Terikat Pak Dosen

Terikat Pak Dosen

Menanggung membayar hutang

“Haaaaaaaaa!! Ini di mana? Kenapa seluruh badanku terasa tidak nyaman?” ucap Arin sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing sambil duduk di dalam sebuah kamar dengan lampu yang menyala redup.

Di saat yang bersamaan, pintu kamar pun terbuka dan Arin yang tadinya ingin segera kabur ini pun tiba-tiba terjatuh dan menabrak orang tersebut yang samar seperti terlihat seorang laki-laki.

Melihat Arin seperti itu, orang tersebut pun bertanya, “Kamu gak apa-apa?”

Arin yang sudah tidak kuat ini pun akhirnya dengan wajah yang memerah berkata, “Tolong aku. Aku benar-benar gak nyaman.”

Melihat kondisi Arin yang seperti itu, orang tersebut pun bertanya, “Apa kamu yakin mau melakukannya?”

Tanpa menjawab ucapan orang tersebut, entah mengapa Arin langsung mencium bibir orang tersebut sehingga membuat orang tersebut pun terkejut beberapa saat dan kemudian terjadilah seperti yang Arin inginkan.

Pagi harinya karena begitu sangat malu, Arin pun langsung pergi begitu saja meninggalkan pria tersebut tanpa mengetahui siapa orang yang semalam sedang bersamanya karena saat itu kondisi kamar yang masih redup.

Karena terburu-buru, Arin rupanya menjatuhkan kartu mahasiswanya di kamar tersebut.

Setelah setengah jam kemudian, orang yang semalaman bersama Arin ini pun terbangun. Betapa terkejutnya dia saat melihat perempuan yang semalam bersamanya sudah pergi meninggalkannya.

Sambil tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya orang tersebut bergumam, “Perempuan jaman sekarang benar-benar tidak tahu caranya berterima kasih.”

Namun di saat orang tersebut hendak turun, dia menemukan kartu identitas dari perempuan tersebut sehingga membuat dia berkata, “Tertangkap kamu sekarang.”

***

“Dari mana saja kamu semalaman, hah!?” tanya Mama Tya sesaat setelah melihat Arin pulang.

Arin yang merasa seperti sedang tertangkap basah ini pun tiba-tiba saja terkejut dan terdiam.

Sedangkan di sisi lain ada seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan Adik tirinya yang bernama Yuke, dia berkata, “Aduh, Kak. Semalam aku cari Kakak ke mana-mana, kok tiba-tiba saja Kakak menghilang. Padahal waktu itu kakak sedang mabuk berat.”

Mendengar ucapan Yuke tersebut, Mama Tya pun langsung emosi dan berteriak, “Bagus ya. Sekarang jawab. Kamu pergi ke mana dalam keadaan mabuk hah!?”

Arin pun masih hanya terdiam seribu bahasa. Baginya, dia di rumah itu tidak memiliki hak untuk menjelaskan. Walau pun di jelaskan kalau dia sendiri juga kurang begitu paham dengan yang terjadi, siapa juga yang akan mau percaya.

Melihat Arin hanya diam saja, Mama Tya pun kemudian kembali berkata, “Baik. Jika kamu tidak mau bilang, gak apa-apa. Tapi, sebagai hukumannya, kamu harus bekerja di rumah Tuan Ardian. Kebetulan dia sedang memerlukan asisten rumah tangga. Jadi kamu Mama pekerjakan di sana untuk membantu mama membayar semua hutang-hutang mama dengan keluarga Ardian sampai hutang mama lunas.”

“A—apa, Ma? Maksud Mama, aku bekerja di sana sebagai pembantu tanpa terima gaji?” tanya Arin.

“Ya. Benar sekali,” sahut Mama Tya.

“Ta—tapi, Ma. Aku kan harus kuliah. Kalau aku bekerja di sana, lalu bagaimana caranya aku bisa kuliah?” tanya Arin memelas.

“Itu urusanmu. Cepat sana kemasi barang-barangmu dan cepat pergi ke sana sekarang juga!” bentak Mama Tya.

“Sukurin,” ucap Yuke.

Dengan lemas Arin pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan sesampainya dia di kamar, Arin pun menangis sejadi-jadinya. Dia meratapi nasibnya yang begitu buruk. Dari dikerjai orang, menyerahkan kesuciannya karena terpaksa dan kini harus menanggung membayar hutang-hutang Mamanya.

“Ayah, kenapa kau begitu cepat pergi meninggalkan aku dengan seorang ibu tiri yang benar-benar kejam seperti ini!?” gumamnya lirih sambil masih menangis.

Setelah beberapa saat kemudian, Arin yang telah selesai mengemasi barang-barangnya ini pun kemudian pergi melangkahkan kakinya menuju alamat yang diberikan oleh Mama Tya.

Dengan langkah yang lesu, akhirnya dia pun sampai di alamat tersebut dan ketika dia sampai di pintu gerbang, betapa terkejutnya dia melihat kemewahan dan kemegahan rumah tersebut.

“Wah, hebatnya. Orang yang tinggal di sini pasti kaya sekali,” gumam Arin yang begitu takjub dengan apa yang dia lihat.

Di saat Arin sedang mengagumi rumah tersebut, tiba-tiba datang seorang penjaga dan bertanya, “Adek ini mencari siapa?”

“Oh, Pak. Saya tadi disuruh datang ke sini oleh orang tua saya. Katanya saya harus menemui Tuan Ardian,” ucap Arin.

“O begitu. Kalau begitu, tunggu sebentar ya. Biar Bapak coba pastikan dulu,” ucap penjaga itu dengan sabar dan sopan.

Arin pun mengangguk dan kemudian berkata, “Terima kasih banyak, Pak.”

Setelah beberapa saat menunggu, Bapak itu pun akhirnya keluar kembali dan kemudian berkata, “Iya, dek. Masuk aja. Hanya saja tuan belum pulang. Jadi Adek ketemu aja dulu sama Bu Weni.”

Arin pun mengangguk dan kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Dengan di pandu oleh Bapak penjaga tersebut, maka tibalah dia di sebuah ruangan dan di sana dia di suruh untuk menunggu sebentar.

Hingga sesaat kemudian...

“Ehm.. jadi kamu orang yang akan bekerja di sini untuk membantu orang tuamu membayar hutang-hutangnya!?” ucap seseorang dari arah belakang Arin.

Merasa ada yang berbicara, Arin pun kemudian menengok ke arah sumber suara.

“Ok!? Kalau begitu, kenalkan dulu. Aku, Bu Weni. Kepala pelayan di rumah ini. Beberapa saat yang lalu Tuan bilang kalau akan ada orang ke sini untuk membantu orang tuanya membayar hutang-hutangnya dan berhubung kamu sudah datang, aku langsung saja menerangkan tugas-tugas yang akan kamu kerjakan di rumah ini,” ucap orang tersebut yang ternyata bernama Bu Weni.

Tanpa membuang waktu, Bu Weni pun langsung menjelaskan semuanya yang harus Arin kerjakan di rumah itu.

Setelah beberapa saat mendengarkan penjelasan Bu Weni, Arin merasa kalau pekerjaannya itu tidak ada cela agar dia bisa kuliah sehingga membuat dalam benaknya saat itu dia bergumam, “Bagaimana ini? Sebentar lagi akan ada ujian dan ini kesempatanku memperbaiki nilai. Kalau aku sampai gak ikut, bisa-bisa aku bakalan di DO.”

Sementara itu, setelah selesai menjelaskan semuanya, Bu Weni pun langsung bertanya, “Bagaimana? Apa ada yang ditanyakan?”

“Hmm, Bu. Begini, aku kan saat ini sedang kuliah, boleh tidak aku mengambil waktunya sedikit untuk berangkat ke kampus?” tanya Arin.

Bu Weni pun terdiam sejenak lalu kemudian akhirnya berkata, “Nanti akan aku tanyakan dulu sama Tuan.”

Padahal di saat yang bersamaan dalam hati Bu Weni, dia bergumam, “Sembarangan aja. Emang kamu siapa mau minta kelonggaran kerjaan. Cuma pembantu buat bayar hutang aja belagu.”

Sementara itu, Arin yang mendengar ucapan Bu Weni pun kemudian berkata, “Jangan sampai lupa ya, Bu. Soalnya aku harus masuk buat ujian.”

Bu Weni pun tersenyum namun dalam hatinya dia berkata, “Heleh, pembantu doank aja mau sok-sokan kuliah. Kalau emang pembantu ya pembantu aja sih. Gak usah mikirin kuliah. Dasar sok.”

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-02-20

0

🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️

🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️

moon maap ni ya Bi.. anda jg pembantu jd g usah sok belagu jg

2023-01-21

0

🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️

🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤꮯ𑜼ӟꮪ🍒⃞⃟🦅🍀⃟🩷️

racun j ibu tirinya...😄

2023-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!