Cintai Aku

"Hentikan, hentikan sekarang juga Aldi. Kau akan membunuh mereka." Teriak ku berharap bahwa dia akan berhenti.

Tapi Aldi terus saja memukuli para pria itu dengan membabi buta.

"Aldi hentikan semua ini secepatnya. Jika tidak, aku tidak akan pernah mau bicara denganmu lagi."

Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan hal itu. Tapi nyatanya semua itu akhirnya berhasil karena Aldi melepaskan para pria itu dan berjalan mendekat ke arahku. Dia bahkan tidak mengatakan apapun dan menarik aku dari keramaian dan membawa aku ke sebuah ruangan sepi di mana hanya ada aku dan dirinya. Dia mendorong aku ke tembok dan mendekatkan tubuhnya padaku.

"Apa yang baru saja kau katakan tadi di sana?" Ucap Aldi padaku.

"Hah...? Aaa... apa yang kau katakan?" Ucap ku.

"Aku tidak akan pernah menerima jika kau mengabaikan aku. Kau jangan berani-beraninya untuk melakukan hal itu padaku." Ucap Aldi.

"Memangnya apa yang harus aku katakan? Kau benar-benar ingin membunuh para pria itu jika aku tidak menghentikan mu." Ucap ku.

"Mereka pantas menerimanya. Berani-beraninya mereka mengatakan hal menjijikkan dan merendahkan tentang dirimu." Ucap Aldi.

"Apakah itu alasan kenapa kau hampir membunuh mereka? Ayolah Aldi... Ada ribuan wanita di luaran sana yang menerima ucapan dari pria seperti itu dan itu semua tidak bisa dihitung." Ucap ku.

"Aku tidak akan peduli kepada wanita manapun. Aku hanya mempedulikan dirimu. Jadi aku tidak akan membiarkan orang lain untuk memberikan tatapan nakal mereka kepada dirimu." Ucap Aldi.

"Kau tidak bisa memukuli orang di seluruh dunia hanya karena mereka tidak boleh melihat padaku. Yang benar saja Aldi." Ucapku tidak percaya dengan apa yang dia katakan.

"Kalau begitu, aku hanya bisa berharap jika aku bisa menyembunyikan mu di sebuah tempat, di mana hanya aku yang bisa memandang dirimu. Tapi aku takut kau hanya akan menjadi seekor burung di dalam sangkar. Aku tidak mau untuk mengurung mu." Ucap Aldi.

"....." Aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

"Aku hanya mau menjadi satu-satunya pria yang bisa menyentuhmu, mencintaimu, satu-satunya orang yang menyentuh hatimu dan satu-satunya orang yang mencium bibir manis mu itu." Lanjut Aldi.

Setiap ucapan yang keluar dari bibir Aldi membuat tubuhku terasa gemetar. Kemudian matanya berakhir dengan menatap bibirku. Setiap sentuhannya membuat aku merasa gemetar dan aku tidak bisa menghentikan dirinya. Mungkin aku lelah, dia semakin mendekat ke arah bibirku dan bibir kami pun bertemu sebelum aku bisa mendorong dia menjauh.

"Jangan menciumku sembarangan."

Dia berhenti, tapi kemudian aku melihat sebuah senyuman muncul dari bibirnya. Setiap senyuman yang selalu membuat hatiku terus berdetak kencang dan aku bisa saja kehilangan kontrol akan diriku seperti para gadis lainnya. Untung saja dia bukanlah tipe seorang pria yang mengambil kesempatan dari hal itu.

"Ada apa? Kita sudah sering berciuman banyak kali. Tapi kau tetap saja begitu...." Ucap Aldi.

"Bukan karena itu." Ucapku menyela Ucapannya.

"Jadi apa yang salah?" Tanya Aldi.

"Aku lelah Aldi. Aku lelah memainkan peran sebagai kekasih palsu mu. Aku lelah untuk melawan perasaanku sendiri. Aku mencoba begitu kuat untuk tidak jatuh cinta padamu karena aku tahu kau tidak akan memberikan perasaanmu dalam hubungan ini. Tentu saja aku menjadi begitu bodoh untuk jatuh cinta kepada seorang pria brengsek, playboy, psycho.... ummmphh..."

Aku tidak bisa mengakhiri ucapan ku karena Aldi langsung menciumku dengan begitu liar. Bahkan aku mencoba untuk menjauh darinya tapi dia memegang tanganku ke tembok dan terus menciumku. Kemudian dia menggigit bibirku dan aku menghela nafas, memberikan dia kesempatan untuk semakin memperdalam ciumannya padaku.

Aku tidak bisa menolaknya lebih lama lagi, jadi aku merespon ciumannya dan kami pun berciuman beberapa saat, sebelum dia melepaskan aku dan aku menyandarkan kepalaku di dadanya mencoba untuk mengambil nafasku atau mungkin aku mencoba untuk melarikan diri dari tatapan matanya.

Aku mendengar dia tertawa kecil saat aku membaringkan kepalaku di dadanya dan tentu saja jantungku bereaksi terhadap tawanya itu. Aku sangat suka mendengar dia tertawa atau dengan senyumannya itu.

"Kelihatannya kau tidak bisa menolak ciumanku. Kau menyukainya sama seperti aku." Ucap Aldi.

"Diam lah pria brengsek." Ucap ku.

"Aku selalu menjadi pria brengsek bagimu Nilam." Ucapnya.

"Kenapa kau lakukan ini? Kau seharusnya tidak mencintai aku. Kau tidak peduli tentang suatu hubungan. Jadi kenapa?" Ucapku.

Dia dengan lembut mendorong aku menjauh dari dadanya dan melihat ke arahku dengan dekat dari matanya. Alisnya tampak mengkerut seolah itu menandakan bahwa dia tengah kesal.

"Jangan pernah mengatakan hal itu." Ucapnya.

"Hah..." Balasku.

"Aku peduli dengan hubungan kita lebih dari apapun di dunia ini. Sudah berapa kali dan berapa sering aku harus mencoba untuk membuktikan semua itu padamu. Kau begitu penting bagiku." Ucap Aldi.

"Aku...."

Aldi menyela ucapan ku.

"Mungkin aku harus melompat ke dalam lautan yang dalam agar kau bisa percaya kepadaku." Ucap Aldi.

"Jangan.... jangan... katakan itu. Aku tidak mau di salahkan atas kematian mu." Balas ku.

"Tapi kau akan disalahkan atas aku yang patah hati Nilam Yuniarta Widuri. Bagaimana aku bisa membuktikan cintaku kepadamu? Haruskah aku..."

Sebelum dia bisa mengatakan apapun lebih jauh. Aku sudah menutup mulutnya dengan mulutku dan menciumnya. Aku pikir bahwa aku bisa mendominasi ciuman ini. Tapi dia tetap terlalu mendominasi untuk bisa membiarkan aku mendominasi dirinya.

Kami berciuman cukup lama. Beberapa saat kemudian, dia mulai mencium leherku dengan tangannya yang mulai mengusap tubuhku. Dia memasukkan tangannya ke dalam pakaianku dan mulai menyentuh bagian sensitif ku dan aku juga mulai menyentuh tubuhnya. Aku ingin berhenti, tapi aku merasa bahwa aku tidak bisa melawan hasrat yang ada di dalam diriku.

Kemudian Aldi tiba-tiba melepaskan dirinya dariku.

"Jika kau menciumku seperti itu, aku takut jika aku kehilangan kontrol akan diriku sendiri." Ucap Aldi.

Mungkin dia hampir saja kehilangan kontrol dirinya. Tapi aku merasa bahwa aku lah yang sudah kehilangan kontrol akan diriku sendiri. Saat dia menyentuh dan menciumku begitu intim itu semua adalah perasaan yang begitu menakjubkan bagiku yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

"Aku rasa kita harus melupakan tentang latihan kita hari ini." Ucap Aldi dan aku pun setuju.

Tapi aku tidak bisa melupakan apa yang baru saja terjadi sekarang.

"Nilam, kau mungkin tidak akan percaya kepadaku. Tapi aku tidak pernah merasa begitu berhasrat kepada seorang wanita lain seperti apa yang aku rasakan padamu." Lanjut Aldi.

"Lalu kenapa kau berhenti?" Ucapku dan tiba-tiba menyesali apa yang baru saja aku katakan.

Entah kenapa aku merasa bahwa aku sudah bersiap untuk membiarkan dia menjamah ku.

"Tidak Nilam. Sebenarnya itu bukan apa yang aku maksudkan. ku..."

"Kau tidak mau..." Ucapku yang merasa sedikit kesal. "Huh!"

"Nilam, aku mau kau percaya padaku sepenuhnya dan aku tidak mau tubuhmu saja. Apa yang aku butuhkan lebih dari hatimu dan jika aku tidak bisa mendapatkan hatimu. Maka semua yang lainnya tidak aku butuhkan."

Ucapan Aldi terdengar begitu tulus dan aku benar-benar mau mempercayai dirinya. Percaya kepadanya dan percaya bahwa tidak ada satupun orang di dunia ini yang mencintai aku seperti dirinya.

"Cintai aku seperti aku mencintaimu Nilam Yuniarta Widuri." Ucap Aldi.

Ucapan nya itu masuk ke dalam pikiranku. Tapi aku akui jika aku memang sudah sangat mencintai dirinya. Aku sudah siap untuk memberikan hatiku padanya dan berharap bahwa suatu hari hubungan kami akan berakhir bahagia seperti kisah Cinderella dan pangerannya.

'Tapi apakah semua itu benar-benar mungkin terjadi padaku?'

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!