Kedatangan Bu Weni

Sekarang Ryu bisa tenang karena akhirnya dia bisa bersama dengan Arin dan memilikinya.

Untuk saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang dan saat di tengah perjalanan, Ryu bertanya, “Rin, kamu mau makan apa?”

Arin pun menggelengkan kepalanya. Dia merasa benar-benar tidak ingin makan apa pun walau tak bisa dipungkiri kalau dirinya lapar.

Ryu yang mendapatkan jawaban seperti itu pun menghela nafas panjang dan kemudian berkata, “Rin, jangan seperti ini. Kasihan anak dalam kandunganmu.”

“Aku lapar, Pak. Tapi aku juga gak tahu mau makan apa. Aku benar-benar gak nafsu makan,” ucap Arin pada akhirnya.

Ryu pun akhirnya terdiam mendengar ucapan Arin yang seperti ini. Dia mencoba berpikir kira-kira makanan apa yang biasanya sangat disukai oleh perempuan hamil.

Hingga sesaat kemudian...

“Rin, kita coba aja dulu beli sesuatu ya. Kalau gak dicoba, kita mana bisa tahu kamu mau apa gak,” bujuk Ryu.

Untuk beberapa saat Arin pun terdiam namun setelah itu dia pun mengangguk.

Setelah mendapatkan respons seperti itu, Ryu pun langsung melajukan mobilnya.

Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Ryu pun melihat ada sebuah pedagang buah keliling sehingga membuat dalam pikiran Ryu terbesit sebuah kata rujak.

“Ya, mungkin saja Arin mau makan makanan itu,” gumam Ryu dalam hati yang sesaat setelah itu dia berkata, “Rin, kamu mau makan buah atau rujak gak?”

Mendengar ucapan Ryu, Arin pun langsung menengak-nengok ke sekeliling dan mencari tukang buah keliling.

“Mana, Pak? Emang ada tukang buahnya?” tanya Arin.

“Kamu mau?” tanya Ryu yang kemudian diangguki Arin.

Melihat respons Arin seperti itu, tanpa banyak bicara, Ryu pun langsung mengarahkan mobilnya ke arah tukang buah.

Dengan segera Arin pun langsung turun dari mobil sesaat setelah mobil berhenti.

Begitu sampai di tempat penjual buah, dia pun langsung memesan beberapa buah dan juga sebungkus rujak yang sudah disajikan dalam satu kotak plastik (mika).

Ryu yang melihat ini pun tersenyum dan kemudian pada tukang buahnya Ryu bertanya, “Pak, berapa semuanya?”

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, untuk sesaat tukang buah tersebut pun menghitungnya terlebih dahulu dan setelah itu pedagang tersebut pun memberi tahu berapa total yang harus Ryu bayar.

Setelah mengetahui semua totalnya, Ryu pun segera membayar semuanya dan kemudian mereka pun masuk kembali ke dalam mobil.

Di saat dalam mobil, Arin pun langsung menikmati rujak yang sudah dia beli.

“Gimana, Rin? Enak?” tanya Ryu saat melihat Arin yang kemudian langsung di tanggapi dengan berupa anggukan kepala oleh Arin.

“Nah, setelah ini kita cari makanan camilan untuk kamu,” ucap Ryu yang kemudian diangguki lagi oleh Arin.

Mobil pun kemudian dilajukan kembali hingga beberapa jam kemudian setelah camilan sudah terbeli, mereka pun memutuskan untuk pulang.

Sesaat setelah sampai di rumah, sebelum turun dari mobil, Ryu berpesan, “Kamu mulai saat ini hingga seterusnya sudah bukan pembantu lagi. Statusmu sekarang adalah calon istriku dan mulai saat ini kamarmu pindah dekat kamarku. Aku akan bantu kamu memindahkan pakaianmu.”

Mendengar ucapan Ryu, Arin pun langsung berkata, “Gak perlu, Pak. Aku bisa sendiri. Pakaianku tidak banyak kok.”

“Apa kamu yakin?” tanya Ryu yang kemudian diangguki mantap oleh Arin.

“Ya sudah kalau begitu. Kamu pelan-pelan saja dan hati-hati bawanya ya. Jangan sampai jatuh,” ucap Ryu.

Arin pun mengangguk dan kemudian turun terlebih dahulu.

Sesaat setelah Arin sampai di dalam rumah, tiba-tiba saja...

“Dari mana saja kamu hah!?” ucap seseorang yang ternyata Bu Weni.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Arin pun langsung menghentikan langkahnya dan kemudian menatap tajam ke arah Bu Weni dan kemudian menjawab, “Habis pergi bersama Tuan,” sahut Arin.

“Apa!? Pergi sama Tuan!? Hahahaha... Siapa juga yang akan percaya dengan ucapanmu barusan kecuali kamu itu benar-benar murahan,” ucap Bu Weni ketus.

Mendapatkan tanggapan seperti itu, dengan santai Arin pun berkata, “Terserah Ibu aja dah. Mau berpikir seperti apa dan mau percaya atau gak.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Arin pun kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Bu Weni.

Bu Weni yang mendapatkan respons seperti ini pun langsung tersulut emosinya dan kemudian dengan segera menyusul Arin ke kamarnya.

Setelah sampai di kamar Arin, Bu Weni yang tadinya mau marah-marah ini pun seketika mengurungkan niatnya karena saat itu dia melihat Arin sedang mengemasi pakaiannya.

“Hahaha... Akhirnya Tuan memecatmu juga. Sukurin lho,” ucap Bu Weni yang berpikir kalau Arin sudah diberhentikan kerja.

Arin yang mendapatkan ucapan seperti itu pun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu berkata, “Cih.”

Setelah dia selesai mengemasi pakaiannya, Arin pun langsung keluar dari kamar tersebut meninggalkan Bu Weni yang saat itu sedang memperhatikannya.

Bu Weni selalu membuntuti langkah Arin dari belakang. Namun ketika Arin sedang melangkah kaki ke arah kamar Ryu, sontak Bu Weni pun langsung berteriak, “Hei, mau ngapain kamu ke sana? Pintu keluarnya bukan di sana.”

Mendengar teriakkan Bu Weni, Arin pun spontan langsung menghentikan langkahnya dan kemudian memutar badannya lalu berkata, “Siapa yang bilang kalau aku mau keluar!?”

“Ka—kamu!” ucap emosi Bu Weni yang kemudian langsung mendekati Arin lalu langsung menarik tangannya dengan kasar.

Dan di saat yang bersamaan...

“Lepaskan!” teriak seseorang yang ternyata Ryu.

Bu Weni yang sadar akan kehadiran Ryu ini pun langsung spontan melepaskan tangan Arin.

Namun walau begitu, dia kemudian berkata, “Tapi, Tuan. Dia ini sudah gak sopan karena sudah berniat mau pindah kamar. Dia sama sekali gak menganggap dirinya ini pembantu dan ini benar-benar sangat gak tahu diri, Tuan. Ini harus dihukum.”

“Dihukum!? Mulai saat ini, gak ada yang bisa hukum dia. Termasuk kamu. Ingat, Wen. Statusmu sekarang hanya pembantu biasa. Kamu bukan lagi kepala asisten rumah tangga di sini. Kalau bukan karena Kakek yang memperkerjakan kamu di rumah ini, mungkin kamu sudah aku pecat dari kemarin-kemarin,” ucap Ryu dengan nada marah.

Bu Weni yang mendengar ucapan Ryu seperti itu pun langsung tidak merespons. Dia justru langsung pergi begitu saja meninggalkan Ryu dan Arin.

Sesaat setelah Bu Weni pergi, Ryu pun mendekati Arin dan kemudian bertanya, “Kamu gak apa-apa?”

Arin pun menggelengkan kepalanya dan kemudian Ryu pun kembali berkata, “Ya sudah. Ayo aku antar kamu ke kamar.”

Ryu pun langsung mengambil tas yang sedang dibawa oleh Arin dan kemudian memapah Arin berjalan ke arah kamarnya.

Dan di saat yang bersamaan, rupanya Bu Weni tidak langsung pergi. Dia justru mengintip dan memperhatikan gerak-gerik Ryu dan Arin.

Saat melihat situasi antara Ryu dan Arin yang seperti itu, Bu Weni pun bergumam, “Rupanya ada sesuatu di antara mereka berdua. Ini gak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus segera melaporkannya pada Non Tania.”

Setelah menggumam seperti itu, Bu Weni pun langsung beranjak pergi.

Sementara itu, Arin kini sudah sampai di dalam kamar barunya dan kemudian Ryu pun bertanya, “Bagaimana? Apa kamu suka dengan kamar ini? Atau kamu ingin melihat kamarku juga. Siapa tahu kamu suka dan kita bisa menukarnya.”

Arin yang mendengar ucapan Ryu ini pun langsung menyahut, “Gak, Pak. Ini aja udah cukup. Gak usah tukar. Aku menyukai kamar ini kok.”

“Benarkah?” tanya Ryu memastikan.

Arin pun mengangguk sambil kemudian melihat sekilas setiap sudut kamar.

Melihat respons yang diberikan oleh Arin, Ryu pun kembali berkata, “Ya sudah. Kamu Istirahatlah. Jika ada sesuatu yang diinginkan, kamu bilang ya. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa lagi kaya' tadi. Ini camilannya aku letakkan di atas tempat tidur ya. Kamu rapikan sendiri nanti. Terserah mau kamu taruh di mana.”

Arin pun mengangguk dan Ryu pun kemudian pergi meninggalkan Arin di dalam kamar.

Sesaat Ryu telah pergi, Arin pun melihat ke arah cermin dan sambil memegangi perutnya, Arin pun bergumam, “Sayang, apa kehadiranmu ingin memberi tahu mama agar mama mau menerima Pak Ryu untuk jadi Papamu!?”

Dan di saat yang bersamaan rupanya Ryu tidak langsung pergi. Dia mencoba mencari tahu apa yang akan dilakukan oleh Arin sesaat setelah dia tidak bersamanya.

Betapa terkejut dan juga senangnya dia saat tidak sengaja dia mendengar perkataan Arin tadi. Sehingga membuat dirinya tersenyum.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!