Di kampus...
Karena tidak ingin diketahui oleh siapa pun, Arin pun langsung turun begitu saja ketika mobil Ryu berhenti.
Ryu yang melihat sikap Arin seperti ini pun menggelengkan kepalanya dan kemudian menggumam, “Gak ada mesra-mesranya sama sekali.”
Setelah menggumam seperti itu, Ryu pun kemudian turun dari mobilnya.
Dan saat sedang berjalan menuju ruang Dosen, Ryu pun melihat Arin sedang bersama seorang cowok.
“Siapa cowok itu? Kok kelihatan dekat banget sama Arin,” gumam Ryu.
Sementara itu di saat yang bersamaan...
Seperti biasanya, Aryo yang ketika melihat Arin ini pun langsung menepuk pundak Arin sambil berkata, “Ariiiiin! Lo habis dari mana aja sih!? Gue kangen tahu.”
Arin yang sudah terbiasa dengan kebiasaan sahabatnya ini pun spontan langsung menghentikan langkahnya dan kemudian menjitak kepala Aryo sehingga membuat Aryo memekik kesakitan dan ini sedang diperhatikan diam-diam oleh Ryu.
“Ih. Jahat banget sih. Ketemu sahabat yang udah lama gak ketemu bukannya di peluk eh ini malah di jitak,” protes Aryo.
“Dasar lebay,” ucap Arin yang kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Aryo.
Aryo yang ditinggalkan oleh Arin ini pun langsung berteriak, “Rin! Lo ini kebiasaan banget sih selalu aja ninggalin gue kaya’ gini. Rin! Woi! Tungguin gue!”
Aryo pun langsung berlari mengejar Arin dan di saat yang bersamaan...
“Rin, dia itu siapa mu sih? Akrab banget,” gumam Ryu agak sedikit kesal.
Ketika satu jam mata kuliah sudah selesai, Arin pun langsung bergegas menuju kantin dan membeli makanan karena lapar.
Sementara itu, Aryo yang masih belum mendapatkan jawaban ini pun masih penasaran dan kemudian mengikuti Arin ke kantin.
Arin yang diikuti oleh Aryo ini pun langsung protes dengan berkata, “Yo, lo ini kenapa sih ngikutin gue terus!? Bukannya hari ini lo cuma ada satu mata kuliah aja!?”
“Ish, lo ini Rin. Kan gue bilang kalau gue ini kangen sama lo,” ucap Aryo.
“Tapi sayangnya gue gak kengen tuh sama lo,” celetuk Arin.
“Ah elo mah gitu, Rin. Eh iya.. btw lo kemarin kenapa gak kuliah? Gue nyariin lo tahu gak sih!?” ucap Aryo.
Mendengar Aryo mengatakan hal itu, sontak membuat Arin pun berkata, “Lha kenapa juga lo nyariin gue. Kan mata kuliah yang kita ambil itu beda.”
“Haisssss... Lo itu ya Rin. Lo bener-bener dah. Jadi perempuan gak peka banget,” ucap Aryo.
“Maksudnya?” tanya Arin.
Belum juga ucapan Arin ditanggapi oleh Aryo, tiba-tiba saja sudah terlebih dahulu datang seseorang yang langsung berkata, “Rin, lo gak apa-apa kan?”
Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Arin pun langsung menengok ke arah sumber suara dan kemudian berkata, “Nah, ini kenapa lagi coba!? Datang-datang tahu-tahu ngomong begitu.”
“Haisss... Rin. Gue kemarin diajak sama Yuke datang ke tempat lo kerja. Tapi sama pemilik rumah, lo gak diijinin buat ketemu siapa-siapa. Saat itu gue khawatir banget tahu gak Rin!? Lo gak apa-apa kan?” tanya orang tersebut yang ternyata Toni.
Arin yang mendengar ini pun langsung memegang keningnya dan kemudian berkata, “Eh dengar ya lo pada. Gue ke sini itu untuk makan dengan tenang. Bukan di tanya ini itu kaya’ begini. Ngeselin banget tahu gak sih!?”
Mendengar ucapan Arin seperti itu, Aryo dan Toni pun langsung menatap satu sama lainnya dan kemudian Toni pun berkata, “Sori, Rin. Tapi gue bener-bener khawatir.”
Dengan menghela nafas panjang, Arin pun mau tidak mau berkata, “Eh denger ya. Gue gak apa-apa. Gue baik-baik aja. Dah. Cukup kan!? Sekarang biarin gue makan.”
“Ta—tapi, Rin. Pemilik rumah di tempat lo kerja, apa dia baik sama lo?” tanya Toni memastikan.
Tanpa basa-basi, Arin pun langsung menyahut, “Baik. Bahkan dia sangat baik sama gue. Dah kan!? Gak ada pertanyaan lagi kan!?”
Sementara itu di saat yang bersamaan, Aryo yang tidak mengerti dengan arah pembicaraan Toni dan Arin pun merasa bingung dan kemudian bertanya, “Rin, ini tuh sebenernya ada apa? Pemilik rumah tempat lo kerja!? Maksudnya?”
Mendengar Aryo bertanya seperti itu, Toni pun langsung berkata, “Haisss Yo. Jadi rupanya lo gak tahu ya!? Arin ini dipaksa bekerja sebagai asisten rumah tangga sama Mamanya untuk membayar hutang-hutang Mamanya.”
“Apa!?” teriak spontan Aryo karena terkejut.
“Kenapa lo gak cerita!? Emang berapa hutang Mama lo, Rin? Siapa tahu kita bisa bantu melunasinya dan lo bisa terbebas dari pekerjaan itu,” ucap Aryo.
“Iya, Rin. Bener ucapan Aryo. Berapa hutang-hutangnya Mama lo?” tanya Toni yang sepaham dengan Aryo.
Arin yang mendapatkan perlakuan seperti ini pun sebenarnya merasa terharu. Namun dia tidak bisa melibatkan teman-temannya dalam urusan keluarganya. Apalagi, hutang tersebut adalah cara Ayahnya melindungi dirinya dari Mama tirinya.
“Ehm. Begini, gue sebelumnya ucapin terima kasih banyak atas niat baik kalian. Tapi gak apa-apa kok. Gua suka dengan pekerjaan ini dan lagi pemilik rumanya juga baik kok sama gue. Jadi biarin seperti ini saja, Ok!?” ucap Arin.
Mendengar ucapan Arin, Aryo pun merasa tidak rela dan kemudian berkata, “Ta—tapi, Rin. Nanti lo kecapean gimana?”
“Gak akan, Yo. Gua bakalan baik-baik aja kok,” ucap Arin.
Sementara itu, Toni yang tadi mendengar kalau pemilik rumah tempat Arin bekerja ini baik menurut Arin membuat Toni jadi heran. Pasalnya dari apa yang terlihat saat dia datang ke rumah itu bersama Yuke, Tuan rumah di sana tampak tidak bersahabat.
“Eh, Rin. Yakin lo baik-baik aja?” tanya Toni.
“Yakin,” sahut Arin singkat.
“Beneran?” tanyanya lagi.
“Beneran,” sahut Arin lagi.
“Trus, lo juga yakin kalau pemilik rumah di tempat lo kerja itu baik?” tanya Toni.
“Yakin,” sahut Arin.
“Oh begitu ya. Ya sudah kalau begitu. Tapi kalau lo butuh sesuatu atau sekedar teman buat cerita, lo bisa cari kita ya,” pesan Toni.
“Hem,...” sahut Arin, “dah ah. Gue mau makan. Udah lapar. Jangan tanya apa-apa lagi, Ok!?”
Setelah mengatakan hal itu, Arin pun langsung memakan makanan yang sudah dia beli tadi.
Sementara itu, Aryo dan Toni yang melihat sikap Arin seperti ini pun hanya bisa saling lihat saja tanpa bisa bertanya apa-apa walau masih ada hal yang ingin sekali mereka tanyakan.
Tak selang berapa lama kemudian...
“Rupanya Kakak ada di sini!? Kemarin aku cari Kakak ke tempat kerja kakak, tapi kata Tuan Ardian, Kakak gak boleh ketemu siapa pun,” ucap Yuke yang tahu-tahu datang entah dari mana.
Arin yang melihat Yuke datang dan mendengar ucapan Yuke seperti itu pun hanya dengan singkat berkata, “Hem.”
Padahal di saat yang bersamaan dalam hatinya bergumam, “Ini lagi. Ganggu makan aja.”
Dan sesaat setelah itu...
“Kak Arin, disuruh pulang sama Mama hari Sabtu ini,” ucap Yuke.
Namun di saat yang bersamaan tiba-tiba saja...
“Gak boleh!”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments