Kabar mengejutkan

Tanpa peduli bagaimana nanti respons Arin terhadapnya, Ryu pun langsung masuk begitu saja ke dalam kamar Arin dan kemudian langsung memeluk tubuh Arin sehingga membuat Arin yang kala itu sedang tertidur pulas menjadi kaget dan kemudian berkata, “Ba—bapak!?”

Dengan tanpa memedulikan apa pun, Ryu akhirnya menciumi Arin. Dari ujung kepala hingga turun sampai ke seluruh tubuh.

Arin yang mendapatkan perlakuan seperti ini pun awalnya memberontak, namun setelah beberapa saat kemudian dia merasa ada rasa yang sangat familiar sehingga membuat dia secara tidak sadar perlahan demi perlahan menerima perlakuan Ryu yang seperti itu.

Hingga keesokan harinya, Ryu pun terbangun terlebih dahulu. Sambil masih merasakan pusing di kepalanya, Ryu pun memegangi kepalanya dan kemudian melihat ke sebelahnya.

“Arin!?” gumam Ryu dalam hati yang kemudian melihat ke sekeliling.

Setelah beberapa saat kemudian, Ryu pun akhirnya menyadari kalau dirinya semalam tanpa disadari sudah masuk ke dalam kamar Arin.

Melihat keadaan Arin yang sepertinya tidak mengenakan pakaian, dia pun berpikir dan dalam hatinya bergumam, “Apakah semalam aku melakukannya untuk yang ke tiga kalinya!?”

Ryu pun memukuli keningnya sendiri sambil merutuki perbuatannya yang sudah dia lakukan semalam.

Tak selang berapa lama kemudian Arin pun terbangun. Dengan perlahan-lahan dia pun mengerjapkan matanya sehingga membuat Ryu pun berpura-pura kembali tidur.

Arin yang setelah beberapa saat kemudian membuka matanya ini pun langsung melihat ke arah sebelahnya dan dia mendapati sesosok Ryu sedang tidur di sebelahnya.

Melihat Ryu di sebelahnya, Arin pun jadi teringat tentang kejadian semalam.

“Ternyata bukan mimpi,” gumamnya dalam hati sambil memandangi langit-langit kamar.

Sementara itu, Ryu yang merasa tidak ada pergerakan dari Arin ini pun akhirnya membuka matanya dan kemudian menengok ke arah Arin yang sedang diam termangu menatap ke atas.

“Rin, maafin aku,” ucap Ryu lirih namun Arin terdiam tak bergeming.

“Rin, untuk kejadian semalam, aku akan bertanggung jawab,” ucap Ryu lagi.

Mendengar ucapan Ryu, Arin pun spontan berkata, “Bapak sengaja kan melakukannya supaya aku mau menerima Bapak!?”

Mendapatkan respons seperti itu, Ryu pun langsung berkata, “Gak, Rin. Aku gak sengaja melakukan itu hanya untuk membuatmu menerimaku.”

Setelah mengatakan hal itu, Ryu pun bergumam, “Jika kamu tahu kalau sebelum ini kita juga melakukannya, apa pikiranmu akan sama mengira kalau aku sengaja atau malah kamu beranggapan bahwa aku melakukan ini karena hanya suatu keharusan saja!?”

Sementara itu, Arin yang mendengar ucapan Ryu seperti itu pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia bahkan tidak menunjukkan respons apa-apa.

Walau begitu, dalam hatinya Arin, dia bergumam, “Jika aku menolaknya, maka apa yang akan terjadi pada masa depanku kelak dan jika aku menerimanya, apa Pak Ryu mau menerima kondisiku yang sebenarnya sebelum ini sudah tidak suci!?”

Melihat Arin hanya terdiam seperti ini, Ryu pun menghela nafas panjang. Ryu berpikir kalau Arin lagi-lagi masih kekeh dengan keputusannya yang menolak Ryu.

Hingga beberapa saat kemudian Arin pun berkata, “Pak, mau sampai kapan Bapak ada di kamarku?”

“Eeeeh!?” ucap spontan Ryu.

“Lebih baik Bapak sekarang keluar dari kamarku sebelum para pembantu di sini bergosip,” pinta Arin.

“Tapi Rin,...”

Ucapan Ryu pun langsung di hentikan oleh Arin yang berkata “Untuk soal jawabannya, beri aku waktu untuk berpikir.”

Mendengar ucapan Arin, Ryu pun merasa benar-benar heran dengan cara berpikir Arin. Sudah sampai dititik seperti ini, Arin masih saja sulit menerimanya.

Tapi walau begitu, Ryu tidak ingin memaksa. Dia ingin Arin membuat keputusan yang sesuai kata hatinya.

Dengan menghela nafas panjang, Ryu pun berkata, “Baiklah, Rin. Aku akan menunggu jawaban darimu hingga kuliah masuk kembali. Tepatnya satu bulan dari sekarang.”

Setelah mengatakan hal itu, Ryu pun kemudian langsung pergi dari kamar Arin dan meninggalkan Arin sendirian.

Sementara itu, Arin yang sudah ditinggalkan oleh Ryu ini pun akhirnya bangun dan segera merapikan dirinya.

Sebelum Arin mengerjakan apa yang menjadi pekerjaannya, untuk sejenak Arin pun duduk terdiam di tepi tempat tidurnya.

“Rin, sebenarnya bagaimana perasaanmu saat ini?” tanyanya pada dirinya sendiri.

Setelah menggumam seperti itu, Arin pun kemudian beranjak pergi untuk mengerjakan pekerjaannya.

***

Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Semenjak kejadian itu, baik Arin maupun Ryu, keduanya sama sekali tidak ada pembicaraan yang intens. Mereka lebih cenderung saling terdiam saat mereka berpapasan.

Hingga tiga hari sebelum kuliah dimulai, tiba-tiba saja Arin merasa kurang sehat sehingga membuat Arin lebih banyak berdiam diri di dalam kamarnya setelah semua pekerjaannya telah selesai dikerjakan.

Rasa mual selalu saja Arin rasakan sehingga membuatnya menjadi tidak nafsu makan.

Kini hari pun menunjukkan kalau sudah waktunya untuk dia berangkat kuliah. Karena terlalu banyaknya kejadian yang sudah Arin alami, membuatnya lupa kalau dia sudah tidak memiliki uang sepeser pun.

Hingga akhirnya di saat dia sedang bersiap-siap untuk berangkat dan mengecek isi dompetnya, di sanalah dia baru ingat kalau dia sudah tidak memiliki uang.

“Aduh. Ini bagaimana caranya aku ke kampus!?” gumam Arin.

Karena Arin merasa tidak memiliki uang untuk berangkat ke kampus, akhirnya membuat Arin mengurungkan niatnya untuk berangkat dan dia pun kembali melanjutkan aktivitas pekerjaannya.

Sementara itu, Ryu yang masih ingat dengan kesepakatan beberapa waktu yang lalu akhirnya mencari-cari Arin di kampus. Tapi setelah satu jam mencari dan menunggu, Ryu pun tidak dapat menemukan Arin.

“Apa dia gak berangkat kuliah untuk menghindariku!?” gumam Ryu yang kemudian langsung pulang.

Sesampainya Ryu di rumah, Ryu pun langsung mencari keberadaan Arin.

Dicarinya ke kamar, tapi Arin tidak ada. Lalu Ryu pun mencarinya ke halaman rumah, namun Arin juga tidak ada.

Ryu yang merasa putus asa ini pun akhirnya bergumam, “Rin, kamu ada di mana? Gak mungkinkan kalau kamu kabur dariku lantaran gak mau memberitahukanku tentang jawabanmu.”

Di saat Ryu sedang larut dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba saja terdengar suara seperti sesuatu yang terjatuh.

Karena penasaran, Ryu pun mencari ke sumber suara dan ketika dia menemukannya, betapa terkejutnya dia saat dia melihat Arin sudah tergeletak di lantai dengan sebercak darah yang ada di pahanya.

“Ariiiiiin!” teriak Ryu yang kemudian langsung mengangkat tubuh Arin dan membawanya ke Rumah Sakit.

“Rin, bertahanlah,” ucap Ryu di perjalanan.

Setelah beberapa saat kemudian, mereka pun akhirnya sampai di Rumah Sakit dan Arin pun langsung ditangani oleh seorang Dokter wanita.

Hingga setengah jam kemudian...

Dokter yang sudah selesai memeriksa kondisi Arin ini pun kembali ke meja kerjanya dan kemudian bertanya, “Apakah Bapak ini suami Ibu ini?”

Tanpa pikir panjang, Ryu pun langsung menjawab iya pertanyaan Dokter tersebut.

“Oh baguslah kalau begitu. Begini, Pak. Terjadi pendarahan ringan pada istri Bapak. Beruntung nyawa janin dalam kandungannya selamat,” jelas Dokter tersebut.

Ryu yang mendengar penjelasan Dokter tersebut pun seketika terkejut dan kemudian untuk memastikan kalau dia tidak salah dengar, Ryu pun bertanya, “Maksud Dokter janin itu apa berarti istri saya sedang hamil, Dok?”

Bersambung...

Terpopuler

Comments

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐

Apa yang terjadi kenapa Arin bisa jatuh sampai pendarahan 🤔

2023-01-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!