut... tut... tut...
Nilam memutuskan sambungan telepon dengan Lila dan membuka pintu dari kosnya. Tapi saat dia menghidupkan lampu dari kosnya itu, dia melihat wajah Aldi yang membuat dia begitu ketakutan.
"Aldi...!!! Apa yang kau lakukan di sini? Kau membuat aku begitu takut." Ucap Nilam.
Tapi Aldi tidak bergerak sedikitpun. Dia hanya menatap Nilam seolah dia tampak begitu marah kepada Nilam.
"Al... Aldi...! Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Nilam.
Tetap saja Aldi tidak mengatakan apapun. Saat Nilam hendak menyentuh Aldi, Aldi tiba-tiba memegangi lengan Nilam dan langsung mendorongnya ke arah tembok.
Aldi langsung mencium Nilam dengan begitu kasar seolah tidak ada hari esok bagi mereka berdua. Aldi Terus mencium Nilam sampai bibir Nilam terasa begitu sakit dan Nilam bahkan tidak bisa bernapas.
Sebelum melepaskan Nilam, Aldi pun menggigit bibir Nilam.
"Ah... Aldi Kenapa kau melakukan hal itu?" Teriak Nilam mendorong Aldi pergi.
Tapi Aldi tidak berhenti untuk menatap Nilam.
" Aldi kau...."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments