Perpustakaan

Aku menarik Lila untuk pergi bersamaku dan kami berjalan lurus pergi ke perpustakaan. Seperti yang Lila katakan sebelumnya. Aku memang sangat tidak suka untuk pergi ke perpustakaan karena perpustakaan terlalu sunyi bagiku. Jadi aku biasanya menghindari untuk pergi ke perpustakaan. Namun setidaknya dengan berada disini sekarang, aku bisa yakin bahwa aku bisa aman dari Aldi. Aku rasa pria seperti dirinya tidak suka pergi ke perpustakaan.

"Oh Nilam, pangeran tampan juga ada di sini." Ucap Lila.

"Apa? Pangeran tampan apanya?" Ucapku.

Saat aku melihat Aldi berjalan masuk ke dalam perpustakaan, aku dengan cepat mengambil buku dan menutup wajahku dengan buku itu.

"Ni..." aku menyela ucapan Lila.

"Aku bukanlah Nilam." Ucapku dan dia akhirnya mengerti apa yang aku maksudkan.

Aku hanya berharap dengan memegang buku ini, bisa menyembunyikan wajahku sampai Aldi bisa pergi.

"Hai gadis-gadis, bisakah kami duduk bersama kalian?"

Aku membeku saat aku mendengar suara Aldi. Dia mendekat ke arah meja kami dengan kedua temannya. Lila tahu bahwa aku menghindari Aldi, jadi dia mungkin akan...

"Iya silakan, buat diri kalian nyaman di sini." Balas Lila kepada Aldi.

Aku tidak bisa mempercayai apa yang aku dengar. Aku baru saja dijual oleh Lila sahabatku sendiri. Dia tahu bahwa aku tengah menghindari Aldi, tapi dia malah mengundang Aldi untuk duduk di meja kami. Aku merasa bahwa aku ingin menamparnya saat ini juga.

"Hai Nilam Yuniarta Widuri, apakah menyenangkan membaca buku dengan terbalik?"

"Apa?" Ucapku terkejut.

Punggungku terasa membeku saat dia memanggil namaku. Jadi sebenarnya dia tahu selama ini bahwa aku memang ada di sini. Aku lalu menurunkan buku itu dan menatap ke arahnya. Tapi dia melihat ke arahku dengan senyuman di bibirnya.

"Dasar penguntit." Ucapku dengan kejam langsung ke arahnya agar dia bisa mendengar ucapan ku.

Tapi dia hanya tersenyum dan senyumannya itu malah terlihat seperti senyuman malaikat. Aku berpikir bagaimana seorang iblis seperti dirinya bisa mempunyai senyuman yang begitu manis seperti senyuman malaikat itu.

'Apa yang sebenarnya aku pikirkan? Bagaimana mungkin aku mengatakan bahwa dia mempunyai senyuman yang manis?'

Aku menyumpahi diriku sendiri dan mengusap kepalaku seolah itu bisa membantu aku menghilangkan pikiranku tentang dirinya.

Dua hari yang lalu pria brengsek ini mencuri ciuman pertamaku yang berharga dan memperlakukan aku dengan buruk dan meminta aku untuk menjadi kekasihnya. Jadi bagaimana mungkin aku bisa mengagumi senyumannya itu.

"Nilam, apakah kau baik-baik saja? Kau terlihat tengah memiliki masalah."

Pria brengsek itu bertanya kepadaku seolah dia tidak tahu apa yang tengah aku permasalahkan.

Tentu saja dialah yang membuat masalah bagiku. Jika dia bisa menghilang dari hidupku dengan instan, aku pasti akan sangat bersyukur.

"Iya ada seekor serangga besar yang membuat masalah denganku." Ucapku padanya.

"Serangga besar?" Tanya Aldi dengan ekspresi bingung di wajahnya, seolah dia tidak tahu apa yang sebenarnya aku bicarakan.

"Iya serangga besar sekali." Balas ku lagi.

Aku mengepalkan tanganku seolah menunjukkan seberapa besarnya serangga itu. Tapi dia hanya tertawa dan aku merasa ingin meninju wajahnya yang tampan.

'Apa? Jangan lagi Nilam. Kenapa kau malah memuji nya terus?'

"Ya, sepertinya serangga besar itu sangat penting bagimu." Ucap Aldi.

"Apa?" Ucapku.

"Iya, karena serangga itu terus saja ada dalam pikiranmu." Balas Aldi.

"Apa yang kau katakan?" Ucapku dengan tidak percaya.

Tapi, tidak peduli bagaimanapun aku mencoba untuk menghilangkan dia dari pikiranku, aku tetap saja tidak bisa.

"Seperti yang sudah aku katakan. Jika pikiranmu terganggu oleh sesuatu atau seseorang, itu berarti bahwa karena hal itu sangat penting bagimu." Ucap Aldi padaku.

Aku benci untuk mengakuinya. Tapi dia sebenarnya memang benar. Aku terlalu membuat dia begitu penting dalam pikiranku, sehingga dia terus ada dalam pikiranku.

"Terima kasih untuk sarannya senior Aldi. Sekarang bisakah kami pergi? Aku dan Lila akan pergi dari sini sekarang." Ucapku.

"Apa? Tapi aku belum selesai membaca." Ucap Lila menolak untuk pergi.

Membaca apanya? Dia sebenarnya tengah saling menggoda dengan teman-teman Aldi dan benar-benar melupakan aku. Jadi aku tidak mendengarkan dia dan aku langsung menariknya keluar dari dalam perpustakaan bersamaku.

"Nilam, kenapa kita harus pergi begitu cepat? Aku tadi bersenang-senang." Protes Lila dengan wajah yang kesal saat berjalan keluar melalui lorong perpustakaan bersamaku.

"Tapi aku tidak." Balas ku.

"Hmmm, kau benar-benar menyebalkan. Kau sudah punya pangeran tampan untuk dirimu sendiri dan aku bahkan tidak bisa untuk berdekatan dengan teman-temannya." Ucap Lila cemberut.

"Aku akan sangat bahagia untuk memberikan dia kepadamu jika kau mau." Ucapku.

"Omong kosong. Dia tidak akan menyukai aku dan aku tidak mau mengambil kekasih dari sahabat baikku." Ucap Lila.

"Dia bukan kekasihku, oke." Balas ku.

Beberapa saat kemudian aku melihat ponselku berdering yang menunjukkan suatu peringatan.

"Aku harus pergi sekarang. Aku punya pekerjaan paruh waktu saat ini." Ucapku kepada Lila.

"Baiklah aku masih ada kelas untuk Aku hadiri." Balas Lila padaku.

"Maka aku rasa kita akan bertemu di rumah nanti." Balas ku.

"Oke, jangan lupa untuk bawa pulang beberapa makanan ringan." Ucap Lila.

"Tentu." Balas ku dan langsung berjalan ke sisi lain mencoba untuk menutup tasku dan tiba-tiba aku tertahan saat sepasang tangan tiba-tiba menarik aku ke sudut ruangan.

Itu ternyata adalah Aldi yang menarik aku dan mendorong aku ke tembok.

"Kau.... Bagaimana kau... Emmmphhh!!!"

Dia menutup mulutku dengan bibirnya. Dia mencium aku begitu inten dengan memegang tanganku dan mendorong aku ke tembok. Tidak peduli bagaimanapun aku mencoba melepaskan diri dari tangannya, dia tidak akan pernah melepaskan tanganku. Dia menciumku dengan lembut dan kemudian menggigit bibirku yang membuat aku kesakitan.

Dia terus mencium aku hingga memperdalam ciumannya. Aku tidak bisa kabur dari ciumannya yang dominan itu. Aku kemudian merasakan bahwa tubuhku menyerah dan sebelum aku akhirnya menyadari bahwa aku malah merespon ciumannya dan mengeluarkan suaraku diantara ciuman kami. Dia terus menciumku sampai aku hampir kehilangan nafas.

Kemudian dia melepas ku dan aku membuka mataku dan melihat dirinya tersenyum. Senyuman mematikan itu, yang aku tidak bisa menolaknya tapi malah mengaguminya.

"Kau... Kenapa kau melakukan hal itu?" Ucapku seraya mencoba untuk mengambil nafasku.

"Itu hukuman bagimu karena mengabaikan aku." Ucapnya.

"Apa?" Balas ku.

"Dimulai dari hari ini, setiap kali kau berani untuk mengabaikan aku atau menghindar dariku, aku tidak hanya akan mencium mu tapi aku akan meyakinkanmu bahwa aku akan mencium mu di depan publik." Ucap Aldi.

"Brengsek!" Ucapku.

"Aku tahu Nilam Yuniarta Widuri, aku selalu menjadi pria brengsek hanya untukmu." Ucapnya.

Dia tersenyum dan berjalan menjauh dariku. Tapi aku benar-benar penuh kemarahan saat dia pergi begitu saja. Beraninya dia melakukan hal itu kepadaku dan pergi begitu saja seolah tidak ada yang terjadi.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!