WUSHHH~
Angin besar yang cukup dingin itu langsung menerpa tubuhnya.
Karena jas hitam milik nya sudah tersiram dengan wine, maka Alves terpaksa melepasnya.
Dia awalnya berniat untuk pulang lebih dulu. Tapi karena pantai itu terus saja menarik perhatiannya, maka Alves pun sengaja memberhentikan mobil miliknya di tepi jalan dan memutuskan untuk keluar dari sana.
"Hahhh~" Satu helaan nafas yang cukup panjang itu Alves lakukan seraya berjalan menyusuri pantai yang sangat sepi itu.
Alves berjalan sendirian di pinggir pantai, menikmati ombak yang kian menyapu bibir pantai membawa pasir putih itu untuk di bawa ke laut.
'Mereka benar-benar seperti ngengat, menjijikan. Aku membenci aroma apapun yang mereka semua pakai.' Kutuk Alves.
Alves sejujurnya membenci yang namanya pesta, karena di dalam pesta adalah medan perang untuk mereka semua.
Baik itu dari ucapan, topik yang di bahas, sampai entah itu tata bahasa dan tubuh, mereka semua akan terus membuat gosip baru dan membanding-bandingkan nya dengan orang lain.
Karena itu, Alves, yang notabene nya adalah tipe orang yang suka penyendiri, maka dia adalah orang yang kurang cocok dalam perkumpulan seperti itu.
Dan setiap permasalahan yang Alves hadapi saat menghadiri pesta, tentu saja selain itu semua, ada hal yang lainnya juga, dan itu tidak jauh dari soal percintaan.
"Beruang kesepian?" akhirnya Alves bergumam sendiri mengenai nasibnya, yang kini kembali di cap sebagai beruang kesepian setelah dirinya akhirnya memutuskan pertunangannya dengan Asena itu.
Alves pun jadi merenung sendiri dengan memandang tepi laut yang kini ada di depan matanya.
DRTT....DRTT....
Hingga dering handhpone miliknya itu menyita segala pikirannya Alves.
Alves mengambil handphone yang dia letakkan di dalam celana nya, dan akhirnya dia tahu siapa orang yang mengganggu kesendiriannya, dan itu adalah Asena.
'Asena ini, dia sudah punya suami, harusnya dia bersenang-senang saja di pesta. Masih saja sempat menghubungiku.' Alves yang tidak mau tahu dengan tujuan Asena yang berhasil melepas lamunannya itu, dia pun mematikan panggilan itu.
Karena telepon dari Asena, Alves matikan dengan sengaja, Alves pun jadi mendapatkan teror oleh wanita itu dengan mengirimkannya banyak pesan dalam waktu yang singkat untuk membuat Alves membacanya.
Alves yang tidak tahan dengan teror itu, akhirnya membuka semua pesan singkat yang di lakukan oleh Asena.
"Dia memang kurang pekerjaan sekali. Sampai masih ada waktu untuk menerorku." Gerutu Alves. Dan dia pun melihat deretan pesan itu di akhiri dengan kata yang banyak di beri tanda seru.
📩 "Alves, kau dimana?! Cepat datang kesini! Ini darurat! Kau harus cepat datang kesini."
Hanya itu saja pesan terakhir dari Asena untuk Alves.
Karena penasaran, Alves pun menelepon balik Asena.
"Padahal belum lama aku menolak panggilannya dan menerima pesan nya, kenapa tidak di angkat?" Alves yang merasa tidak enak, karena Asena selama ini juga sering banyak membantu dirinya di saat kesulitan untuk menghadapi wanita lain yang ingin mendekatinya, alasan dari pertunangan Alves membuat Asena jadi tameng nya, maka Alves pun buru-buru kembali ke tempat pesta.
*
*
*
Tapi apa yang menunggunya di tempat pesta, setelah Alves membuka pintu masuk aula pesta yang seharusnya terus terbuka, Alves tiba-tiba saja langsung di hadiahkan sebuah kejutan.
"Alves! Cepat tangkap itu sekarang!!" Teriak Asena, dimana pengantin wanita itu bersama dengan suaminya yang berdiri di samping Asena, baru saja melemparkan buket bunga ke belakang, dan Alves yang baru saja masuk kedalam aula pesta pun langsung secara refleks jadi menangkap yang sedang terbang ke arahnya dengan cukup baik.
GREP...
"Jadi kau membuat suara panik itu agar aku datang dan-" Alves langsung mengernyitkan matanya, sebab di tangannya kini ada satu buket bunga mawar putih baru saja dia dapatkan hasil dari lemparan dari sepasang pengantin baru itu.
PROK ...! PROK ...! PROK ....!
Suara tepukan tangan gemuruh itu langsung memotong kalimat milik Alves.
"Tuan Alves, selamat ya, tidak lama lagi anda pasti akan mendapatkan pasangan pengganti untuk anda."
"Selamat Tuan Alves, anda berhasil menangkap bunga nya. Anda pasti akan mendapatkan wanita untuk diri anda."
"Aku jadi tidak sabar menunggu Tuan Alves bisa menyusul Nona Asena."
"Ah iya itu. Saya juga setuju, karena saya sendiri ingin melihat Tuan bisa mendapatkan pasangan hidup."
Satu persatu bumbu pujian dan selamat menghujani diri Alves yang berhasil menangkap bunga milik pengantin itu.
"Hahaha ..., aku memang sengaja. Maaf membuatmu jadi datang kesini lagi, lagian aku sangat ingin agar kau lah yang mendapatkan bunga itu." Jawab Asena atas ucapan Alves yang sempat terpotong karena tepuk tangan yang masih belum berhenti itu.
'Aku pikir ada apa, ternyata aku di panggil kesini karena ini?' Alves pun memandangi buket bunga yang baru dia dapatkan itu dengan senyuman tipis yang dalam seketika langsung menarik perhatian para wanita jomblo di depan sana.
Alves tahu dengan rona pipi dari mereka semua, menandakan kalau mereka semua terpesona dengan senyuman milik Alves, tetapi meskipun begitu Alves tidak begitu memperdulikan dengan apa yang ada di dalam pikiran oleh semua wanita itu kecuali dengan barang hidup yang sedang Alves pegang itu.
'Mendapatkan wanita pengganti untuk Asena?' Alves memejamkan matanya, dan senyuman tipis itu kian menjadi miring, karena Alves merasa sedang di jadikan bumbu percobaan oleh mereka semua. 'Ternyata kalian memang suka hal yang seperti ini.'
Alves pun menggoyang-goyangkan buket bunga mawar itu, dan ada beberapa kelopak bunga yang terjatuh mendarat di atas karpet merah.
"Huh ..., kalian terlalu perhatian sampai mendoakan seperti itu. Tapi aku yakin, jika aku memang tidak lama lagi pasti akan mendapatkan wanita untukku sendiri. Jadi dengan begitu, aku jadi tidak di kelilingi wanita lagi." Senyuman Alves yang tersungging cukup lebar itu pun langsung di tunjukkan untuk kelompok wanita yang jones tepat di samping kanan dan kiri dari sepasang pengantin itu.
"Pfftt...kau benar, karena dengan begitu kau bisa punya tameng lagi kan?" ledek Asena atas ucapannya Alves barusan.
Alves pun berbalik, mengangkat satu ikat bunga pengantin yang sudah menjadi miliknya itu ke atas dan menggoyangkannya lagi lalu menjawab, "Ya. Sebagai ganti kita sudah putus, aku akan mendapatkan wanita baru yang lebih cantik dan tangguh darimu."
"Aku akan menunggunya, dan kalau sudah ketemu, perkenalkan padaku." Sahut Asena, menunggu janji yang akan di ucapkan oleh Alves itu.
"Tenang saja, saat kau bertemu dengannya-" Alves menurunkan tangan yang sedang memegang buket bunga itu, lalu sedikit menoleh ke belakang dan melirik ke arah Asena. "Kau pasti akan iri denganku."
Setelah mengatakan itu, Alves pun membawa buket bunga pengantin itu bersamanya, layaknya orang sedang memanggul karung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments