Keesokan harinya, Arin yang merasa kalau Bu Weni akan mengusahakan agar dia bisa tetap berangkat ke kampus ini pun melakukan aktivitas hari pertamanya sebagai asisten rumah tangga dengan tenang.
Dia melakukan itu semua tanpa berpikir macam-macam dan menjalani hari-harinya tanpa khawatir akan kuliahnya.
Karena ujian akan diadakan dalam waktu satu minggu lagi, ketika ada waktu senggang, Arin pun mempelajari kembali mata kuliah yang pernah dia dapatkan.
Sementara itu, Bu Weni pun tiba-tiba saja di panggil oleh si pemilik rumah untuk datang menemuinya di ruang belajar.
Setelah sampai di ruang belajar...
“Bagaimana? Apa orang yang akan bekerja di sini untuk membantu orang tuanya sudah mulai bekerja?” tanya pemilik rumah yang bernama Ryu Ardian.
“Sudah Tuan,” sahut Bu Weni.
“Bagus. Berarti kamu sudah menjelaskan semua tentang apa yang harus dilakukan olehnya di rumah ini kan?” tanya Ryu lagi.
“Sudah Tuan,” sahut Bu Weni lagi.
“Bagus. Sekarang kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu,” perintah Ryu.
“Baik Tuan,” sahut Bu Weni yang kemudian langsung pergi.
Di saat ini, rupanya Bu Weni lupa dengan apa yang dipesan Arin padanya.
Sementara itu di saat yang bersamaan di ruang belajar...
“Baguslah. Aku sekarang bisa cek identitas sebenarnya pembantu ini,” gumam Ryu yang kemudian langsung beranjak pergi.
Hingga sehari sebelum ujian di mulai...
“Bu, Maaf. Apa Ibu sudah menanyakannya ke Tuan?” tanya Arin.
Saat mendapatkan pertanyaan seperti itu, Bu Weni yang tadinya sudah melupakan akan hal ini pun akhirnya teringat kembali.
Lalu dia berkata, “Oh, soal itu. Kata Tuan katanya mau dipertimbangkan lagi.”
“Dipertimbangkan!?” ucap Arin yang kemudian diangguki oleh Bu Weni.
“Aduh. Bu, bisa gak Ibu coba tanyakan lagi pada Tuan. Apa kira-kira keputusannya. Soalnya besok aku ada ujian dan harus berangkat ke kampus,” ucap Arin memohon.
“Iya. Nanti aku tanyakan lagi. Sudah. Sana lakukan tugasmu lagi,” perintah Bu Weni.
“Baik Bu,” sahut Arin yang kemudian langsung kembali melakukan aktivitasnya.
Sementara itu, di saat Arin sudah pergi, dalam hati Bu Weni, dia bergumam, “Dih ogah. Ngapain juga bilang ke Tuan. Kurang kerjaan.”
Setelah mengatakan hal itu, Bu Weni pun langsung melenggang kaki melanjutkan aktivitasnya sendiri.
***
Keesokan harinya pun tiba dan Arin masih belum juga mendapatkan kabar dari Bu Weni tentang di perbolehkan atau tidaknya Arin ke kampus. Hal ini membuat Arin mengambil keputusan diam-diam untuk berangkat ke kampus setelah memastikan kalau yang menjadi tugasnya selesai dikerjakan.
Setelah selesai, tanpa membuang waktu, Arin pun langsung segera berangkat menuju kampus.
Sesampainya di kampus, tiba-tiba saja Arin dikejutkan oleh sebuah tepukan di pundaknya.
“Eh kutu kupret,” ucap Arin spontan dan menghentikan langkahnya sambil memegangi dadanya.
“Bwahahahahaha... Lo kenapa jadi latah banget sih!?” ucap Aryo.
Masih sambil memegangi dadanya, Arin pun langsung berkata, “Ya ampun Aryo. Gue kaget banget tahu. Lo itu ya. Kenapa sih datangnya gak pake ada suara gitu!?”
“Aih. Lo kok tega banget sih ngomong gitu ke gue!?” protes Aryo.
“Tega gimana sih?” tanya Arin.
“Lha tadi Lo bilang kalau gue datang gak ada suara. Emangnya gue itu makhluk astral apa!?” ucap Aryo.
“Lha emang bener gak kedengaran ada suara kok. Tahu-tahu lo udah nepuk pundak gue,” ucap Arin.
“Iya dah iya. O ya, kemarin-kemarin lo ke mana aja? Gue cari lo kok gak pernah nemuin,” tanya Aryo.
Untuk sesaat, Arin pun terdiam sehingga membuat Aryo menjadi bingung.
“Lo kenapa, Rin?” tanya Aryo.
“Gak. Gak ada apa-apa. Sudahlah. Ayo kita ke kelas. Sebentar lagi masuk,” ucap Arin yang kemudian langsung melanjutkan langkahnya.
Aryo yang mendapatkan respons seperti ini pun sebenarnya ingin sekali bertanya namun dia urungkan.
Hingga hari pertama ujian pun berakhir dan dengan segera Arin pun langsung kembali ke rumah dan melanjutkan pekerjaannya yang seharusnya dia lakukan sesuai jadwalnya.
Karena merasa hari pertama berjalan tanpa ada masalah, Arin pun berniat melakukan hal yang sama di hari selanjutnya.
Dan benar saja. Arin melakukan hal yang sama hingga hari-hari selanjutnya selama ujian.
Kini ujian tinggal dua hari lagi dan setelah itu, Arin tidak harus melakukan hal seperti ini lagi. Hal di mana dia harus diam-diam menyelinap pergi ke kampus.
“Hai Rin,” ucap Aryo sambil menepuk pundak Arin yang membuat Arin terkejut.
Karena merasa kesal dengan sahabatnya itu, Arin pun langsung berkata, “Ar, lo bener-bener ya. Cocok lha kalau lo jadi makhluk astral aja deh. Soalnya datang gak ada suara sama sekali.”
“Haiss... Rin, lo tega bener ya jadi temen,” ucap Aryo.
“Biarin. Suruh siapa selalu aja gak ada suara begitu kalau lagi datang,” ucap Arin.
“Haisss,...” ucap Aryo, “O ya, Rin. Lo yakin kalau ujian kali ini lo gak bakalan gagal lagi?”
“Mudah-mudahan Ar. Gue ngeharapnya sih juga gitu,...” ucap Arin, “dah ah, mendingan kita langsung ke kelas aja.”
Arin pun kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan Aryo.
***
Sementara itu satu jam kemudian dan di tempat yang berbeda...
“Ariiiiin!!!” panggil Bu Weni namun tidak mendapatkan jawaban dari Arin.
Karena merasa tidak mendapatkan jawaban, Bu Weni pun akhirnya mengulangi lagi memanggil Arin.
Hingga sekali, dua kali, tiga kali bahkan sampai berkali-kali Bu Weni memanggil Arin namun tidak juga mendapatkan sahutan dari Arin.
“Ni orang ke mana sih!?” gerutu Bu Weni sambil mengecek satu persatu setiap sudut rumah namun tidak juga dia temukan keberadaan Arin.
Hingga beberapa saat kemudian Bu Weni pun teringat kalau beberapa hari yang lalu Arin pernah bilang kalau dia harus berangkat kuliah karena ada ujian.
“Baiklah. Aku ingat sekarang. Kena kamu sekarang,” ucap Bu Weni dengan nada seolah-olah dia akan melakukan sesuatu pada Arin.
Di sisi lain, Arin yang sedang fokus mengerjakan ujiannya ini pun tiba-tiba bersin sehingga dia pun memencet-mencet hidungnya.
“Jangan-jangan mau flu. Nanti beli obat flu dulu ah sebelum pulang,” gumam Arin dalam hati sambil masih berusaha melanjutkan mengerjakan ujiannya.
Beberapa saat kemudian, ujian hari itu pun berakhir. Karena merasa kurang sehat, Arin pun melangkahkan kakinya dengan lesu.
Hingga beberapa saat kemudian...
“Rin, lo kenapa?” tanya Aryo.
Arin pun hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Aryo.
Walau mendapatkan respons seperti itu, Aryo tetap merasa ada yang aneh pada Arin hingga membuat Aryo langsung memegang kening Arin.
Arin yang tiba-tiba saja keningnya di pegang Aryo ini pun spontan langsung menghentikan langkahnya.
“Rin, lo agak demam. Gue anter ke klinik aja ya,” ucap Aryo.
Sambil menggelengkan kepalanya, Arin pun menjawab, “Gak, Ar. Makasih. Gue harus buru-buru balik. Gak apa-apa. Nanti biar gue beli obat demam aja di apotek.”
“Ta—tapi Rin,...” ucap Aryo yang tidak melanjutkan ucapannya karena Arin sudah terlebih dahulu melangkah jauh meninggalkan Aryo.
Sesuai dengan niat awal sebelum pulang, Arin pun langsung mampir ke apotek untuk membeli obat dan setelah itu langsung pulang.
Sesampainya di rumah, tiba-tiba saja..
“Hmm, bagus ya. Seharian dari mana saja kamu?” tanya Bu Weni yang ternyata sudah menunggu Arin pulang.
“Hmm, Bu Weni. A—aku tadi dari,...”
Arin tidak dapat melanjutkan ucapannya. Dia bingung harus mengakui apa di hadapan Bu Weni.
Sementara itu, Bu Weni yang melihat Arin tidak dapat melanjutkan ucapannya ini pun langsung berkata, “Dari mana? Kok gak di lanjut ngomongnya?”
Arin pun terdiam seribu bahasa. Bukan hanya tidak tahu harus menjawab apa, Arin pun sedang merasakan badannya yang benar-benar kurang sehat.
“Ok!? Kalau kamu gak bisa kasih tahu kamu habis dari mana, berarti kamu harus dapat hukuman,” ucap Bu Weni sehingga membuat Arin langsung spontan melihat ke arah Bu Weni.
“Apa, Bu!? Hu—hukuman!?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
sitimusthoharoh
is gak suka m sipate si weni
lanjut
2023-01-21
0
🍭ͪ ͩSUHU🐝₆₉🔵
nah kan dihukum kamu... makanya duduk diem aja dirmh
2023-01-21
0
𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪 𝓜𝓪𝓵𝓪𝓶
bu weni semen mena banget yahh tadi aja pas ketemu bos nya lupa sm permintaan arin skrg malah mo ngasih hukuman
2023-01-21
0