Siang harinya, di rumah Mama Tya...
Yuke yang telah pulang dari kampus ini pun langsung dihadang oleh Mama Tya yang bertanya, “Bagaimana? Tadi kamu ketemu Arin gak, Yuk?”
Yuke yang baru saja tiba di rumah ini pun langsung melemparkan tasnya ke atas bangku dan kemudian duduk lalu menyahut, “Aku gak ketemu dia, Ma.”
“Gak ketemu!? Terus ini bagaimana caranya nyuruh dia datang?” tanya Mama Tya bingung.
Yuke pun mengangkat ke dua bahunya tanda dia tidak tahu. Hingga sesaat kemudian...
“Yuke, bagaimana kalau kamu ke rumah Bapak Ardian aja temui Arin?” tanya Mama Tya.
“Dih, ogah,” sahut Yuke.
“Kok gitu, sih. Kamu mau warisan Ayahmu bisa cair gak?” tanya Mama Tya.
Yuke pun terdiam sejenak hingga akhirnya dia berkata, “Ya udah. Tapi aku datang sama Toni ya?”
“Terserah kamu aja. Yang penting sebisa mungkin kamu ajak Arin pulang,” ucap Mama Tya.
“Siap Bos,” sahut Yuke penuh semangat.
“Yes, akhirnya gue bisa nunjukin ke Arin kalau Toni udah berhasil gue dapetin,” gumam Yuke sesaat setelah Mama Tya pergi meninggalkannya.
Sementara itu di sisi lain, Ryu yang baru saja sampai di rumah ini pun langsung mencari Arin di kamarnya. Sesaat setelah sampai di kamar Arin, Ryu pun akhirnya dapat melihat Arin yang sedang tertidur.
Dihampirinya Arin dan dia pun kemudian duduk di sebelah Arin.
Dipandanginya wajah Arin yang kala itu sedang tidur dan di saat itu dia pun bergumam, “Rin, terima kasih banyak.”
Dan sesaat setelah itu, Arin pun mengerjapkan matanya dan kemudian melihat Ryu sudah duduk di sampingnya.
“Pak, Bapak sudah pulang?” tanya Arin yang kemudian berusaha duduk.
Sambil membantu Arin duduk, Ryu pun menyahut, “Iya, Rin. Barusan. Bagaimana keadaanmu sekarang?”
“Sudah jauh lebih baik, Pak,...” sahut Arin, “Oh iya, Pak. Apa boleh aku minta sesuatu sama Bapak?”
“Boleh. Kamu mau minta apa?” tanya Ryu.
“Hmm... aku kok ingin banget jalan-jalan terus mampir makan bakso ya,” ucap Arin.
Mendengar permintaan Arin ini, Ryu pun tersenyum dan kemudian berkata, “Ayo kita beli sekarang.”
“Beneran Pak?” tanya Arin yang kemudian diangguki oleh Ryu sambil tersenyum.
“Terima kasih banyak, Pak,” sahut Arin yang kemudian langsung spontan memeluk Ryu.
Ryu yang mendapatkan perlakuan seperti ini dari Arin pun merasa senang. Dalam hatinya sangat bahagia sekali dan dia benar-benar berharap kalau kejadian seperti ini akan bisa selalu dia rasakan dengan Arin.
“Ya sudah. Kalau begitu aku ganti pakaian dulu ya,” ucap Ryu yang kemudian diangguki oleh Arin.
Di saat seperti ini, Ryu sama sekali tidak pernah berpikir kalau setelah ini akan ada kegilaan yang akan dia hadapi.
“Bagaimana? Sudah siap? Yakin kamu akan baik-baik saja?” tanya Ryu memastikan sebelum mereka berangkat.
Arin pun mengangguk dan kemudian Ryu pun langsung merangkul bahu Arin.
Setelah sesaat mereka sampai di halaman rumah, Arin pun menghentikan langkahnya dan kemudian berkata, “Pak.”
“Ya!?” sahut Ryu.
“Bapak punya sahabat cowok gak?” tanya Arin tiba-tiba.
“Sahabat cowok!? Ada. Emangnya ada apa, Rin?’ tanya Ryu bingung.
“Hehehehe..”
***
Di taman...
Karena permintaan Arin, Ryu pun mau tidak mau meminta Sion untuk datang menemui mereka dan kemudian...
'Hah... Haah.. haaa...’
Dengan nafas tersengal-sengal, Sion pun datang menemui mereka dan bertanya, “Yu, lo dadakan banget nyuruh gue ke sini emangnya ada apa sih?”
“Tuh,” ucap singkat Ryu sambil menunjukkan ke arah Arin yang sedang asyik makan jeruk.
Karena merasa tidak kenal dengan Arin, Sion pun bertanya, “Dia siapa, Yu?”
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Ryu pun berkata, “Kalau gue bilang dia ini istri gue, lo percaya gak?”
“A—apaaaaaa!?” ucap terkejut Sion.
“Kapan lo nikahnya?” tanya Sion kemudian.
“I—itu,...”
Belum juga Ryu menjawab secara keseluruhan, Arin sudah terlebih dahulu bertanya, “Apa kalian masih lama diskusinya?”
“Eh. Enggak.. enggak,...” sahut Ryu, “sekarang kamu udah bisa bilang kan kamu maunya apa?”
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Arin pun terdiam sejenak sambil memandangi dua cowok yang ada di hadapannya.
“Pak, nama Bapak siapa?” tanya Arin tiba-tiba ke arah Sion.
“Sion,” sahut Sion singkat.
“Bapak udah lama sahabatan sama nih Bapak Dosen satu?” tanya Arin lagi.
Mendengar pertanyaan Arin, Sion pun melihat ke arah Ryu karena saat itu dia merasa seperti sedang diinterogasi.
“Kok diam aja, Pak?” tanya Arin lagi sehingga membuat Sion pun tersadar.
“Oh. Iya iya. Aku sudah lama jadi sahabatnya Ryu. Memangnya ada apa ya?” tanya Sion.
“Bagus kalau sudah lama sahabatannya. Sekarang aku akan bilang ke kalian kalau aku mau minta kalian belikan aku empek-empek langsung dari Palembangnya, semur jengkol sama dua bungkus nasi. Apa kalian bisa membelikannya?” tanya Arin.
Mendengar permintaan Arin ini, sontak membuat Ryu dan Sion pun saling menatap satu sama lainnya.
Hingga beberapa saat kemudian...
“Rin, bukannya tadi kamu bilang mau beli bakso ya?” tanya Ryu mengingatkan.
“Hmm, Bakso ya!? Bakso juga boleh deh. Tapi baksonya rasa strawberry. Gimana?” tanya Arin.
“Haaaaaaaaaaa!?” ucap spontan Ryu dan Sion.
Sion yang merasa ada yang aneh dengan semua permintaan Arin itu pun langsung menarik tangan Ryu dan kemudian berbisik, “Ryu, ini tuh sebenarnya ada apa sih? Masa’ mintanya aneh-aneh gitu berasa kita lagi ngulang ospek lagi.”
“Ststtst.. dia itu lagi hamil anak gue tahu,” ucap Ryu.
“What’s? Hamil? Anak lo? Kok bisa?” tanya Sion yang kemudian hendak ditanggapi oleh Ryu, namun sayang langsung di potong oleh Arin yang berteriak, “Hei kalian berdua! Gimana? Mau beliin gak?”
Mendengar teriakkan Arin seperti itu, Ryu pun langsung menyahut, “Iya iya iya.. sebentar.”
“Dah ah. Ayo kita ke sana sekarang. Sebelum dia minta yang lebih aneh lagi,” ucap Ryu sambil menarik tangan Sion.
Dan sesaat setelah mereka berada di samping Arin, Ryu pun bertanya, “Hmm, Rin. Kita pilih empek-empek sama semur jengkol plus nasi dua bungkusnya aja deh. Tapi empek-empek nya belinya gak sampai Palembang kan?”
“No no no. Harus dari Palembang langsung. Gak boleh gak,” ucap Arin.
“Apa Rin? Itu kan jauh banget. Jangan ya sayang. Plis,” ucap Ryu memohon.
“Ya udah ya udah. Beli di sekitar sini aja. Tapi ingat, aku beri waktu kalian satu jam aja dan aku akan menunggu kalian di sini. Ok!?” ucap Arin.
“Satu jam!?” gumam Sion sambil melihat ke arah Ryu.
“Ok ok ok. Kalau begitu kamu baik-baik aja ya di sini. Tunggu sampai kami kembali,” pesan Ryu.
“Hem,” sahut singkat Arin.
Di perjalanan ke arah mobil yang diparkir, dengan kesal Sion pun menceletuk, “Ngadepin orang hamil itu emang benar-benar menyiksa.”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments