Melahirkan

Minggu ini Tio tak ada jadwal ke rumah Regan, dia memutuskan untuk menengok si kembar karena sudah cukup lama tak bertemu. Mampir ke toko es krim dan coklat kemudian segera melaju ke rumah Dimas dan Sella.

"Assalamualaikum..."

"Wa'allaikumsalam..."

"Daddy....." seru kembar segera berlari mendekati Tio.

"Anak cantik Daddy," Tio bersimpuh memeluk ke dua anak kembar Sella. " Makin cantik, Daddy kangen sama kalian." Tio mengecup kening Naira dan Kaira bergantian.

"Daddy udah lama nggak kesini, Daddy sibuk ya?" tanya Naira.

"Iya sayang, pekerjaan Daddy banyak banget. Mamah sama papah kalian mana?" Tio mengedarkan pandangan tapi tak melihat ada orang di sana.

"Lagi di kamar Om. Ayo masuk om, biar Naira sama Kaira panggilkan mamah sama papah."

Tio masuk dan duduk di sofa, tumben sekali rumah Sella dan Dimas tampak sepi. Oma dan Opa si kembar juga tak terlihat.

"Wiiihhh tamu jauh, akhirnya mampir juga!" ucap Sella yang turun dari tangga dengan menggandeng suaminya.

"Ngamar mulu berdua, kasian si kembar main nggak ada yang ngawasin. Perasaan adiknya kembar udah nongol tapi masih getol aja."

"Makanya cepet nikah Tio, biar tau nikmatnya!" sahut Dimas.

"Haish itu terus yang di omongin tiap kesini, pamer kemesraan terus lagi kalian berdua. Nggak liat ada jomblo di sini!"

"Jomblo loe sendiri yang buat Tio, buka hati loe! apa perlu gue cariin?" tanya Sella. Dia meletakkan tiga cangkir teh di meja.

"Nggak perlu, loe meragukan pesona gue? sampe mau nyariin gue bini segala." Tio menyeruput tehnya kemudian merebahkan tubuhnya di sofa. Sedangkan Sella duduk di samping Dimas dengan Dimas merangkul pundak Sella.

"Percuma Tio, kalo loe masih stak di hati yang sama. Mau banyak cewek yang deketin loe juga cuma loe suruh lewat aja tanpa minta mereka berhenti. Kalo nggak sama Tiwi aja loe sono!" Sella tak ingin melihat sahabatnya terus menutup hati dan memendam rasa untuknya, ada bersalah di hati Sella walaupun sejak awal Sella sudah bilang jika tak ada hati untuk Tio.

"Ogah gue! loe nggak usah jadi Mak comblang ya. Gagal ngajar malah ganti profesi. Kak bininya tuh, keluar rule."

"Sella ngidam kali pengen liat loe jadi manten."

"Ngidam loe ngadi-ngadi Sell!" celetuk Tio.

"Ngidam gue berkelas, pengen sahabat gue bahagia."

Obrolan mereka terhenti kala panggilan di ponsel Tio berdering. Tio merogoh ponsel di dalam celana Jeansnya.

"Halo mah"

"Kamu dimana Tio?"

"Dirumah Sella Mah."

"Cepat kerumah sakit sekarang!"

"Ada apa mah?"

"Ceri Tio."

"Ceri kenapa mah?"

"Ceri mau lahiran, tadi sempat pingsan makanya segera di bawa kerumah sakit. Dan sekarang sedang di tangani oleh dokter. Kamu cepat kesini, mamah mau menemani di ruang bersalin!"

"Oke mah, Tio kerumah sakit sekarang."

Tio segera mengambil kunci mobil, dan pamit pergi. Sedikit panik karena merasa bersalah hingga Ceri harus melahirkan tanpa ada keluarga.

"Loe mau kemana Tio buru-buru banget? gue juga tadi denger loe nyebut nama Ceri, Ceri siapa?"

"Ceri teman SMA kita."

Sella mengernyitkan dahinya, melihat wajah Tio yang begitu panik membuatnya tambah heran.

"Gue balik ya, gue harus buru-buru ke rumah sakit."

"Ceri kenapa?" tanyanya penasaran.

"Dia mau lahiran!"

Tio segera masuk ke dalam mobil, kemudian segera melanjutkan mobilnya menuju rumah sakit. Sella dan Dimas saling menatap, mereka tau jika Ceri sudah menjanda setelah pertemuan satu bulan yang lalu.

"Tio dan Ceri?"

"Besok kita njenguk dia ke rumah sakit ya."

"Iya kak."

Tio berlari menuju ruangan bersalin, sempat terpikir bagaimana Regan ketika mamahnya harus berjuang melahirkan adiknya. Dimana bocah itu berada dan dengan siapa.

"Mah..."

"Tio kamu sudah datang nak, mamah masuk dulu ya. Kasian Ceri di dalam berjuang sendiri."

"Iya mah," mamah segera masuk ke dalam ruangan bersalin. Tio yang menunggu sendiri hanya mondar mandir.

Hampir satu jam mamah di dalam menemani Ceri, hingga suara tangis bayi begitu terdengar di telinga Tio membuat hatinya lega. Dia mengucap syukur kemudian duduk menunggu di kursi tunggu.

"Tio..."

Tio segera berdiri dan menghampiri mamah yang keluar dari ruangan bersalin. Tampak wajah haru begitu terlihat, Tio tau mamah sudah lama menginginkan seorang cucu di tengah keluarga.

"Tolong kamu adzani nak."

"Tio mah?"

"Iya siapa lagi, kamu yang akan menjadi ayahnya." Mamah mengingatkan janji yang beberapa waktu lalu Ceri meminta untuk di akhiri.

Tio menganggukkan kepala dan melangkah masuk ke ruangan membuat Ceri terkesiap dan membenarkan hijabnya.

"Sorry, gue mau adzani anak loe dulu," ijinnya karena merasa tak enak dengan posisi sang bayi yang berada di dekapan Ceri.

Ceri mengijinkan, Tio sempat bingung untuk meraih bayi yang terbungkus gedongan itu hingga suara Ceri membuatnya memberanikan diri.

"Ambil aja Tio, nggak apa-apa."

Tio mengadzani bayi mungil berjenis kelamin perempuan tersebut. Ada getaran di hati Tio, begitupun dengan Ceri, ia meneteskan air mata memandang pemandangan yang menyentuh hatinya.

Seharusnya Reno yang melakukan itu, atau papah yang ada di posisi itu saat ini. Tapi ini bukan suami maupun papah melainkan seorang teman yang di minta untuk menikahinya.

"Makasih Tio." Tio merebahkan kembali bayi itu di samping Ibunya. Menatap sekilas kemudian beranjak dari sana tanpa berucap apapun.

Ntah apa yang Tio rasakan saat ini, dadanya begitu sesak saat kumandang adzan terlontar dari bibirnya. Hingga ia tak sanggup berdiri berlama-lama di sana.

"Sudah nak?"

"Sudah mah," jawabnya kemudian duduk di kursi tunggu.

"Kamu urus administrasinya ya, mamah mau bantu Ceri dulu. Sebentar lagi dia di pindah di ruang rawat inap."

"Iya mah," jawab Tio singkat. Kemudian ia beranjak dari sana dan segera mengurus administrasi.

Setelah mengurus administrasi Tio kembali berjalan menuju ruangan bersalin. Pikirannya seketika teringat akan Regan, dia mempercepat langkahnya dan masuk kembali keruangan bersalin saat Ceri ingin segera di pindahkan.

Tio urung untuk menanyakan tentang Regan, melihat ranjang Ceri yang di dorong menuju kamar VIP sesuai permintaannya membua Tio mundur dan keluar dari ruangan tersebut.

"Kenapa Tio?" tanya Ceri saat melihat Tio yang sudah masuk ke kamar rawat inapnya.

"Regan di rumah?"

"Tadi pagi Regan di jemput Romi, mungkin belum pulang jalan-jalan. Jadi belum tau kalo gue di sini." Tio menganggukkan kepala, kemudian melirik mamah yang sedang menggendong bayi.

"Mamah kenapa tiba-tiba ada disini?"

"Mamah pas mampir tadi, habis arisan di rumah teman mamah yang ternyata nggak jauh dari rumah Ceri. Kebetulan pas mamah datang, Ceri sedang merintih kesakitan."

"Tio, untuk malam ini kamu jaga Ceri di sini ya, biar Regan sama mamah di rumah. Mamah akan mengurus sekolah Regan, besok sebelum kamu berangkat ke kantor mamah segera kesini. Lagian papah kamu juga mana bisa tidur nggak ada mamah."

"Terserah mamah ajalah."

"Tante, sendiri juga Ceri nggak apa-apa, ada perawat yang bisa membantu, lagian kasian Tio besok harus kerja Tan." Ceri tak enak, ia pun risih jika Tio yang menunggunya semalaman.

"Nggak apa-apa sayang, Tio juga sudah bersedia. Tante nggak mungkin tega meninggalkan kamu sendiri hanya dengan perawat yang nggak bisa menemani sepanjang malam. Seenggaknya ada Tio, kalo kamu butuh apa-apa bilang aja sama dia."

Ceri sudah tak bisa menolak, ia juga sadar dirinya masih lemah setelah berjuang menahan sakit hampir setengah hari. Dan mengejan hingga 3 kali dorongan dengan kekuatan maksimal. Akan sulit jika malam ini ia hanya sendiri.

Terpopuler

Comments

M⃠𝓦⃟֯𝓓🍁Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❣️Ꮶ͢ᮉ𓆌

M⃠𝓦⃟֯𝓓🍁Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❣️Ꮶ͢ᮉ𓆌

emg bnr deh,ada rasa haru,bhgia ktika mngadzanin sang zabang bayi,gtrsa air mtapn mnetes

2024-02-26

0

Neulis Saja

Neulis Saja

Tio peace with your heart

2023-02-08

0

Farfadh

Farfadh

tumben belum update mbak🤧🤔

2023-01-09

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!