Ryu bingung

Di perjalanan ke arah mobil yang diparkir, dengan kesal Sion pun menceletuk, “Ngadepin orang hamil itu emang benar-benar menyiksa.”

Setelah mereka berdua sampai di dekat mobil mereka masing-masing, Ryu pun berkata, “Yon, kita bagi tugas aja biar bisa tepat waktu.”

“Ok,” sahut Sion.

“Lo cari semur jengkol plus nasi dua bungkusnya, biar gue yang cari empek-empek nya. Gimana?” tanya Ryu.

“Siip,” sahut Sion sambil mengacungi jempolnya.

Setelah berbagi tugas seperti itu, mereka pun akhirnya berpencar.

Hingga satu jam kemudian...

Sesuai dengan yang sudah ditentukan oleh Arin, akhirnya Ryu dan Sion pun datang dengan membawa pesanan Arin.

“Arin, ini. Sudah aku belikan semua yang kamu mau,” ucap Ryu.

“Waaaah, kalian berhasil. Hebaaaat. Ya udah. Sini kalian duduk bersamaku,” ucap Arin.

Merasa dimintai untuk duduk, Ryu dan Sion pun kemudian duduk.

Lalu sesaat setelah itu, Arin pun langsung membuka makanan yang sudah dia pesan dari Ryu dan Sion.

Sementara itu, Ryu dan Sion hanya memperhatikan gerak-gerik Arin yang sedang membagikan semua makanan tersebut.

Hingga beberapa saat kemudian...

“Dah siap. Silakan di makan,” ucap Arin sambil tersenyum.

Melihat ini, Ryu dan Sion pun saling menatap satu sama lainnya hingga akhirnya Ryu berkata, “Rin, kenapa semur jengkol sama nasinya kamu suruh kami yang makan!? Bukannya ini tadi kamu yang minta!?”

“Emang sih aku yang minta tapi aku juga inginnya kalian yang memakan jengkol plus nasi ini. Sedangkan aku akan makan empek-empek nya aja,” sahut Arin.

Mendengar jawaban Arin seperti itu, spontan membuat Ryu dan Sion saling menatap dan kemudian menepuk jidat mereka.

Dengan sangat terpaksa Ryu dan Sion pun memakan makanan itu.

Sementara itu, sambil makan, dalam hati mereka, mereka bergumam, “Penyiksaan yang hakiki. Huek.”

Arin yang melihat ekspresi mereka berdua saat memakan makanan itu pun diam-diam tersenyum geli.

Dalam hatinya Arin saat itu dia bergumam, “Emang enak aku kerjain. Kapan lagi coba ngerjain orang yang ngejar-ngejar diri kita mati-matian. Bwahahahaha..”

Setelah satu jam berlalu, akhirnya nasi dan jengkol itu pun telah habis mereka makan. Dengan menahan rasa mual, Ryu dan Sion pun meminum minuman yang sengaja tadi mereka beli walau Arin tidak memesannya.

Hingga beberapa saat kemudian...

“Yu, gue mau ke toilet dulu ya,” pamit Sion.

“Bareng, Yon. Gue juga mau ke toilet,” ucap Ryu.

“Ya udah ayo,” ucap Sion.

“Rin, aku ma Sion mau ke toilet dulu ya. Kamu tunggu di sini jangan ke mana-mana,” pesan Ryu.

“Hem,” ucap Arin yang tengah duduk santai.

***

Di depan pintu toilet, di saat mereka berdua sudah selesai mengeluarkan semua isi perut mereka karena mual, Sion pun langsung menghadapkan tubuhnya ke arah Ryu.

“Yu, sebelum kita ke sana, gue mau lo jelasin semuanya ke gue. Ini tuh sebenarnya ada apa? Kenapa lo tiba-tiba bilang ke gue kalau dia itu istri lo dan lo bakal punya anak?” tanya Sion.

Ryu yang mendapatkan pertanyaan seperti ini pun akhirnya menghela nafas panjang dan kemudian menceritakan semuanya pada Sion sehingga membuat Sion pun jadi paham.

Namun walau begitu, ada satu hal yang masih belum bisa di mengerti oleh Sion dan untuk memastikannya, Sion pun kemudian bertanya, “Supaya semuanya bisa berjalan lancar, kenapa gak lo bilang aja sama Arin kalau sebenarnya pria di malam itu adalah lo? Kan kalau dia tahu soal itu, dia juga bisa tahu kalau lo itu Ayah biologisnya anak dalam kandungan dia? Kenapa mesti ribet-ribet nutupin semuanya dan buat dia salah paham bahkan sampai berulang kali nolak lo?”

Untuk sejenak Ryu pun terdiam. Emang benar dengan apa yang di katakan oleh Sion. Namun jika dia mengatakan hal itu sekarang, apakah Arin akan mau menerimanya dan tidak membencinya.

Hingga sesaat kemudian...

“Yon, jika gue katakan yang sebenarnya, apakah dia mau nerima gue dan tidak akan ngebenci gue?” tanya Ryu.

“Haissss, Yu. Rupanya lo itu terlalu banyak mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti ya, Yu!? Haissss,” ucap Sion.

“Bukan begitu, Yon. Gue cuma gak mau kehilangan dia aja, Yon. Lo kan tahu, semenjak malam itu, gue diam-diam selalu kepikiran dia terus,” ucap Ryu.

“Haisss... Ya mending lo coba aja dulu, Yu. Lo gak akan pernah tahu gimana hasil akhirnya kalau lo gak nyoba,” ucap Sion.

“Tapi kalau dia malah jadi benci gue gimana?” tanya Ryu.

Tanpa menjawab pertanyaan Ryu, Sion justru balik bertanya, “Lha terus lo mau sembunyiin itu sampai kapan?”

Ryu pun terdiam. Dia benar-benar merasa bingung dengan apa yang seharusnya dia lakukan.

Melihat sahabat seperti itu, Sion pun menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Pelan-pelan saja, Yu. Tapi saran gue, cepat atau lambat, lo bener-bener harus mengatakan hal yang sesungguhnya sama Arin.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Sion pun kemudian pergi ke tempat Arin meninggalkan Ryu yang sedang termenung.

Sesaat setelah sampai di tempat Arin, Sion pun langsung kembali duduk di posisinya yang semula.

Sementara itu, Arin yang melihat Sion hanya datang sendirian ini pun akhirnya bertanya, “Pak Ryu mana, Pak?”

“Oh. Dia sebentar lagi juga datang,” sahut Sion.

“Oh,” ucap singkat Arin.

Dan benar saja, tidak selang berapa lama kemudian Ryu pun datang.

Arin yang melihat wajah Ryu seperti orang bingung ini pun langsung bertanya, “Ada apa Pak?”

Merasa dirinya ditanya, Ryu pun langsung menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata, “Gak ada apa-apa. Gimana? Masih ada hal lain yang masih kamu mau?”

Arin pun menggelengkan kepalanya dan kemudian menyahut, “Gak ada, Pak. Ayo kita pulang saja sekarang.”

Mendengar jawaban Arin, sontak membuat Ryu dan Sion pun seketika dapat bernafas lega.

Lalu Ryu pun berkata, “Ya sudah. Kita pulang sekarang.”

“Gue langsung balik aja kalau gitu ya, Yu,” ucap Sion.

“Terima kasih banyak, Pak. Maaf udah ngerepotin dan buat susah. Maklum bukan mau ku,” ucap Arin.

“Iya iya. Gak apa-apa, Rin. Kamu jaga kesehatan dan juga kandunganmu ya,” pesan Sion.

Arin pun mengangguk dan kemudian berkata, “Kalau sewaktu-waktu aku ingin Bapak main ke rumah, Bapak mau kan datang?”

“Eeeeeeh!? Hehehe.. iya iya. Asal si Ryu ngijinin,” ucap Sion sambil melirik ke arah Ryu.

“Gue sih ngijinin lha. Tapi lo nya beneran datang gak!?” sindir Ryu.

“Hahahaha... Gue kalau diminta datang, ya gue pasti datang lha. Ya udah. Gue balik ya sekarang,” pamit Sion.

“Iya. Hati-hati Pak,” ucap Arin yang kemudian diangguki oleh Sion.

Sesaat setelah Sion pergi, Ryu dan Arin pun juga ikut pulang ke rumahnya sendiri.

Namun ketika sampai di rumah, tiba-tiba saja di pintu gerbang, Arin melihat ada Yuke dan Toni sedang berdiri.

“Pak, itu ada Adik tiriku. Mau apa dia ke sini!?” ucap Arin.

“Kamu mau menemuinya?” tanya Ryu.

Arin pun terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan Ryu ini.

“Ya sudah. Kamu gak usah ketemu sama dia. Biar nanti aku aja yang coba menemuinya,” ucap Ryu seolah mengerti apa yang diinginkan oleh Arin.

“Terima kasih banyak Pak,” ucap Arin yang diangguki oleh Ryu.

***

Setelah beberapa saat kemudian di ruang tamu...

Yuke yang sedang bersama Toni ini pun kini sedang menunggu Arin keluar di ruang tamu. Hingga beberapa saat kemudian..

“Ehm. Mau cari siapa?”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!