Mengakhiri Perjanjian

Hampir sore Regan dan Tio belum juga pulang. Setelah mandi dan menunaikan kewajibannya, Ceri turun kebawah untuk membuat susu hamil.

" Mau bikin susu non?" tanya Bibi saat Ceri sudah masuk ke dalam dapur dan mengambil gelas.

"Iya Bi."

"Mau bibi buatkan?"

"Ceri buat sendiri aja Bi, oh ya Bi Ceri sudah siapkan tas bayi dan tas untuk keperluan Ceri nanti jika sudah waktunya melahirkan. Ada di lemari besar bagian bawah ya Bi."

"Baik non, semoga lancar ya non. Nggak berasa dedeknya udah mau keluar."

Ceri tersenyum penuh syukur, " iya Bi," di balik kesakitan banyak hikmah yang ia dapat. Dia pun sangat bersyukur di beri titipan kembali walaupun harus menjalani masa kehamilan yang begitu berat di lalui.

"Assalamualaikum..."

"Wa'allaikumsalam..." Ceri melongok sebentar sebelum akhirnya menghampiri. Melihat siapa gerangan tamu yang datang.

"Eh Romi, ayo masuk!" Ceri mempersilakan Romi untuk masuk dan duduk di sofa.

"Regan mana?" tanyanya setelah duduk.

"Regan lagi keluar, mungkin bentar lagi pulang. Kenapa kamu kangen sama anak aku?" Ceri meletakkan secangkir teh dan susu yang ia buat tadi di atas meja kemudian dia ikut duduk bersama dengan berjarak.

"Iya aku kangen sama anak plus emaknya."

"Basi! Tante gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah sehat, nanyain terus kapan mau main." Romi meminum teh buatan Ceri.

"Kayaknya belum bisa kesana dech, aku udah masuk bulannya jadi nggak pengen main kemana-mana dulu. Mau nikmatin prosesnya dirumah, takut kecapekan juga Rom. Salam aja sama tante Tina ya."

"Kalo ada apa-apa hubungin aku, apa nanti kalo sudah dekat tanggalnya kamu dan Regan menginap di tempatku aja?" tanyanya tulus, Romi khawatir karena hanya ada Bibi dan sopir almarhum Pak Bima yang merangkap sebagai tukang kebun di rumah ini.

"Nggak dech Rom, aku nggak mau ngerepotin kalian. Lagian aku nyaman disini, tenang aja ada Regan jadi nggak perlu khawatir. Dia lebih seperti suami siaga. Hampir seminggu selalu ada buat aku ketika sedang butuh perhatian. Aku nggak nyangka anak aku akan sedewasa itu menyikapi semuanya. Dia tau mamahnya mulai merasa nggak nyaman karena hamil tua."

"Ya sudah, tapi tetap harus hubungin aku ya!"

"Iya, biasa dech bawelnya nggak ketulungan." Ceri tertawa renyah, ia menemukan sosok Kakak di diri Romi.

"Bukan bawel tapi perhatian! tapi Regan kok jam segini belum balik? udah mau magrib loh, main di mana? sama siapa? biara aku jemput."

"Regan lagi jalan-jalan sama Tio, mungkin masih ada di perjalanan, nggak apa-apa nggak perlu khawatir. Regan di tempat yang aman kok."

Romi menatap tidak suka, "Ceri, boleh aku tanya sesuatu?"

Ceri tersenyum, dia tau arah pikiran Romi. "Tanya apa?"

"Kamu dan Tio ada hubungan apa? Regan begitu dekat dengan Tio, interaksinya sudah seperti bapak dan anak. Bisa kamu jelaskan?" tanyanya dengan tatapan penuh selidik. Bahkan Romi tak percaya jika seandainya memang mereka ada hubungan, secepat itu Ceri move on sedangkan ia tau cintanya Ceri seperti apa pada Reno.

"Rom, sebenarnya Tio itu ca_ ..."

"Assalamualaikum Mamah, Regan pulang!" seru Regan dengan berlari menghampiri mamahnya diikuti oleh Tio.

"Wa'allaikumsalam, anak mamah baru pulang?" Ceri menangkap tubuh Regan dan tersenyum melihat anaknya begitu bahagia.

"Iya mah, seru jalan-jalannya mah. Aku main-main di mall mah, banyak banget tepat permainannya, coba tadi mamah ikut pasti tambah seru. Disana banyak yang mengajak mamah dan papahnya mah," celoteh Regan membuat Ceri menatap Tio yang sedang berdiri memperhatikan dengan kedua tangan masuk ke kantong celana.

"Terus mah, aku makan es krim kesukaan aku. Om Tio juga ajak aku makan jadi Regan sudah kenyang sekarang mah."

"Iya sayang, sudah bilang makasih sama Om Tio?" tanyanya lembut dengan mengusap kepala Regan.

"Sudah mah, tapi Regan akan mengucapkannya lagi." Regan berlari mendekati Tio, "makasih Om sudah ajak Regan jalan-jalan, Regan sayang banget sama Om."

Tio bersimpuh di depan Regan, bocah yang menggemaskan dan membuatnya semakin sayang, bahkan baru beberapa Minggu berdekatan interaksi keduanya sudah seperti bersama dengan kembar.

"Om juga sayang sama Regan, tapi janji ya laki-laki nggak boleh menangis, dan_"

"Laki-laki harus kuat, tapi penuh kasih sayang, harus sayang dan menghormati mamah. Karena surga di bawah telapak kaki ibu. Dan menghargai semua orang, tidak boleh memilih teman. Harus menghormati wanita seperti Regan menghormati mamah," lanjut Regan.

"Cerdas, TOS dulu dong!"

TOS.......

Ceri menatap tak percaya, anaknya bisa selancar itu mengucapkan apa yang di ajarkan oleh Tio. Ada rasa bangga di hati, tapi dia sadar jika Regan sedang betul-betul membutuhkan figur ayah di fase umurnya yang memasuki 6 tahun.

"Ehemmmm....." Romi berdehem membuat Ceri dan Tio menatapnya.

"Oh iya Regan, ada Om Romi datang, Salim dulu nak!" Regan berlari mendekati Romi kemudian menyalami dengan sopan.

"Regan habis jalan-jalan ya?"

"Iya Om."

"Kapan-kapan Om ajak jalan-jalan mau nggak?" tanyanya membuat Regan sontak menatap ke arah Tio, Tio yang mengerti segera menganggukkan kepala kemudian Regan kembali melihat Romi.

"Boleh om," jawabnya ragu.

"Ok, Minggu depan kita jalan-jalan ya."

"Iya Om, makasih udah ajak Regan," ucapnya sopan.

"Sama-sama sayang, oh iya Cer aku balik dulu ya. Masih ada perlu sama temen, jangan lupa hubungin aku."

"Iya, makasih ya Rom, hati-hati di jalan."

"Siip, balik bang," ucap Romi pada Tio.

"Iya.."

Sepulangnya Romi, Tio pun hendak pamit. Hari ini sebenarnya ia begitu lelah karena baru sekali sampai, tapi karena janjinya pada Regan membuatnya harus pergi.

"Gue balik." Tio segera membalikkan tubuhnya hendak keluar rumah.

"Tio!" seru Ceri sebelum Tio benar-benar keluar rumah.

"Hhmm...." Tio membalikkan kembali tubuhnya.

"Makasih udah ajak Regan jalan-jalan dan makasih udah sayang sama Regan, ngajarin Regan banyak hal juga."

"Hhm.....cuma itu yang bisa gue lakuin buat nebus semuanya, gue sayang sama Regan. Tapi gue nggak tau bakal bisa sayang nggak sama ibunya sekalipun kita udah menikah."

"Papah udah nggak ada, dan gue udah ikhlasin semuanya. Nggak perlu loe terus merasa bersalah, seandainya janji itu di batalkan juga gue nggak masalah. Anggap aja nggak pernah terjadi apa-apa biar loe nggak terus dihantui rasa bersalah."

"Mungkin mudah buat loe bilang begitu, tapi nggak buat gue. Dan janji harus di tempati, apa lagi sebuah wasiat sebelum Pak Bima meninggal. Gue laki, nggak bisa gue ingkar begitu aja."

"Tapi gue beneran udah ikhlas, untuk apa juga menikah kalo nggak ada rasa apa-apa. Itu bakal buat kita tersiksa, gue juga nggak bakal batasin loe buat ketemu sama Regan, karena gue lihat Regan nyaman sama loe. Kita bisa berteman dan lupain perjanjian itu."

Tio menarik nafas dalam, berat untuknya menikahi Ceri, tapi lebih berat jika harus mengingkari janji. "Loe suka sama Romi?"

"Hati gue masih terpaut sama papahnya Regan, Romi cuma sahabat gue. Dan udah gue anggap seperti kakak gue sendiri. Semua nggak ada kaitannya sama dia, gue mau akhirin perjanjian itu karena gue nggak mau gagal lagi."

Tanpa menimpali ucapan Ceri, Tio segera pergi dari sana. Banyak yang harus ia pikirkan sebelum akhirnya memutuskan.

Terpopuler

Comments

Samsia Chia Bahir

Samsia Chia Bahir

Betul ceri, ri pd tesiksa lebih baik batalkn prjanjian 😫😫😫

2024-03-05

0

M⃠𝓦⃟֯𝓓🍁Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❣️Ꮶ͢ᮉ𓆌

M⃠𝓦⃟֯𝓓🍁Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❣️Ꮶ͢ᮉ𓆌

kok sdih bngt y gue bacanya 🤧

2024-02-26

0

Bunda Hana

Bunda Hana

The best lah novel ni

2024-01-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!