“Ha!?”
Bukan hanya tidak menghiraukan bagaimana tanggapan Arin, Ryu pun tidak memberi kesempatan kepada Arin untuk merespons. Dia justru langsung berkata, “Sudah. Kamu mau aku antar ke mana?”
Arin yang tahu kalau Dosennya ini tidak mau menerima penolakan, akhirnya hanya bisa menjawab, “Ke pasar, Pak.”
Mendapatkan jawaban dari Arin, Ryu pun langsung melajukan mobilnya kembali menuju pasar.
Sementara itu, dalam perjalanan, Arin pun dalam hatinya menggerutu, “What’s!? Kenapa sih ni Dosen satu maksa banget buat gue mau terima dia buat jadi pacarnya!? Aih..”
Di saat Arin sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Ryu tiba-tiba berkata, “Rin, gimana keadaanmu?”
“Sudah lumayan jauh lebih baik, Pak,” sahut Arin.
“Syukurlah. Lalu apa ke pasar ini termasuk tugasmu?” tanya Ryu lagi.
Arin pun menggelengkan kepalanya dan kemudian menjawab, “Tugasku hanya menyapu, mengepel dan menyiram tanaman serta memastikan kondisi rumah dalam keadaan rapi aja, Pak.”
Mendengar jawaban Arin, Ryu pun menyipitkan matanya dan kemudian kembali bertanya, “Lalu kenapa kamu sekarang pergi ke pasar?”
Arin pun terdiam. Dia sangat enggan sekali bercerita pada Dosennya itu.
Sementara itu, Ryu yang melihat Arin terdiam ini pun langsung bertanya, “Kenapa diam? Kamu gak mau cerita?”
“Bu—bukan begitu, Pak,” ucap Arin.
“Kalau bukan seperti itu, terus kenapa kamu diam?” tanya Ryu.
“Hmm.. i—itu, Pak. Se—sebenarnya ini... Hmm.. aku sedang di hukum oleh kepala asisten rumah tangga karena kemarin aku sempat diam-diam menyelinap pergi untuk ujian di kampus,” jelas Arin.
‘Deg’
“Apa!? Memangnya kamu sebelumnya gak bilang kalau kamu itu kuliah dan apa kamu gak minta sedikit waktu sebentar hanya untuk kuliah?” tanya Ryu.
“Sudah, Pak. Aku meminta tolong pada Bu Weni, kepala asisten rumah tangga untuk menanyakan masalah ini pada pemilik rumah, hanya saja hingga ujian tiba, Bu Weni gak kasih jawaban apa-apa sehingga membuat aku terpaksa pergi menyelinap ke luar untuk ke kampus,” jelas Arin.
Ryu yang mendengar penjelasan Arin ini pun langsung mengencangkan genggaman tangannya di kemudi mobil.
“Jadi, jangan bilang kalau kamu sakit kemarin juga karena gara-gara akibat mendapatkan hukuman!?” ucap Ryu menebak.
Arin pun diam tidak menjawab dan bagi Ryu itu sudah mewakili sebuah jawaban.
Ryu pun menghela nafas panjang dan tidak melanjutkan pembahasannya.
Tak selang berapa lama mereka pun akhirnya sampai di tempat tujuan yaitu pasar.
Arin yang sudah mendapatkan catatan belanja dari Bu Weni ini pun langsung bergegas menuju ke tempat yang menjual semua barang tersebut.
Namun Ryu yang selalu memperhatikan Arin berbelanja ini pun merasa aneh. Dalam hatinya bergumam, “Sebenarnya ini tuh belanjaan untuk berapa lama? Kenapa banyak sekali?”
Setelah beberapa saat kemudian, Arin yang akhirnya selesai membeli semua barang yang tertera itu pun langsung berkata, “Pak, aku sudah selesai.”
“Oh. Udah selesai ya. Ya sudah. Ayo kita pulang,” ucap Ryu yang kemudian diangguki oleh Arin.
Tanpa membuang waktu, mereka pun langsung pulang. Hingga beberapa saat kemudian...
“Pak, aku turun di sini saja,” pinta Arin untuk diturunkan agak jauh dari gerbang rumah.
“Kenapa memangnya?” tanya Ryu.
Arin pun menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Aku hanya gak mau dapat masalah lagi dari Bu Weni.”
“Oh begitu. Ya sudah. Kalau begitu, ini obatmu yang kamu tinggalkan kemarin. Ingat. Minum obatnya tepat waktu dan ini ponsel untukmu,” ucap Ryu.
Arin yang mendapatkan semua itu pun benar-benar bingung harus bagaimana.
“P—Pak, ini terlalu mahal,” ucap Arin melihat ke arah ponsel yang di sodorkan padanya.
“Gak apa-apa. Ambil aja. Jika ada sesuatu, kamu lekas hubungi aku. Di sana sudah aku simpan nomor kontakku dan jika aku hubungi, sebisa mungkin kamu angkat ya,” ucap Ryu.
“Ta—tapi, Pak. Kalau sampai ketahuan Bu Weni gimana!? Nanti yang ada aku dikira mencuri barang orang,” ucap Arin khawatir.
Ryu pun menghela nafas panjang dan kemudian berkata, “Ya sudah. Aku gak akan menghubungimu. Tapi jika kamu senggang, sebisa mungkin kamu hubungi aku, ya.”
Arin pun mengangguk dan kemudian berkata, “Ya sudah kalau begitu. Aku turun dulu ya, Pak. Terima kasih banyak.”
Ryu pun mengangguk sambil tersenyum.
Sesaat setelah Arin turun, Ryu pun langsung memukul kencang setir kemudinya.
***
Di ruang belajar, Bu Weni tiba-tiba saja di panggil dan ketika dia sampai di ruang belajar...
“Ini apa, Wen?” tanya si pemilik rumah yang bernama Ryu Ardian.
Ya, Ryu yang sebelumnya mengungkapkan perasaannya pada Arin dan terkesan memaksa ini ternyata pemilik rumah tempat Arin bekerja.
Ryu sebelumnya tidak tahu kalau Arin bekerja di rumahnya. Hingga akhirnya dia membuntuti Arin gara-gara obat yang ditinggalkan oleh Arin saat di Rumah Sakit.
“Ma—maksud Tuan?” tanya Bu Weni bingung.
“Lihat saja sendiri,” ucap Ryu sambil melemparkan kertas daftar belanja yang sempat dia ambil diam-diam dari Arin saat Arin langah.
Bu Weni pun langsung mengambil kertas tersebut dan betapa terkejutnya dia saat melihat kertas apakah itu.
“Bagaimana? Bisa jelaskan itu kertas apa?” tanya Ryu.
Dengan gemetar, Bu Weni pun menjawab, “I—ini,...”
“Iya. Itu kertas apaan?” tanya Ryu lagi.
“I—ini kertas daftar belanjaan, Tuan,” jawab Bu Weni gugup.
“Oh. Daftar belanjaan ya!? Untuk berapa lama?” tanya Ryu.
“U—untuk satu minggu, Tuan,” sahut Bu Weni.
“Satu minggu!? Sebanyak ini!? Sampai menghabiskan uang dua juta!? Ckckck... Boros sekali kamu, Wen. Pokoknya aku gak mau tahu. Sebagai gantinya, uang gajimu akan aku potong satu juta tiap bulannya dan setelah ini, aku tidak akan mempercayakanmu soal uang belanja lagi padamu. Kamu mengerti, Wen?” tanya Ryu dengan nada emosi.
Dengan sangat terpaksa, Bu Weni pun mengangguk.
Namun di saat yang bersamaan, dalam hati Bu Weni, dia bergumam, “Ini pasti gara-gara perempuan itu yang sudah diam-diam memberi tahukan ke Tuan. Kita lihat saja nanti. Akan aku balas kamu.”
Sementara itu...
“Bagus kalau kamu mengerti,...” ucap Ryu, “Oh ya satu lagi. Jangan sekali-kali kamu menyentuh pembantu baru yang bekerja di sini untuk membayar hutang orang tuanya. Dia dalam pengawasanku. Jika sampai ada sesuatu terjadi padanya, maka aku gak akan segan-segan buat perhitungan denganmu selaku kepala asisten rumah tangga di sini. Kamu paham?”
'Deg'
“Ba—baik, Tuan. Aku paham,” sahut Bu Weni.
“Bagus. Sekarang lanjutkan pekerjaanmu,” ucap Ryu.
“Baik Tuan,” sahut Bu Weni dan kemudian pergi.
Setelah beberapa saat Bu Weni pergi, Ryu pun langsung mengambil sebuah kartu identitas mahasiswa dan kemudian bergumam, “Aku akan menjadikanmu benar-benar milikku dan aku tidak akan membiarkan satu orang pun yang boleh menyentuhmu selain aku.”
Dan di saat yang bersamaan...
'Ha...ha...hachiiiii...’
Arin pun memencet-mencet hidungnya sambil bergumam, “Rupanya aku memang masih belum sehat benar.”
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
🏘⃝AⁿᵘAdik ʙᴀʙʏ🍀⃟🐝⁶⁹
dua juta seminggu murah lah... tdk tau ya telur dan cabe mahal
2023-01-21
0
𝐕⃝⃟🏴☠️𝐀⃝🥀иσνιєℛᵉˣ𝓐𝔂⃝❥࿐
Haaahaaa...enak kan bu Weni dapat peringatan keras dari tuanmu..sadarlah bu bahwa diatas langit masih ada langit..dan kejahatan2mu kali ini pasti akan terbalas dengan sendirinya.
2023-01-21
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Dihh... pasti bu weni bakalan ngehukum arin lagi ni.
2023-01-21
1