Pernyataan cinta

Setelah satu jam menunggu Bu Weni, akhirnya yang ditunggu pun datang.

“Kali ini kamu beruntung. Tuan menyuruhmu untuk istirahat,” ucap Bu Weni dengan nada penuh kesal.

Arin yang mendengar ini bingung. Kenapa Tuannya menyuruhnya untuk istirahat. Tapi ya sudahlah. Arin berpikir ada baiknya juga jika dia di suruh istirahat. Pasalnya badannya masih benar-benar kurang sehat.

Sesampainya di kamar, Arin baru tersadar kalau dirinya lupa membawa obat yang diberikan oleh Dokter Rumah Sakit.

“Haisss.. ini semua gara-gara aku buru-buru sih tadi. Jadinya lupa kan!? Ah ya sudahlah. Pakai obat yang punya aja,” ucap Arin yang kemudian mengambil obatnya sendiri dan meminumnya.

Karena merasa sangat lemas, Arin pun memutuskan untuk langsung tidur.

Di pertengahan tidurnya, antara sadar dan tidak sadar, Arin merasa kalau ada yang sedang memegang keningnya dan itu membuatnya terasa nyaman sekali.

“Bunda,” ucap lirih Arin sambil masih memejamkan matanya dan tersenyum nyaman.

Keesokan paginya, tubuh Arin terasa jauh lebih baik dan saat Arin sedang melihat ke arah lemari, entah siapa yang sudah menaruh sepiring nasi dan juga segelas air minum di atasnya sehingga membuat Arin merasa heran sekaligus bingung.

Karena merasa tidak yakin dengan apa yang dia lihat, Arin pun langsung mendekati lemari tersebut dan kemudian mendapati bukan hanya makanan serta minuman saja yang ada di atas lemari tersebut, tapi juga ada secarik kertas yang berisikan...

“Aku tahu kamu belum makan dari kemarin. Oleh karena itu, jangan lupa dimakan.”

Melihat isi tulisan tersebut, Arin pun menyipitkan matanya dan kemudian bergumam, “Sebenarnya makanan ini dari siapa?”

Namun walau makanan dan minuman tersebut menyisakan tanda tanya, tapi perut Arin tidak bisa bohong. Dia sangatlah lapar sehingga mau tidak mau dia pun akhirnya memakan makanan tersebut.

Saat di tengah-tengah dia menikmati makanannya, tiba-tiba saja Bu Weni datang dan kemudian dengan nada marah dia pun berkata, “Oh bagus ya!? Udah kemarin gak ngerjain apa-apa, sekarang dengan santainya malah makan. Siapa yang suruh kamu makan hah!? Cepat kerjakan pekerjaan rumahmu yang kemarin tertunda. Jangan mentang-mentang Tuan menyuruhmu istirahat, lantas kamu tidak mendapatkan hukuman. Jangan salah. Hukumanmu tetap berlaku dan harus kamu terima saat ini juga.”

Bu Weni pun langsung mengambil piring yang ada di tangan Arin dan kemudian menarik tangan Arin hingga keluar dari kamar.

“Cepat kerjakan. Cuci semua pakaian setelah itu pergi ke pasar,” perintah Bu Weni.

Arin pun tidak bisa mengatakan apa-apa karena dia merasa kalau dia protes, nanti yang ada Bu Weni akan lebih menyusahkan nya lagi.

“Ini duitnya dan daftar belanjaannya. Sudah sana cepat kerjakan,” perintah Bu Weni lagi.

“Baik Bu,” sahut Arin yang kemudian langsung segera pergi ke belakang untuk mencuci pakaian.

Setelah dua jam kemudian, pakaian pun akhirnya telah selesai semua di cuci dan Arin pun bergegas pergi ke pasar.

Saat Arin sedang menunggu kendaraan umum, tiba-tiba saja...

“Tin..tin..tin.”

Ada sebuah mobil yang tiba-tiba saja berhenti tepat di depan Arin.

“Masuklah,” ucap orang dari dalam mobil yang ternyata Ryu.

“Ta—tapi Pak,” ucap Arin ragu.

“Sudah naik aja,” ucap Ryu lagi.

Dengan enggan Arin pun masuk ke dalam mobil Ryu dan duduk diam di sebelah Ryu.

Ryu yang melihat ini pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil langsung melajukan mobilnya dan kemudian bertanya, “Kamu mau ke mana? Biar aku antar.”

“Ha!?” ucap refleks Arin sehingga membuat Ryu menyipitkan matanya.

“Kenapa reaksinya seperti itu?” tanya Ryu.

“Ha!? Oh i—itu, Pak. Bapak kenapa baik sama aku?” tanya Arin.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Ryu pun terdiam sejenak dan kemudian menjawab, “Kalau aku bilang aku mau kamu jadi pacar aku dan sekaligus istri aku, gimana!?”

“Ha!? Bapak jangan bercanda deh,” ucap Arin yang benar-benar terkejut.

“Siapa yang bercanda!? Apa wajahku terlihat seperti sedang bercanda?” tanya Ryu dengan wajah serius sambil masih fokus menyetir.

“Ha!? Ta—tapi, Pak. Kita kan baru kemarin ketemu dan kita juga sama-sama belum saling kenal, aku khawatir Bapak akan menyesal sudah mengatakan hal itu setelah tahu aku seperti apa,” ucap Arin merendahkan diri karena merasa tidak pantas.

Dengan mendadak Ryu pun menepikan mobilnya dan kemudian berkata, “Aku gak peduli. Aku hanya peduli dengan apa yang aku rasain.”

“Ta—tapi, Pak. Bapak gak boleh seperti itu. Bapak belum tahu aku dan aku juga belum tahu siapa Bapak, jadi Pak... aku minta maaf sepertinya aku gak bisa terima Bapak,” ucap Arin menolak pernyataan cinta Ryu.

Mendengar tanggapan Arin seperti itu, Ryu pun terdiam sejenak. Dalam hatinya bergumam, “Jangan-jangan kamu lebih suka pria kaya di bandingkan pria dengan status hanya Dosen.”

“Namamu Arin, kan?” tanya Ryu tiba-tiba.

Arin pun mengangguk dan Ryu pun kembali Bertanya, “Sekarang jawab pertanyaanku. Selain kita belum mengenal satu sama lainnya, alasan apa lagi yang membuatmu menolakku?”

Arin pun terdiam sejenak dan kemudian berkata, “Aku merasa tidak pantas untuk Bapak.”

“Kenapa kamu merasa tidak pantas?” tanya Ryu lagi.

“Ka—karena aku hanya seorang pembantu,” sahut Arin lirih sambil menunduk.

Mendengar ucapan Arin seperti itu, tiba-tiba saja hati Ryu, 'deg’. Dia tidak menyangka perempuan yang ada di hadapannya akan menjawab jujur seperti itu.

“Pembantu!?” ucap Ryu pura-pura tidak tahu soal itu yang kemudian diangguki oleh Arin.

“Maka dari itu, Pak. Aku gak bisa terima Bapak. Maaf,” ucap Arin.

Ryu yang mendengar ucapan Arin ini pun langsung menyandarkan tubuhnya di bangku mobil dan terdiam untuk beberapa saat.

Arin yang melihat respons Dosennya seperti itu akhirnya kembali berkata, “Maafin aku, Pak. Maaf.”

Mendengar ucapan Arin seperti itu lagi, Ryu pun akhirnya menghela nafas panjang dan kemudian berkata, “Rin, aku gak peduli kamu itu pembantu atau artis atau orang kaya atau orang miskin. Sekali lagi aku tegasin, aku hanya peduli dengan apa yang aku rasain. Aku suka kamu dan aku cinta kamu. Apa itu salah?”

“Salah, Pak. Itu benar-benar salah. Bapak jangan lihat hanya dari sudut pandang Bapak saja. Cobalah lihat dari sudut pandangku juga. Aku punya kesulitanku sendiri, Pak. Jadi aku mohon, jangan tambah kesulitanku lagi dengan perasaan Bapak yang jelas-jelas kita ini berbeda,” ucap Arin sambil meneteskan air mata.

Ryu yang melihat Arin seperti ini pun hatinya merasakan kepedihan. Dia ingin sekali Arin tahu kalau dia benar-benar tidak peduli dengan semua itu.

“Gak bisa begini. Pokoknya, bagaimana pun caranya, aku harus dapetin perempuan ini dan jadiin dia sebagai istriku. Harus!” gumam Ryu dalam hati penuh tekad.

Setelah bergumam seperti itu, Ryu pun langsung memegang ke dua pundak Arin dan memutarnya hingga Arin menghadap ke arahnya lalu kemudian berkata, “Rin, aku benar-benar gak peduli. Aku suka, aku cinta, aku sayang dan mulai saat ini aku ingin kamu bagi semua kesulitanmu denganku. Aku gak mau dengar penolakan lagi. Ok!?”

“Ha!?”

Bersambung...

Terpopuler

Comments

sitimusthoharoh

sitimusthoharoh

maksa bangey sih pak dosen nih kikikikikiki
ap gk ad cctv to dirumahmu ryu biar kamu tau perlakuan weni ke arin tu kek gimana
lanjut

2023-01-21

0

🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵

🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵

to the poin langsung si ryu bilang mau jadikan airin istri

2023-01-21

0

𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪 𝓜𝓪𝓵𝓪𝓶

𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪 𝓜𝓪𝓵𝓪𝓶

wah pak ryu langsung nembak dong ga pake kenalan dulu😆😆😆

2023-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!