Mengantar Regan Pulang

Setelah mengabari Seto dan mamahnya kini Tio kembali dengan membawa satu kantong plastik berisi makanan. Dia yang belum sarapan dan Ceri yang ia tau sejak tadi juga belum makan, membuatnya menyempatkan diri untuk membeli makanan sebelum ia kembali ke ruangan.

"Makan dulu!" Tio meletakkan kantong plastik tersebut di atas meja sofa kemudian duduk di samping Ceri.

Ceri melirik Tio sekilas dan membuka plastik tersebut lalu menyediakannya.

"Ini!" Ceri menyodorkan makanan bagian Tio, dan dia mengambil miliknya. Tanpa canggung ia melahapnya karena sejak semalam belum sempat makan. Tio yang melihat Ceri makan begitu lahap tersenyum samar, tapi kemudian ia segera makan dengan khidmat.

Tak ada pembicaraan di antara keduanya, hanya sendok dan garpu yang saling beradu mencapai mulut. Selesai makan Ceri membersihkan bungkus bekas makanan tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.

" Ini minumnya." Ceri memberikan satu botol minum pada Tio. Kemudian kembali duduk di sebelahnya dengan menjaga jarak.

"Untuk masalah Regan loe nggak perlu sungkan." Tio kembali mengingatkan.

"Gue cuma nggak mau kedekatan kalian buat Tiwi salah paham, apa lagi status gue yang cuma sendiri." Ceri tak ingin akan jadi masalah kedepannya.

"Masalah itu biar gue yang urus, tapi untuk Regan gue nggak mau sampe kejadian ini terulang lagi. Loe tega lihat anak loe sampe panas gitu cuma karena pengen ketemu sama gue?" tanya Tio tegas membuat Ceri menoleh ke arahnya.

"Maaf, tapi gue begini buat kebaikan loe juga."

"Loe sendiri yang bilang perjanjian berakhir tapi gue masih boleh berhubungan dengan anak-anak. Loe lupa sama omongan loe sendiri?" kesal Tio.

" Gue nggak lupa, itu sebelum loe punya tunangan. Gue nggak mau Tiwi berpikir negatif dengan kedekatan loe sama Regan. Gue jaga perasaan dia sebagai perempuan, pasti ada curiga saat melihat calon suaminya lebih dekat dengan anak temannya. Apa lagi dengan status gue yang janda, akan banyak fitnah nantinya."

Tio membuang nafas kasar, ia menatap Regan yang kini keadaannya sudah mulai membaik. Kemudian ia memejamkan mata, bingung harus bagaimana. Sedangkan Regan bocah yang tak tau apa-apa begitu ingin dekat. Dia yang sedang tumbuh dan membutuhkan kasih sayang orang tua tapi tak ia dapat. Hanya ada mamah yang tidak mungkin bisa merangkum kedua peran bersamaan. Walaupun di lisan mampu tapi realitanya akan ada momen yang membuatnya butuh sosok pria yang membantu.

"Loe nggak pengen nyariin pengganti Reno untuk anak-anak?"

"Gue rasa saat ini cukup gue dan anak-anak."

"Tapi loe tau nggak, kenapa Regan bersikap seperti itu sama gue?" tanyanya lagi pada wanita dengan gamis merah muda dan jilbab yang senada.

"Dia merindukan Papahnya," lirih Ceri.

"Berarti apa yang harus loe lakuin?" tanyanya lagi.

"Maksud loe apa sich Tio? gue nggak paham jalan pikiran loe!"

"Loe tau maksud gue, gue nggak minta loe nikah sama gue. Tapi pikirin Regan, dia butuh figur Papah dalam hidupnya termasuk Rayya. Gue ngomong gini karena gue liat dari pengalaman kembar, bukan gue mengarang dan buat loe jadi bimbang."

Ceri terdiam mencerna ucapan Tio, memang ada benarnya apa yang Tio katakan. Tapi tak mudah baginya untuk kembali memulai.

Sore harinya mamah Tio datang menjenguk, beliau membawa rantang makanan untuk Ceri dan Tio serta ada sup ikan untuk Regan.

"Tante bawain makan untuk kalian, pasti laper kan nunggu Regan seharian."

"Maaf ya Tante jadi merepotkan begini, buat makan malam bisa kan Tante? Ceri masih kenyang, tadi Tio membelikan makan untuk Ceri."

"Bisa sayang, nggak apa. Bagaimana cucu tante, kenapa bisa sampai masuk rumah sakit?" tanyanya lagi, beliau mendekati ranjang Regan. Efek obat membuat Regan benar-benar terlelap dan memanfaatkan tubuhnya untuk istirahat.

"Hanya demam Tante, tapi besok sudah bisa pulang."

"Kangen sama Tio mah, sampe sakit begitu," celetuk Tio yang membuat Ceri menatapnya tajam.

"Emang benar, nggak usah loe tutupi liat anak loe masih aja manggil nama gue walaupun udah jarang."

Melihat perdebatan keduanya mamah Tio justru merasa aneh, apa lagi melihat Tio yang banyak bicara pada Ceri. Sedangkan dengan wanita lain ia tak minat kecuali dengan Sella. Semalam pun dengan Tiwi begitu ketus hingga beliau pusing melihatnya.

"Sudah, Tio kamu nich nggak ada halus-halusnya bicara pada perempuan!" celetuk mamah, kemudian beliau beralih mengusap kening Regan.

"Kasihan kamu nak, kangen sama Om Tio ya. Maafkan Oma ya jika kemarin Oma dan Om Tio tidak datang." Ucapnya mamah Tio membangunkan Regan, anak itu tersenyum melihatnya kemudian bangun dan memeluknya.

"Oma...."

"Sayang, cucu Oma sudah sembuh?"

"Sudah Oma," jawabnya kemudian beralih menatap sang mamah. "Mah....Regan ingin pulang sekarang."

Demamnya memang sudah turun, bahkan wajah Regan sudah tak sepucat tadi pagi. Ceri sangat bersyukur, apa lagi dia juga kepikiran dengan Rayya yang di tinggal di rumah.

"Nanti di tanyakan pada dokternya dulu ya sayang, sebentar lagi dokter datang memeriksa Regan. Kalo belum boleh pulang sore ini, kita pulang besok pagi."

"Nggak mau mah, kasian adik Rayya. Lagian ada Om Tio kalo Regan pulang sore ini. Om Tio bisa ikut pulang ke rumah Mah." Regan dengan semangat meminta pulang dan ingin di temani oleh Tio sampai rumah.

"Tapi nak..."

"Udah nggak apa-apa, nanti gue antar Regan pulang."

"Iya nak Ceri, nggak apa-apa biar Tio yang mengantar kalian."

Ceri tak bisa berucap lagi, dia hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Menunggu dokter datang untuk memeriksa kondisi Regan.

"Enak Oma, Regan suka." Regan makan dengan lahap sup ikan buatan mamah Tio.

"Nanti akan Oma masakin lagi kalo Regan main ke rumah Oma, sekarang habiskan ya makannya." Beliau sangat senang bisa dekat dengan Regan.

Setelah di periksa oleh dokter dan di perbolehkan pulang, kini Regan bersama dengan Tio pulang dalam satu mobil. Sedangkan Ceri membawa mobilnya sendiri.

Sampai di rumah, Tio segera mengangkat tubuh Regan masuk ke dalam kamar. Menarik selimut dan memposisikan tubuh Regan agar lebih nyaman. Mengecup kening Regan dan keluar kamar, Tio melihat ke arah sofa Ceri sedang menggendong Rayya dengan sayang, mungkin karena rindu semalaman tak bertemu.

Tio melangkah mendekati membuat Ceri menatapnya dengan tersenyum manis. "Makasih ya, loe udah nganter Regan pulang."

"Hhmm.....gue balik, Rayya Om Tio balik dulu ya nak." Ucap Tio menundukkan kepalanya mengusap lembut pipi Rayya membuat bayi itu menggeliat, "eh om ganggu bobonya ya, maaf ya, sini om sayang dulu."

Tio mengecup pipi gembul bayi itu dengan gemas membuat Ceri tersenyum hangat, jarak keduanya begitu dekat. Andai ada yang tak tau hubungan keduanya mungkin mereka akan menganggap jika Tio dan Ceri pasangan suami istri.

Tio kembali menegakkan tubuhnya setelah menciumi kedua pipi gembul dengan sayang, tapi karena posisi yang begitu dekat membuat Tio tanpa sengaja bersinggungan dengan Ceri.

Mata Ceri membulat ketika gerakan Tio tanpa sadar membuat bibirnya singgah di kening Tio, hingga keduanya saling menatap dengan rasa yang mendera.

Terpopuler

Comments

⒋ⷨ͢⚤ tarnoᏦ͢ᮉ᳟

⒋ⷨ͢⚤ tarnoᏦ͢ᮉ᳟

dag dig dug dag dig dug udh kya apaan tau pst itu jntung gaman/Facepalm//Facepalm/

2024-02-26

0

Ꮶ͢ᮉ᳟tamren⒋ⷨ͢⚤

Ꮶ͢ᮉ᳟tamren⒋ⷨ͢⚤

bnar sih cer,tpu knp kau btlakn dgn tio

2024-02-26

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Sadar kaliii

2023-09-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!