Alves tersenyum sendiri alias mencibir dirinya sendiri karena dia bisa-bisanya berbicara pada orang yang bahkan belum bisa di ajak bicara.
Tapi karena perbuatannya itu lah, di satu sisi hati Alves yang paling dalam dan tersembunyi, bisa merasakan perasaan menggelitik.
Dan hari demi hari, Alves selalu datang di jam yang sama dengan jadwal yang sudah teratur.
Seperti anak sekolah yang harus absen, maka Alves juga melakukan hal yang sama. Dia sama benar-benar absen setiap dua hari sekali untuk menjenguk wanita yang belum Alves tahu, siapa namanya, karena setelah sebulan lewat, keadaanya masih sama-sama saja.
Bahkan ada kalanya, demam tinggi mendatangi wanita ini sampai berhari-hari.
Semua dokter yang merawatnya pun jadi ikut dalam kesulitan, karena demam yang jika sudah naik, untuk menurunkannya cukup susah, dan perlu waktu hingga dua hari lebih, bari bisa berangsur turun.
Dan di hari ini, wanita ini kembali mengalami demam tinggi, hingga Alves sendiri ketika dia menyentuh pipi dari wanita ini, ujung jarinya langsung merasakan panas yang lumayan.
“Apa kalian tidak tahu cara mengobati pasien?” Sindir Alves terhadap kinerja dua dokter yaitu Jane dan Doni, yang bertugas bergiliran untuk merawat pasien yang di bawa oleh Alves itu.
“Kau pikir jadi dokter semudah membuang uang? Dia bisa demam juga karena alam bawah sadarnya. Kalau seperti ini, sudah pasti kalau dia mengalami banyak tekanan psikologis yang terus ditahan, makannya kali ini efeknya itu membuat tubuhnya jadi demam naik dan turun. Jadi jangan menyalahkan kami berdua.” Balas Doni, sedikit tidak terima dengan ucapannya Alves yang benar-benar menyindir profesinya Doni sebagai seorang dokter.
“Apa kau baru saja memperingatkanku?” Salah satu alis Alves terangkat. Kini dia sedang duduk di sofa sambil menumpukkan kaki kirinya ke atas kaki kanannya dan bersilang tangan di depan dada.
“Ya. aku memperingatkanmu agar jangan meremehkan profesi seorang dokter.” Pungkas Doni, dia mulai terprovokasi dengan ucapannya Alves yang suka membuat kompor menyala.
“Doni,” panggil Jane, agar Doni tidak berteriak lagi, sebab sekarang mereka semua berada di tempat yang seharusnya memberikan ketenangan untuk sang pasien. “Biarkan saja, yang penting lakukan saja tugas kita.” Mencoba membujuk Doni agar tidak termakan dengan pancingannya Alves itu.
“Hmph…jika dia merasa kita berdua tidak becus, lebih baik ganti dokter aja sana.” Tambahnya.
“Pemotongan gaji selama setengah tahun.” Sela Alves detik itu juga. Memberitahu Doni, bahwa gaji di pekerjannya itu di potong selama setengah tahun.
Dan Doni yang mendengar hal itu, langsung menghentikan tangannya, dan menoleh ke arah Alves yang ada di belakang sana. "A-apa? Kau bercanda ya? Aku sudah susah payah perawatnya, dan kau seenaknya memotong gajiku selama setengah tahun?"
"Salahmu sendiri kan, kau sudah mengatakan akan angkat tangan hanya karena aku mengatakan itu. Jadi gajimu akan di potong selama setengah tahun penuh. Renungkan itu Doni~" Alves pun tersenyum menyeringai, melihat wajah Doni yang terlihat sangat terkejut itu.
"Makannya, jaga ucapanmu. Padahal aku sudah memperingatkanmu tadi agar diam." Jane pun mendukung apa yang di putuskan oleh Alves itu.
PIP ..., PIP ..., PIP ..., PIP
Sampai detektor dari detak jantung itu tiba-tiba saja melemah.
"D-don! Dia mengalami penurunan detak jantung!" Jane yang panik itu langsung mengambil alat pemicu jantung.
PIPP----------
Dan itu berakhir dengan suara dengan nada yang cukup panjang, yang artinya detak jantungnya berhenti?!
Alves sontak langsung memasang wajah terkejut. Dia segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri pasien yang kini sedang dalam kondisi di ujung tanduk.
"Don, cepat lakukan." Jane memberikan pemicu jantung kepada Doni, dan dari situ adu kekhawatiran pun terjadi.
Dalam kurun waktu dua menit lebih, Doni mencoba memicu jantung milik pasiennya yang tiba-tiba berhenti itu.
Tapi mau seberapa banyak kalipun dia melakukannya, tidak ada hasilnya sama sekali, membuat Alves yang selama ini sudah menunggu agar wanita itu sadar, tiba-tiba jadi kesal dengan tangan sudah mengepal dengan erat membuat bogem mentah yang bisa dia layangkan kapanpun dia mau.
"Kalian memang tidak becus, sini!" Alves yang sudah marah, merebut alat pemicu jantung dari tangan Donni.
"Hei, itu bukan mainan." Doni memperingatkan.
"Siapa yang peduli itu?" Ketus Alves, tidak sabar. "Dia harus bangun. Kalau tidak, maka aku akan menjual semua organ tubuhnya untuk mengganti uang yang sudah aku buang selama satu setengah bulan ini." Kata Alves dengan nada penuh penekanan dan ancaman.
Makannya dia pun tidak akan segan-segan melakukan apa yang di lakukan Doni tadi.
Alves menaikkan daya tegangan pada alat yang sedang di pegangnya, lalu dia pun menggosoknya setelah di berikan cairan khusus di permukaannya. Barulah, setelah siap, Alves pun memberikan kejutan itu pada dada wanita itu.
Pip....Pip...Pip...
Tapi belum juga mendaratkan permukaan dari alat pacu jantung itu ke atas dada dari wanita tersebut, monitor yang mengukur pergerakan dari detak jantung pun kembali memperlihatkan keajaibannya.
"Itu sungguh kalimat yang sangat ampuh." Puji Jane, karena setelah Alves mengatakan akan menjual semua organ tubuh dari pasien nya, pasien tersebut kembali hidup.
"A-apa apaan itu? Hanya dengan ancamanmu, jantungnya langsung kembali berdetak sebelum kau melakukannya."
"Heh ..., berarti mulutku ini memang masin. Dia langsung mendengar ancamanku, dan buru-buru hidup lagi." Ujar Alves dengan senyuman penuh kemenangan.
'Dia benar-benar pria yang mengerikan. Bisa-bisanya memberikan ancaman kepada seorang pasien yang sedang koma.' Batin Jane.
"Nih, pegang." Alves akhirnya memberikan alat pacu jantung itu kepada Doni lagi.
"Kerja-" Belum sempat berbicara, kalimat milik Alves langsung terpotong saat ujung jarinya tiba-tiba di pegang oleh wanita yang sekarang menjadi pasien itu.
"Eh, dia sudah sadar." Kata Jane, memberitahu kedua pria di sampingnya itu, kalau wanita itu sudah sadar.
Alves dan Doni pun secara bersamaan langsung mengalihkan perhatiannya untuk menatap satu pasien yang kini perlahan sudah membuka matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments