Beberapa tahun yang lalu...
"Nilam bangunlah Nilam....!!"
Aku merasa ada sebuah pukulan atau sebuah buku yang sangat tebal terasa mengetuk di kepalaku dan itu ternyata adalah dosen matematika ku, Bu Delia. Aku langsung bangun dan melihat kearahnya yang menatap ke arahku seolah dia itu seperti seekor singa yang begitu marah.
"Nilam, apakah kau ingin mengejek aku?" Tanya Bu Delia.
"Ti... Tidak Bu Delia. Aku tidak bermaksud mengejek Ibu." Balas ku..
"Oh benarkah? Jadi apakah bagimu pelajaran ku ini sangat tidak menarik? Kenapa kau bisa tidur di dalam kelasku?" Tanya Bu Delia lagi kepadaku.
"Aku... aku minta maaf Bu Delia. Ini hanya karena aku mengalami vertigo." Ucapku gugup.
"Aku mengerti.... Kalau begitu biarkan aku membantumu untuk menyembuhkan vertigo mu itu." Ucap Bu Delia.
'Menyembuhkan vertigo ku?'
Aku mengedipkan mata sebagai respon atas ucapan Bu Delia yang begitu tiba-tiba mengatakan hal itu. Aku sebenarnya tidak bisa mengerti dengan apa yang dia maksudkan oleh Bu Delia untuk menyembuhkan vertigo yang aku alami, yang sebenarnya vertigo ini bukanlah suatu penyakit yang begitu serius bagiku.
Aku bukanlah seorang penakut. Tapi aku tidak pernah bisa menandingi wanita yang ada di depanku ini. Tapi aku selalu merasa muak dengan pemahamannya yang selalu salah terhadap diriku.
Bagaimanapun, yang ada di dalam pikiran seorang guru seperti Bu Delia yang mengatakan bahwa aku ini seorang pemalas, sebenarnya salah besar. Aku bukan lah pemalas, aku hanya tidak tertarik terhadap pelajaran matematika yang diajarkannya.
"Tapi Bu, hanya ada satu cara untuk menyembuhkan vertigo ku ini, yaitu dengan membiarkan aku tidur. Apakah Bu Delia akan mengizinkan aku untuk tidur kembali?" Tanyaku.
Saat itu tatapan Bu Delia langsung berubah marah, tatapan yang bisa aku sebut dengan 80% kemarahan. Untungnya kemarahannya itu tidak lebih tinggi dari itu. Bagaimanapun 80% juga cukup besar dan bisa menyebabkan masalah untukku. Untuk hal itu, aku pun diberikan hukuman untuk membersihkan semua toilet wanita.
Aku hanya bisa menghela nafas dan mengikuti perintahnya karena itu semua memang kesalahanku.
Aku menghabiskan sepanjang waktu untuk membersihkan toilet wanita di mana aku bisa menyebut semuanya adalah puncak dari segala kotoran. Aku benar-benar tidak bisa mempercayai bahwa orang yang begitu pembersih seperti diriku ini harus menyentuh semua hal kotor seperti ini.
"Nilam.... Nilam...."
Aku mendengar sahabat baik ku, Lila, memanggil aku dari jarak yang cukup jauh. Dia lalu berlari dengan cepat ke arahku.
"Hai Lila." Ucapku tersenyum.
"Aku dengar bahwa kau dihukum oleh Bu Delia. Aku mau datang kemari dan membantumu tapi aku..."
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu merepotkan dirimu sendiri tentang hal ini." Balas ku.
"Jadi.... apakah sekarang kau sudah selesai?" Tanya Lila yang menatap aku masih memegang alat pel.
"Iya sebentar lagi. Berikan aku waktu beberapa menit lagi untuk menyelesaikan tugas ini dan aku akan segera menemui mu nanti." Balas ku.
Lila menganggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan aku.
Beberapa saat kemudian, aku pun selesai melakukan semua hukumanku. Setelah itu, aku lantas pergi ke gudang yang merupakan ruangan tempat menaruh semua barang-barang pembersih itu, seperti deterjen dan juga alat pel. Ruangan itu sedikit besar. Aku pun berjalan ke arah belakang sebuah lemari besar untuk menaruh deterjen itu.
Aku masih berada di belakang lemari saat aku mendengar pintu terbuka dan tertutup kembali. Tiba-tiba aku mendengar dua orang mulai bertengkar dan hanya Tuhan yang tahu apa alasannya.
"Bagaimana kau bisa begitu kejam kepadaku Aldi? Aku memberikan semua yang aku miliki kepadamu dan kau tetap mau kita berpisah dan memutuskan hubungan kita tanpa memikirkan perasaanku."
Aku mendengar suara seorang wanita yang setelah itu diikuti oleh suara seorang pria yang terdengar marah.
"Hah... perasaan apa yang kau maksud itu? Jangan membuat aku tertawa Sinta. Sebelum kita memulai hubungan ini, kau sudah tahu bahwa tidak ada perasaan apapun diantara kita berdua."
"Tapi aku aku berpikir setelah apa yang terjadi diantara kita kau dan aku..."
"Berhentilah bermimpi Sinta. Tidak ada seorang gadis yang bisa mengambil hatiku hanya karena menghabiskan satu malam bersamaku." Ucap pria itu menyela ucapan si wanita.
"Kau begitu kejam..." Balas si wanita.
Aku mendengar suara wanita itu menangis dengan keras. Aku tidak tahu bagaimana wajahnya, yang aku tahu di pasti merasa sangat terluka meski aku tidak bisa melihat ekspresi di wajahnya. Tapi aku percaya bahwa tidak ada gadis manapun yang akan merasa baik-baik saja setelah mendengar ucapan yang begitu kejam dari pria yang mereka cintai.
Tapi tangisan wanita itu sepertinya tidak membuat pria itu peduli padanya. Apa yang terjadi malah ucapan yang dia keluarkan dari mulutnya tampak seperti sebuah batu yang di taruh di pundak wanita itu yang membuat wanita itu merasa kesakitan, atau hal lainnya adalah, ada air dingin yang ditumpahkan di wajah wanita itu tanpa aba-aba lebih dulu.
"Dalam hal apa aku ini merupakan orang yang kejam? Haruskah aku mengingatkan padamu bahwa kau sendiri lah yang memaksa untuk memberikan tubuhmu kepadaku." Ucap pria itu.
"Dan kau sama sekali tidak menolak ku. Jadi kenapa sekarang kau malah menolak ku?" Tanya wanita itu lagi.
"Aku sudah mengatakan kepadamu sebelumnya bahwa aku tidak tertarik kepadamu. Aku bosan dengan bagaimana posesifnya dirimu. Kau begitu cemburuan dan juga terlalu mesum kepadaku. Aku hanya membutuhkan seorang kekasih yang jinak yang bisa membuat semua fansku menjauh dariku dan hanya dirinya yang bisa ada di depanku." Ucap pria itu.
"Aku bisa jadi wanita seperti itu dan menghangatkan tempat tidurmu setiap malam jika kau mau." Balas wanita itu.
Itulah saat aku menyadari bahwa wanita itu tidak begitu terluka, karena dia memang sudah bersiap untuk menyerahkan dirinya untuk seorang pria seperti itu.
'Di mana harga dirinya sebagai seorang wanita?' pikirku dengan membeku.
Aku begitu heran akan sikap wanita itu.
"Aku benar-benar muak terhadap seorang wanita seperti dirimu. Pergilah menjauh dari hadapanku." Ucap pria itu.
"Al... Aldi...." Seru wanita itu.
"Aku bilang keluar lah...." Teriak pria itu.
Aku mendengar pria itu berteriak dengan sangat keras. Aku pun mengintip dan melihat bahwa wanita malang itu dengan tanpa harga dirinya berlari keluar dengan air mata yang mengalir di pipinya saat pria itu tampak berdiri dengan tidak merasa bersalah sedikitpun. Dia berdiri membelakangi aku.
'Dasar pria kotor.' ucapku pada diriku sendiri.
Aku lalu berdiri bermaksud untuk pergi meninggalkan pria itu ke arah lainnya, tapi aku tidak sengaja membuat suatu barang terjatuh yang membuat suara keras dan membuat kehadiranku yang tadinya tidak diketahui sekarang diketahui olehnya.
"Siapa di sana?" Teriaknya melihat ke arahku.
Tapi aku begitu kesal dengan keteledoran ku ini.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?' pikirku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments