Maaf

"Mamah......."

Sambutan dari sang anak membuat wajah Ceri yang sejak tadi mendung kini mengukir senyum. Melihat anak laki-lakinya yang sudah bangun dan bersiap untuk mandi membuatnya lega. Setidaknya pagi ini semua berjalan cepat dan bisa kembali ke rumah sakit menemui sang papah.

"Sayang, ayo mandi. Anak mamah pintar ya, bangun sendiri atau bibi yang membangunkan?" Ceri menggandeng tangan anaknya menuju kamar mandi.

"Legan bangun sendiri mah, tadi Legan cali mamah tapi nggak ada."

Ceri tersenyum mendengar celotehan sang anak. Regan Pratama anak dari pernikahannya terdahulu dengan Reno. Pernikahan yang penuh dengan drama air mata. Hingga di penghujung kematian membuatnya sampai hari ini tak tenang akan kondisinya. Berharap ada mukjizat yang menyatakan dia baik-baik saja.

"Mamah tadi lagi ke pasar beli ikan buat Regan makan, nanti biar bibi yang masak ya," ucap Ceri lembut membuat kedua bola mata yang kecil itu berbinar.

"Legan suka ikan, Opa juga pasti suka. Nanti Legan mau makan baleng Opa."

deg

Ucapan anak kecil yang belum bisa bicara R dengan fasih ini membuat hati sang mamah bagai tertusuk duri. Ceri mengingat Papah yang kini masih terbaring koma dan ntah kapan bisa kembali pulang.

"Iya nak, yang penting Regan mandi dulu terus sarapan ya. Hari ini nggak boleh sampai telat oke!"

"Siap mah, semenjak di antal mamah Legan nggak telat. Papah lagi apa ya mah? sudah mandi belum?"

"Papah...... pasti sudah donk sayang. Papah bahagia di sana, jadi apa yang papah kerjakan sesuai keinginannya. Regan harus doakan Papah ya, agar Papah selalu di sayangi oleh Allah," Ceri melepas baju anaknya, mengalihkan pembicaraan sang anak dengan air shower yang mengguyur tubuhnya.

"Segel mamah, mana samponya mah...."

Setelah mengurus sang anak dengan telaten, kini Ceri bersiap mengantarnya ke sekolah. Sebelumnya ia sempat membersihkan diri dan membawa beberapa perlengkapan Papah untuk di bawa ke rumah sakit.

Ceri berangkat tanpa sopir, dia yang sejak menikah di tuntut untuk mandiri membuatnya terbiasa tanpa bantuan orang lain. Padahal perutnya sudah cukup besar tapi tak menyurutkan keinginannya untuk menyetir sendiri.

"Sayang, belajar yang benar ya. Jangan bercanda jika Bu guru menerangkan. Nanti bekalnya di makan dan tunggu mamah sampai mamah menjemput ya." Ceri bersimpuh di depan tubuh kecil sang anak, sedikit merapikan seragam yang mulai berantakan karena tingkah anaknya yang tak bisa diam.

"Iya mah, Legan sekolah dulu ya. Adik, Abang mau sekolah dulu ya. Muach..." Regan mencium perut buncit sang mamah, dia yang sudah paham akan kehadiran adiknya yang masih dalam kandungan sangat antusias dan tak sabar menunggu kelahirannya.

"Iya Abang..." Ceri berdiri dan mengantar Regan sampai masuk kelas kemudian segera pergi ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, Ceri segera masuk ke dalam ruangan Papahnya. Ada waktu 3 jam untuknya singgah di sana. Menatap nanar tubuh yang entah kapan akan kembali sehat dan memberi kasih sayang penuh kehangatan.

Sejak Mamah meninggal, hanya papah yang Ceri punya. Mamah yang meninggal sejak Ceri masih duduk di bangku sekolah dasar membuat dirinya bergantung hanya pada sang papah. Bibi pun mempunyai peran penting dalam hidupnya. Asisten rumah tangga yang bekerja sejak Ceri bayi, kini ikut membantu Ceri merawat Regan setelah Ceri kembali lagi kerumah orang tuanya.

"Pah, Regan ingin makan ikan bareng Papah. Cepat sadar ya Pah, Regan pasti merindukan Papah. Jika ia tau Opanya tidak ada di rumah, pasti dia akan menangis Pah. Papah cepat pulih ya Pah. Ceri merindukan Papah."

Ceri kembali menangis, hidupnya tak jauh dari air mata. Sejak menikah karena hamil di luar nikah hingga perlakuan sang suami yang semaunya dan mendapati dirinya di selingkuhi. Belum pernah ia merasakan kebahagiaan yang utuh selain bahagia memiliki Regan yang menjadi pelipur lara dan menguatkannya di saat beban hidupnya terasa berat.

Ceri menjadi wanita kuat karena cintanya pada Reno. Dia tak mengeluh walaupun air matanya setiap hari runtuh. Sampai sang suami tak ada Ceri belum juga mendapatkan kasih sayangnya karena di hati Reno hanya ada satu nama wanita, mantannya saat SMA. Dan kematian Reno menjadi duka terdalam untuknya.

Di kamar VIP Tio masih terbaring lemah di ranjang. Sudah dua hari ia tak sadarkan diri. Mamah pun tak kunjung ingin meninggalkannya, anak semata wayang yang akan menjadi penerus keluarga kini membuat kedua orangtuanya begitu cemas. Lukanya tidak parah, tapi dokter bilang ia masih ingin menikmati alam bawah sadarnya karna ada beban yang ia rasakan.

"Pah, kok Tio belum sadar juga ya. Mamah takut Pah."

"Sabar Mah, Papah pikir ini ada hubungannya dengan Sella. Dia masih belum ikhlas jika Sella menikah dengan mantan kakak iparnya."

"Iya Pah, apa kita jodohkan saja agar Tio segera menikah dan melupakan Sella. Sella memang anak baik dan mamah sangat menyukainya. Tapi dia sekarang istri orang, mamah tak ingin Tio tersesat dan menghancurkan rumah tangga Sella.

"Mah, jangan bicara seperti itu. Anak kita tidak mungkin melakukan itu. Kalo Tio mau mungkin sejak Sella melahirkan ia akan memaksa Sella untuk menikah. Biarkan Tio sadar dulu dan pulih dari sakitnya mah, nanti kita bahas lagi masalah perjodohan yang mamah usulkan."

"Iya Pah," jawab mamah pasrah. "Loh Pah mau kemana?" ucap Arsita yang melihat suaminya beranjak dari duduknya.

"Mau menjenguk Pak Bima mah, kemarin kita belum mengucapkan terimakasih dan permintaan maaf pada keluarganya. Mungkin sekarang ada yang menjaga. Mamah mau ikut?" tanya Papah tak ingin membuat istrinya curiga.

"Mamah percaya sama Papah, mamah di sini saja. Takut Tio sadar dan tak melihat siapa-siapa di kamarnya."

"Ya sudah Papah kesana dulu ya Mah." Papah Tio mengecup kening istrinya sebelum pergi ke ruangan Bima.

Tepat saat beliau ingin masuk kedalam ruangan tersebut, Ceri pun ingin keluar menjemput Regan.

"Maaf, anda siapa ya?"

"Bisa kita duduk dulu."

Ceri dan Papah Tio duduk di kursi tunggu, Ceri yang tak tau siapa pria paruh baya yang menatapnya lekat di buat semakin penasaran.

"Apa kamu anaknya Pak Bima?"

"Iya om, om mengenal papah saya?"

"Hanya pernah bertemu tapi tidak begitu akrab dan sekarang saya datang ingin mengucapkan permintaan maaf. Pak Bima telah menyelamatkan anak saya dari kecelakaan yang ia alami. Kemarin saya kesini bersama dengan istri, tapi tidak melihat kamu. Maaf karna menyelamatkan anak saya, papah kamu jadi harus masuk rumah sakit dan koma."

"Saya sangat sedih dengan kecelakaan yang menimpa Papah saya om, tapi semua sudah terjadi. Dan saya juga tidak bisa menghakimi, karena semua sudah tergaris. Terimakasih Om sudah berniat untuk meminta maaf."

"Dia ternyata anak baik...." batin Papah Tio.

"Terima kasih sudah mau memaafkan, semoga Papah kamu segera sadar dan pulih kembali. Dan kemana mamah kamu nak? saya juga ingin mengucapkan permintaan maaf pada beliau," ucapnya ragu.

"Mamah saya sudah tiada om, saya tinggal memiliki Papah."

deg

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

it's a shame you have to get pregnant before you get married

2023-02-08

0

Cantik😘

Cantik😘

aku mampir,crazy up dong thor kan novel baru hehe✌️aku udh kasih kembang klo crazy up ku kasih kopi plus vote tetap smngat💪

2023-01-01

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!