Mendengar jawaban dari Asena yang sedemikian terlihat mensyukuri segala keputusan yang Alves ambil untuk mereka berdua, Alves sendiri hanya diam dan tidak berkomentar apapun.
Dia hanya kembali memandangi kembali langit malam yang ada di depan sana, tepatnya di atas lautan luas yang memperlihatkan keindahan alam tersendiri yang memanjakan mata dengan bintang yang bertaburan.
Namun, Asena yang melihat tatapan mata Alves yang terlihat sendu itu, membuat Asena merasa kalau pria di sampingnya itu seperti orang yang sedang mengulas masa lalu.
Apa yang sedang Alves pikirkan sampai memperlihatkan tatapan mata sendu yang tidak pernah di perlihatkan kepada orang lain itu?
Asena pun sama sekali tidak bisa mengetahuinya.
Sekalipun mereka berdua pernah melaksanakan pertunangan yang untuk sebuah urusan mereka berdua masing-masing, maka tidak dengan kisah milik mereka berdua yang sama sekali tidak pernah berbagi.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang?” Tanya Asena. Dia sebenarnya penasaran apa yang akan di lakukan oleh Alves setelah ini, karena sekarang Alves kembali dalam masa kesendiriannya.
“Apa lagi? Aku akan bekerja seperti biasa.” Dan itulah yang Alves jawab. Dia menyesap kembali wine yang tersisa sampai habis dalam sekali minum, lalu memberikannya kepada Asena.
Asena hanya menggeleng kepalanya dengan pelan. Dia benar-benar tidak menginginkan jawaban itu, karena yang Asena inginkan adalah kedepannya, apakah akan ada yang menggantikan posisinya?
Menjadi tunangan Alves dan berakhir dengan menjalin cinta dengan pria ini?
“Maksudku bukan dalam bidang pekerjaan, tapi percintaanmu. Apa yang akan kau lakukan setelah hubungan kita berdua berakhir? Tidak mungkin juga kau akan lajang terus kan?” Tanya lagi Asena, menjelaskan detail maksud dari pertanyaannya yang sebelumnya itu.
Alves akhirnya memutar tubuhnya ke samping kiri, menghadap ke arah Asena yang ternyata sudah siap menjalin hubungan menjadi seorang Istri dengan pria lain.
“‘Aku sendiri juga tidak tahu. Aku hanya melakukan sesuatu yang ingin aku lakukan sesuai dengan isi hatiku. Jadi soal pertanyaanmu itu, tentu saja tidak bisa aku jawab.” Terang Alves.
“Ok, aku tidak akan memaksamu. Tapi, sebaiknya cepat-cepat punya pasangan deh, biar kau tidak terlihat seperti beruang kesepian.” Pesan Asena, dia mengembalikan gelas milik Alves kepada Alves sendiri, lalu Asena pun pergi meninggalkan Alves, membuat pria itu kembali dalam kesendiriannya.
WUSHH…..
Alves menilik jam tangan nya sendiri dan jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
“Lagi pula aku sudah datang, menunjukkan wajahku, lebih baik aku pulang sekarang.” Lirih Alves seraya menatap pemandangan dari laut tepi kota untuk terakhir kalinya sebelum Alves memutuskan pergi dari balkon sana.
Akan tetapi baru juga keluar dari balkon, dia langsung di hadapi oleh kerumunan pawa wanita yang sudah menunggunya dari sedari tadi.
“Tuan, apakah sekarang waktu anda senggang?”
“Tuan Alves, bisakah kita mengobrol sebentar?”
“Tuan-”
“Tuan Alves-”
“Tuan, apakah anda mau berda-”
Mendengar segala kalinat yang terdengar memuakkan, hanya dengan diam tapi tangan kanannya dia angkat ke atas, semua wanita yang hendak mendekatinya itu, langsung terdiam saat itu juga.
“Apakah kalian tidak ada pekerjaan lain selain mengerumuniku? Banyakpr ia di sini, jadi jangan hanya fokus denganku saja.” Sebauh kalimat sindiran dengan bumbu peringatan itu langsung membuat mereka sama sekali tidak ada yang bisa berkomentar apapun. “Dan satu lagi,”
Alves menatap mereka semua satu persatu, dia akan melihat sekaligus mengingat semua wajah yang berani mendekatinya.
Setelah selesai, Alves pun memberikan ucapan pedas nya lagi. “Tidak ada satu pun parfum yang kalian pakai, yang sesuai dengan seleraku. Jadi aku pikir lebih baik kalian tidak mendekatiku, karena kalau tidak aku akan membuat kalian menjauh dariku dengan cara paksa.” Imbuh Alves, lalu berjalan pergi melewati puluhan wanita yang sudah bersedia memberikannya jalan khusus untuknya.
Alves pergi dari tempat yang sebenarnya cukup menyiksanya, karena semua aroma dari semua orang bersatu dan membuat Alves sendiri merasa ingin muntah.
Itulah, mengapa Alves lebih menyukai untuk sendirian dan jauh dari tempat keramaian seperti itu.
"Tuan, anda mau kemana?" Satu pertanyaan itu mengusik kembali emosi milik Alves yang kemudian menemukan seorang wanita yang sedang memegang wine di tangannya, tengah menyapanya?
Tidak, wanita yang ada di depannya itu bukan sekedar untuk menyapa.
Melihat di kedua tangannya ada dua gelas wine, maka Alves sudah sedikit menebak kalau salah satu diantaranya adalah untuk dirinya.
"Memangnya ini urusanmu?" Alves memicingkan matanya. Membuat lawan bicaranya itu langsung membuat ekspresi ragu.
"Tentu saja Tuan, bukankah waktu itu an-..akh..!" Belum sempat berbicara dengan benar, wanita ini tiba-tiba terhuyung ke depan, dan karena di kedua tangannya sedang memegang gelas berisi wine, Alves yang sesaat tadi hendak berbalik, pakaiannya pun langsung tersiram cairan merah itu.
PRANK...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments