PoV Aldi

Aldi PoV

Setelah berdebat dengan Sinta, aku merasa senang karena aku akhirnya bisa terlepas darinya. Banyak orang mengatakan bahwa aku ini seorang pria brengsek, playboy dan banyak ucapan kejam lainnya. Tapi aku ini bukan pria seperti itu. Aku bisa mengatakan bahwa diriku sendiri ini sebagai seorang yang hedonis dan aku hanya butuh untuk menemukan ketertarikan dan mengagumi seorang wanita yang aku kencani. Tapi jika mereka semua mulai begitu protektif dan menjadi begitu mesum padaku seperti yang dilakukan Sinta yang selalu berpikir bahwa dia bisa mengontrol hidupku, maka aku akan membuat mereka menjauh dari hidupku.

Aku menghela nafas saat aku berpikir bagaimana seorang gadis bisa menjadi begitu bermasalah dan aku hendak keluar dari gudang itu saat aku mendengar suara aneh yang membuat aku menghentikan langkahku untuk keluar dari gudang itu.

"Siapa di sana?" Teriakku dengan berdiri diam di sana.

Tapi tidak ada yang menjawab. Aku bisa saja pergi dan berpikir mungkin itu seekor tikus atau kucing. Tapi kemudian aku melihat sebuah kain yang terlihat seperti pakaian seorang wanita.

"Siapa di sana keluarlah, sebelum aku melakukan sesuatu." Ucapku lagi dengan berteriak marah.

Aku berpikir bahwa itu adalah gadis lainnya yang juga tergila-gila kepadaku.

Aku menjadi semakin marah saat orang itu tidak menunjukkan dirinya dan apa yang paling aku benci adalah dimata-matai orang lain. Jadi aku tidak akan membiarkan mata-mata itu bisa pergi begitu saja.

"Aku bilang tunjukkan dirimu...." Teriakku sekali lagi.

Kemudian aku melihat seorang gadis keluar dari belakang lemari. Alisku terasa naik saat aku melihat sosok gadis itu yang berjalan mendekat ke arahku. Kemarahan ku perlahan menghilang begitu saja saat aku menyadari bahwa gadis itu adalah dirinya. Dia adalah gadis yang sama yang mencuri perhatianku dari banyak gadis yang ada di sekolah ini.

Dia memiliki tinggi badan 168 cm dengan wajah yang cantik dan ukuran dadanya cukup besar setidaknya 37 atau 38. Dia mempunyai rambut hitam yang begitu indah yang turun ke pinggangnya dan matanya tampak begitu indah yang membuat aku seolah tenggelam di dalamnya. Melihat dia berjalan keluar dari tempat persembunyiannya membuat perasaanku tiba-tiba membaik dan aku memikirkan cara untuk bisa menggodanya.

"Oh jadi itu kau yang memata-matai aku." Ucapku.

"Aku tidak memata-matai mu. Disamping itu aku tidak melihat apapun dan mendengar apapun." Balasnya dengan penuh percaya diri.

Tapi dia seorang pembohong yang buruk. Dia juga begitu percaya diri dan dia mungkin saja berpikir bahwa aku akan melepaskannya begitu saja.

Aku memikirkan bagaimana untuk bisa mendekat ke arahnya dan saat itu juga aku menyerah memikirkan bahwa aku bisa menarik perhatiannya seperti gadis lainnya. Tapi sekarang aku melihat dirinya langsung di hadapanku atau aku bisa menyebut semua ini adalah takdir. Mungkin takdir yang membuat kami bisa bertemu di tempat seperti ini.

Aku ingin membuatnya untuk tetap sedikit lebih lama bersama denganku di sini. Jadi aku terus memanasi dirinya sampai dia mengakui bahwa dia mendengarkan percakapanku dengan Sinta. Aku sudah mengetahui hal itu tapi aku hanya ingin lebih menggodanya lagi.

"Kau berani mengatakan bahwa kau tidak memata-matai aku lagi." Ucapku kepadanya.

Aku mengatakan kepadanya sekali lagi dan seperti yang aku harapkan dia mencoba melawanku yang membuat aku tersenyum. Tapi alisku mendadak naik saat dia menyebut aku sebagai pria brengsek dan bukannya terlihat seperti malaikat melainkan seperti iblis. Aku tidak terlalu peduli tentang apa yang orang lain pikirkan tentangku. Tapi saat Nilam mengatakan hal itu kepadaku, aku merasa begitu terluka di dalam hatiku.

Aku berjalan ke arahnya dan membuat dia tersudut di tembok dan menjebaknya dengan tubuhku dan dia tampak terdiam.

"Apa yang akan kau lakukan? Jangan mendekat ke arahku atau aku akan..."

"Atau apa Nilam Yuniarta Widuri?" Ucapku memanggil nama panjangnya yang membuat dia begitu terkejut karena kami tidak pernah bertemu sebelumnya.

Tapi aku malah mengambil menyebut nama panjangnya dan dia pasti berpikir bagaimana aku bisa mengetahui namanya. Aku hanya satu kali mendengar namanya itu disebut oleh seorang guru dan nama itu langsung tercatat dalam pikiranku sejak saat itu juga.

"Atau aku akan memberikanmu jurus kungfu ku." Ucapnya dengan penuh percaya diri.

Tapi aku tidak bergerak sedikit pun karena aku mau melihat sisi liarnya, jika dia benar-benar melakukan apa yang dia katakan dan dia memang benar-benar menyerang ku. Tapi aku menangkap tangannya dengan cepat karena aku adalah seorang Master dari beladiri. Jadi aku bisa memegang tangannya dan memutarnya ke arah belakang kepalanya dengan mudah.

Tidak peduli bagaimana kuatnya dia mencoba untuk melepaskan dirinya dari satu genggaman tanganku, aku hanya memegang tangannya dengan satu tanganku. Dia begitu kuat tapi aku jauh lebih kuat darinya.

"Menarik..." Ucapku.

"Apa?" Tanya dirinya dengan panik dan aku kembali melanjutkan ucapan ku.

"Kau adalah kandidat terbaik."

"Kandidat terbaik?" Ucapnya dengan wajah yang bingung.

Dia bertanya padaku tapi tidak sedikitpun melihat ke arahku. Jadi aku perlahan mendekat ke arah wajahnya. Tapi dia mengalihkan wajahnya dari wajahku. Aku lantas tersenyum dan aku beralih ke arah telinganya kemudian meniup telinganya.

"Aku mau kau menjadi kekasihku." Ucapku dengan begitu lembut yang membuat dia tidak bisa mengucapkan apapun.

"Apa?" Ucapnya dengan begitu gugup.

"Jadilah kekasihku Nilam Yuniarta Widuri." Ucapku lagi.

"Apakah kau sudah gila? Kenapa kau bisa berpikir bahwa aku mau menjadi kekasih dari seorang pria brengsek seperti dirimu?" Ucapnya padaku.

"Semua itu tidak terserah padamu." Ucapku.

"Tentu saja ini terserah aku dan bahkan jika kilatan petir datang menyambar dan membuat aku mati, aku Nilam Yuniarta Widuri, tidak akan pernah mau menjadi kekasihmu." Ucapnya.

"Mmmm.... Aku mengerti. Sepertinya aku akan jauh lebih persuasif kepadamu." Ucapku dan mengeluarkan ponselku yang membuat dia begitu terkejut.

"Apa yang akan kau lakukan? Kau mau menelpon polisi untuk menangkap ku dan memaksa aku sampai aku setuju untuk menjadi kekasihmu?" Ucapnya.

Dia terlihat begitu percaya diri, percaya bahwa aku tidak akan melakukan apapun kepadanya dan tampak tidak peduli apapun yang terjadi.

Dia terus mencoba untuk membuat dirinya terlepas dariku. Tapi genggaman tanganku padanya menjadi semakin lebih kuat lagi.

"Lihat kemari." Ucapku.

"Apa... Mmmmhhh...!!"

Aku langsung mencium bibirnya dan mengambil foto selfie kami yang tengah berciuman.

Ciuman kami juga singkat, tapi begitu intens. Aku juga sangat menyukainya. Aku berharap bahwa aku bisa terus menciumnya saat ini.

"Kau.... Apa yang kau lakukan?" Ucapnya padaku.

"Wow.... foto ini sangat sempurna. Aku yakin semua orang akan menyukainya saat aku mempostingnya di forum kampus kita." Ucapku.

"Tidak, jangan di forum kampus. Itu... itu... akan terlihat oleh semua orang." Ucapnya dengan gugup.

"Tentu saja. Bahkan orang tua kita akan mengetahui bahwa kita sudah berkencan." Ucapku.

"Tidak, kumohon jangan." Ucapnya tiba-tiba terlihat ketakutan dan wajahnya perlahan menjadi pucat.

Aku tidak tahu kenapa, tapi aku dapat merasakan bahwa tubuhnya begitu gemetar.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

gaby

gaby

Awal crita yg bagus thor. Smoga tetep bagus sampe ending👍👍

2023-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!