Kedatangan Aldi

Aku mematung di saat aku membuka mataku dan melihat Aldi memegang pecahan botol itu dan tangannya tampak terluka dan aku melihat dari sorot matanya tampak begitu penuh kemarahan. Bibirnya yang selalu menampilkan senyuman, tapi sekarang berubah dengan penuh kemarahan.

Ketakutan akan tatapan penuh kemarahan Aldi, Sinta pun perlahan mundur. Tapi aku masih dipegang oleh tangan teman-temannya sampai Aldi membuang tatapan mematikan kepada para gadis yang memegang aku dan mereka semua langsung mundur seolah mereka tengah melihat iblis dalam wujud manusia.

"Al... Aldi... itu.... itu bukan seperti yang kau pikirkan." Ucap Sinta dengan gugup seraya berjalan mundur.

"Beraninya kau Sintaaaa.... Beraninya kau menyakiti dia. Kelihatannya kau sudah lelah untuk hidup di dunia ini." Ucap Aldi dan berbalik menatap ke arah ketiga gadis yang sejak tadi memegang tanganku itu.

Aku sebenarnya tidak tahu apa yang Aldi katakan kepada mereka, karena dia hanya berbisik kepada mereka dan mereka semua langsung berlutut memohon pengampunan dari Aldi.

"Aku rasa kalian semua salah orang. Aku bukanlah orang yang seharusnya mendapat permohonan maaf dari kalian." Ucap Aldi lagi.

Mereka semua pun langsung berlutut di kakiku untuk memohon pengampunan dariku.

Situasi itu tidak bisa aku kendalikan dan Aldi lah yang sudah mengendalikan semuanya. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa lega saat ini. Aku bisa melihat sisi lain dari dirinya yang membuat aku kagum saat dia membuat para gadis itu menjauh. Dia lalu berjalan mendekat ke arahku dan melihat ke arahku beberapa saat.

"Aldi...."

Ucapan ku terhenti karena pelukan yang dia lakukan secara tiba-tiba. Aku bisa saja mendorongnya menjauh. Tapi aku tidak melakukannya. Aku merasakan kehangatan dan rasa aman dari pelukannya itu. Aku mau dia terus memelukku seperti ini hanya sebentar saja.

"Kenapa kau tidak mengatakan kepadaku tentang semua ini dan meminta tolong dari ku?" Tanya Aldi padaku.

"Apa?" Ucapku bingung.

Aldi langsung melepaskan aku dari pelukannya dan aku merasa sedikit kecewa seolah aku masih menginginkan pelukannya sedikit lebih lama lagi.

"Kenapa kau tidak memberitahukan kepadaku apa yang sudah kau lalui selama ini." Ucap Aldi lagi.

"........"

Aku tidak bisa berkata apa-apa.

"Sebagai seorang pangeran tampan, bagaimana bisa aku membiarkan orang lain membully calon permaisuri ku ini." Ucap Aldi.

"Permaisuri? Apa yang kau katakan? Siapa permaisuri mu." Ucapku.

"Semua orang di kampus ini menyebut aku sebagai pangeran tampan. Jadi tentu saja kekasihku itu adalah permaisurinya..." Ucap Aldi lagi kepadaku.

"Kekasih apanya? Apakah kau tahu bahwa aku hampir dibunuh karena mendapatkan status itu.' Teriakku kepada Aldi dan merasa kesal pada pria macho yang berdiri di depanku ini.

"Tidak lagi." Balas Aldi.

"Hah...." Balas ku.

"Selama aku ada di sini, tidak akan ada seorangpun yang bisa menyakitimu." Ucap Aldi.

"Kau... Kau..."

"Percaya kepadaku Nilam Yuniarta Widuri." Ucap Aldi dengan serius.

Aku tidak tahu kenapa, tapi saat dia mengatakan hal itu, aku merasa lega dan dilindungi. Seolah jika dia ada di sini tidak akan ada yang bisa menyakiti aku.

"Percaya kepadaku bahwa aku tidak akan pernah membiarkan seorangpun menyakiti dirimu." Ucap ku tidak mau mempercayai dia sepenuhnya.

Tapi kata-kata yang diucapkannya terdengar begitu lembut dan meyakinkan. Aku benar-benar ingin mempercayai dia saat ini.

"Nikmatilah keuntungan untuk menjadi kekasihku." Ucap Aldi lagi kepadaku.

Aldi memegang dagu ku dan mengangkatnya ke arah dirinya dan aku benar-benar kehilangan kontrol diriku menatap ke arah matanya. Seolah di sana ada kekuatan yang menarik aku ke arah matanya dan dia perlahan mendekat ke arah bibirku dan hal itu tidak membuatku merasa terganggu. Aku mau menghentikan semuanya, tapi aku tidak punya kekuatan untuk menghentikan semuanya. Bibir kami hanya tinggal beberapa inci dan tiba-tiba pintu terdengar terbuka.

"Nilam.... aku dengar bahwa....."

Lila tiba-tiba berhenti bicara saat dia melihat kami berdua dan aku langsung mendorong Aldi.

"Apa yang terjadi di sini?" Tanya Lila dan merubah situasinya menjadi semakin canggung antara kami semua.

Aldi pun terdengar terbatuk.

"Nilam, bisakah kau membawa aku ke ruang perawatan untuk mengobati lukaku ini." Ucap Aldi.

Oh ya aku hampir saja lupa bahwa Aldi melukai dirinya sendiri saat menolong diriku.

"Iya Lila, aku akan pergi untuk membawa Aldi pergi ke ruang perawatan. Aku akan menemui mu nanti." Ucapku kepada Lila.

Aku dan Aldi dengan segera kabur dari Lila yang tampak terdiam dengan reaksi kami dan aku harus mengakui bahwa aku benar-benar malu seperti seorang anak kecil yang ketahuan mencuri sesuatu.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!