Bismillahirohmanirohim.
"Aku akan menghukum kalian dengan seberat-beratnya!"
Senyum licik terbit di kedua sudut bibir Azam. "Bersiaplah" ucap Azam menyeringai.
"Bos tapi mereka sudah ingin mengaku" Kino memberanikan berbicara saat melihat tangan Azam mulai meraba sesuatu di sakunya.
Tentu saja Kino tahu apa yang akan dikeluarkan Azam, sebuah benda tajam yang didesain sedemikian rupa, agar terlihat menarik dan tidak seperti benda tajam pada umumnya.
Azam menatap Kino dengan tajam. "Apa sebelum mereka mencoba benda ini kamu ingin mencobanya lebih dulu Kino?" tawar Azam pada Kino, Azam menipu-niup benda itu tanpa rasa ngeri sedikitpun.
Kino mengerkan kedua tangannya di depan dada tanda tidak berani lagi ikut campur apa yang akan Azam lakukan selanjutnya.
"Bagus" ucap Azam sambil kembali berjalan mendekati jeruji besi yang ada tak jauh dari hadapannya.
"Sedari tadi aku sudah memaksa kalian sebisaku agar segera mengaku, tapi kalian tak mau mengaku juga sekarang aku tak bisa apa-apa" batin Kino.
"Kalian pilih aku siksa sekaligus atau mau menyiksa temanya sendiri-sendiri?" ujar Azam enteng.
"Apa yang akan dia lakukan?" batin orang-orang di dalam jeruji besi itu saling berbisik satu sama lain.
"Jadi apa pilihan kalian!" sentak Azam pada mereka semua, sehingga membuat orang-orang di tempat itu terlonjak kaget, termasuk Kino.
"Baiklah karena tak ada yang mau menjawab biar aku saja yang menentukannya!" saat Azam hampir akan melempar benda tajam itu pada salah seorang di dalam jeruji besi itu, tapi tak jadi membuat semua orang merasa lega.
Ting....!
[Bagaimana anda akan mendapatkan kebahagian, jika hal yang anda lakukan seperti ini] suara sistem itu lah yang membuat Azam tak melanjutkan apa akan dia lakukan.
"Lalu apa yang harus aku lakukan? yang salah tetap harus dihukum" batin Azam yang dapat didengar oleh sistem.
[Anda benar yang salah tetap harus dihukum, tapi apakah ada tega menghukum mati mereka? Sementara Sang pemilik jiwa belum menentukan kapan mereka tiada]
[ Apakah anda ingin mendahulukan takdir yang sudah ditetapkan pada setiap orangnya?]
Azam menghembuskan nafas kasar lalu kembali ketempatan duduknya. "Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Azam.
[Pikiran cara baik-baik untuk mereka agar bisa mengaku dan bertanggung jawab dengan semua yang sudah mereka lakukan]
"Caranya?" pertanyaan yang keluar dari mulut Azam barusan membuat Kino yang mendengarnya bingung.
"Caranya apa bos?" Azam menatap Kino dengan malas, Kino yang paham tak bersuara lagi.
[Kamu harus tahu apa itu kebahagiaan yang sesungguhnya, walaupun kamu belum merasakan itu]
[Sistem akan membantu memberi tahu apa itu kebahagiaan yang sesungguhnya]
[Kebahagiaan sejati atau kebahagian sesungguhnya adalah perasaan senang, tentram, damai dan nyaman akan suatu hal atau suatu kondisi dan tidak ada satupun orang yang bisa mengacaukan perasaan bahagia ini]
[Sementara itu ada hal lain pula mengenai kebahagian]
"Apa itu?" tanya Azam penasaran.
[kebahagiaan yang hakiki dapat diraih saat manusia mengenali dirinya, mengenal Tuhannya, mengenali dunia dan mengenali akhirat. Adapun puncak kebahagiaan manusia akan didapatkan ketika manusia tersebut mampu mengenali Tuhannya]
[Pertanyaannya apakah anda sudah mengenali diri anda sendiri? Dan apakah anda sudah mengenali tuhan anda?]
Azam hanya mampu menggeleng lemah atas pertanyaan yang dilontarkan sistem ikon tersebut untuk dirinya.
Kino yang sedari tadi memperhatikan Azam, tapi bosnya itu tak kunjung melakukan apa yang akan dia lakukan, membuat Kino bersuara.
"Bos lalu mereka harus bagaimana?" tunjuk Kino pada orang-orang yang berada di dalam jeruji besi itu.
Azam pun tersadar jika dia sedang berbincang dengan sebuah sistem. "Biarkan mereka di tempat itu lebih dulu, tapi ingat kamu harus terus berusaha membujuk mereka untuk mengaku"
"Baik bos!"
"Sekarang kita pulang!"
Azam bangkit dari tempat duduknya meninggalkan tempat itu begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi pada Kino.
Kino segera menyusul Azam yang sudah jalan lebih dulu dari pada dirinya. "Tumben sekali bos Azam tak berbicara irit seperti biasanya" batin, Kino.
Tapi dia senang setidaknya ada perubahan sedikit dari Azam. Selama di perjalanan Azam terus memikirkan apa yang dikatakan sistem pada dirinya.
"Apakah aku sudah mengenali diriku sendiri?" tanya Azam pada diri sendiri.
"Apa aku bisa mengenal tuhan sebelum mengenal diriku sendiri?" Azam masih terus perang pikirannya.
Ting...!
[Pertanyaan yang bagus]
[ Tapi jawabannya tidak, pikir saja secara logika anda, jika anda tak mengenali diri anda sendiri, lalu bagaimana cara anda untuk mengenali tempat sekitar?]
"Benar juga" ucap Azam tanpa sadar, ternyata Kino masih bisa mendengar apa yang dia katakan.
"Maaf lancang bos, tapi apa yang terjadi?"
"Tidak ada" balas Azam dingin.
"Jadi intinya bagaimana?" tanya Azam kembali dalam benaknya, berharap sistem itu segar merespon pertanyaannya.
Namun beberapa menit ditunggu tak ada suara yang keluar dari sistem itu lagi. "Kenapa sudah tidak ada jawaban?" kesal Azam.
"Kabur disaat sedang menjelaskan banyak hal namun tak selesai" dengus Azam.
Kembali laki-laki itu mencerna setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh sistem Ikon.
Ting.....!
Sebuah suara sistem kembali terdengar, Azam segera memasang kupingnya dengan tajam untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh sistem yang tiba-tiba menghilang dan muncul sendiri lagi.
[ Ada pertanyaan seperti ini, Mengapa kita harus mengenali diri kita terlebih dahulu agar kita dapat mengenali Tuhan?]
"Lalu jawabnya apa?" tanya Azam langsung tanpa menunggu lagi.
[Jawabnya begitu sesederhana, Mengenal diri membuat kita lebih tangguh menghadapi kritikan, pujian, pendapat orang lain, dan sebagainya. Kita juga menjadi lebih mudah untuk bersyukur dan Insya Allah semakin dekat dengan Sang Pencipta. ]
[ Ingatkah ada pepatah yang mengatakan, “Siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mampu mengenal Tuhannya.”]
"Jadi begitu" tempat saat itu juga mobil yang dikendarai Kino memberhentikan lajunya, tepat di depan rumah mewah.
"Kita sudah sampai bos!"
"Hmmm"
Azam keluar dari mobil, lalu pergi begitu saja dari hadapan Kino, tanpa ada ucapan sepatah katapun yang keluar dari mulut Azam.
Laki-laki yang bernama Azam Abraham itu masih memikirkan apa yang dia alami hari ini, sampai bertemu dengan sebuah sistem yang mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh Azam.
"Apa benar aku belum mengenal diriku sendiri?" Azam berlalu begitu saja, tanpa berkata apa-apa, saat melihat kedua orang tuanya berada di ruang keluarga tak ada tegur sapa yang keluar dari mulut mereka.
[Sistem akan mengingatkan, besok anda harus mulai mengerjakan misi pertama, karena anda sudah mengaktifkan sistem Ikon tahap 1, jika digukan dan misi dapat diselesaikan sistem akan naik bertahap, juga level akan terus bertambah!]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments