Menjawab Rasa Penasaran

Tio menatap Ceri begitu dalam, dia mendengar apa yang tadi Ceri dan Dokter itu perbincangkan. Hingga ia membuka mata dan melihat Ceri yang menangis membaca kertas yang merupakan hasil kesehatan dia dan bayinya.

Tio yakin, ada yang Ceri sembunyikan. Ntah apa yang membuat Tio ingin tau lebih dalam lagi. Dia bertekad ingin mencari tau tentang kehidupan Ceri sebelumya saat bersama dengan Reno, apa lagi ia tau Reno bukan pria baik-baik. Dia menjadi selingkuhan dari kakaknya sella yang kini ntah kemana.

"Kenapa liatnya kayak gitu, naksir loe ntar sama gue!"

"Pede banget hidup loe, abis nangis bisa ya loe ngebanyol. Kertas apa tadi?" Tio menatap penuh selidik, dia yang masih duduk di sofa berjalan mendekati Ceri.

Melihat itu Ceri segera memasukkan kembali kertas itu kedalam amplop dan meletakkannya di bawah bantal.

"Bukan apa-apa dan loe nggak perlu tau ini apa."

"Oh oke, gue ngerti. Karena kita hanya sebatas teman dan nggak untuk tau lebih dalam kehidupan loe. Sorry!" ucap Tio melanjutkan langkahnya hingga berdiri di samping ranjang Ceri.

"Dan gue harap loe bilang ke orang tua loe kalo kita nggak perlu menikah. Gue nggak mau hanya karena perjanjian kita maksain keadaan." Ceri kekeh dengan keputusannya, ia tetap tak ingin menikah. Kegagalan membawanya pada fase dimana dirinya lebih baik sendiri dari pada harus bersama dan saling menyakitkan.

"Loe bisa ngomong sendiri, jujur untuk mengakhiri perjanjian itu gue ngerasa jadi laki-laki yang gagal. Karena laki-laki sejati akan menepati janji. Tapi gue menghargai loe, loe bisa ngomong sama nyokap gue!"

"Oke, gue bakal bilang sama nyokap loe!"

Ceri menatap Tio yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi, menarik nafas dalam kemudian segera memasukkan amplop tadi ke dalam tasnya.

Ketukan pintu membuat Ceri menoleh melihat siapa yang datang, senyumnya mengembang saat melihat Sella datang dengan membawa sebuah kado.

"Assalamualaikum...."

"Wa'allaikumsalam masuk Sell," jawab Ceri.

"Selamat ya, ini ada bingkisan dari kembar." Sella meletakkan kado tersebut di meja kemudian segera mendekati Ceri.

"Makasih ya, ngapain repot-repot bawa kado segala. Kamu mau njenguk aku aja aku udah seneng banget, ucapnya tulus.

"Nggak apa-apa, titipan dari kakak kembar buat dedek," Sella mendekati bayi itu, tersenyum gemas melihat bayi cantik yang sedang tertidur pulas. "Assalamualaikum dedek gemoy, cantik banget kamu," kemudian Sella menoleh ke Ceri sekilas. "Ini bener cewek kan Cer?"

"Iya Sell."

"Aku boleh gendong nggak?"

"Boleh donk, gendong aja. Tapi nggak apa-apa emangnya? kamu juga kan lagi hamil. "

"Nggak apa-apa, aku gemes banget nanti malah ngiler lagi kalo nggak bisa gendong." Sella mengambil bayi Ceri kemudian ia dekap di dadanya.

"Siapa namanya Cer?"

"Rayya Salsabila, aku berharap dia akan menjadi cahaya buat aku melangkah ke depan. Menjalani hidup menjadi single mom."

"Aamiin....kamu pasti bisa Cer, semangat ya." Sella cukup prihatin dengan kehidupan Ceri menikah tanpa cinta, bahkan di selingkuhi hanya diam saja.

Sella mendekati ranjang Ceri setelah meletakkan kembali Rayya di dalam boksnya. Tetapi baru beberapa langkah, ia cukup terkejut saat melihat Tio yang keluar dari dalam toilet. Begitupun dengan Tio, ia pikir yang sedang mengobrol dengan Ceri itu mamahnya ternyata Sella.

"Tio, loe abis mandi. Emang semalaman loe tidur disini?" tanya Sella melihat Tio yang keluar dari toilet dengan rambut basah.

"Iya," Tio melangkah melewati Sella kemudian duduk di sofa. "Sama siapa loe kesini?"

"Sama kak Dimas, sekalian nganter kembar juga."

"Terus mana laki loe?" tanya Tio seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Kerja lah Tio!" Sella menatap Ceri yang diam saja dengan wajah datar. "Kenapa Tio bisa tidur disini? kalian dekat?"

"Nggak usah kepo Sell!" sahut Tio yang mendengar pertanyaan Sella pada Ceri.

"Diem loe, gue nanya Ceri bukan loe!"

"Ceritanya panjang Sell," lirih Ceri.

"Ntar gue jelasin, udah kayak emak-emak yang suka pada ngumpul di tukang sayur loe! kepo nya nggak tahan!" celetuk Tio membuat Sella mendengus kesal jika Tio sudah mode ngeselin begini.

"Iya Sell, nanti biar Tio aja yang jelasin ya."

"Oke dech Cer, kalo gitu aku mau interogasi Tio dulu ya. Aku pamit sekalian, maaf nggak bisa lama soalnya aku harus ke sekolah kembar habis ini. Mudah-mudahan kamu cepat sembuh dan Rayya Tante pulang dulu ya....."

"Iya Tante, makasih ya kadonya...."

"Sama-sama...bye Ceri, aduh si Tio nggak bisa apa nunggu gue jalannya. Udah nyelonong aja," sewot Sella saat melihat Tio yang sudah berjalan lebih dulu.

"Gue cerita cuma sekali dan loe nggak boleh nanya lagi!" ucap Tio saat mereka sudah duduk di bangku taman.

"Ck, iya."

"Gue ada janji dengan papahnya untuk menikahi putrinya. Tapi setelah papahnya nggak ada, Ceri mau mengakhiri perjanjian itu. Dia nggak mau gagal lagi karena gue sama dia nggak saling cinta."

"Gue tau ke khawatiran Ceri, tapi kenapa nggak di coba dulu. Siapa tau kalian berjodoh."

"Ck, pernikahan bukan buat percobaan Cer!"

"Tapi Tio, gue yakin loe bisa mencintai Ceri. Buka hati loe Tio, Ceri wanita baik. Gue paham kalo dia takut gagal, karena Reno nggak pernah nganggep dia, nggak sayang sama dia, bahkan loe tau kan hubungan Reno sama kak Rika?"

"Hhmmm...."

"Itu berlanjut sampai mereka menikah, bahkan kematian Reno karena penyakit yang kak Rika derita." Sella begitu sedih saat kembali mengingat keadaan Kakaknya.

Mendengar itu, Tio langsung menoleh ke arah Sella. Dia seperti mendapat jawaban atas kecurigaan tadi saat melihat Ceri menangis.

"Yang bener?" tanyanya.

"Hhmm....gue tau sendiri dari Ceri."

"Emang kak Rika sakit apa?" tanyanya lagi semakin ingin memecahkan rasa penasaran.

"HIV."

deg

Jantung Tio berdebar, dia kembali teringat dengan jelas wajah Ceri dan pembicaraan antara Ceri dan Dokter tadi.

"Itu juga yang Ceri takutkan, karena Reno nggak jujur sama dia sampai ajal menjemputnya. Ceri takut dia dan bayinya terkena penyakit yang sama."

"Apa mungkin Ceri dan bayinya selamat dari penyakit itu?"

"Cuma keajaiban yang bisa membuat mereka terlepas dari penyakit menular itu. Itu juga yang Ceri harapkan. Tio, gue harap loe mau menikahinya. Walaupun gue nggak yakin setelah loe tau ini semua, loe bakal mau menikahi dia. Tapi inget pesan gue, Ceri wanita baik. Kita juga belum tau dia tertular atau nggak."

"Gue nggak mau maksa karena dia yang udah mutusin perjanjian itu."

"Kenapa loe bisa menyanggupi perjanjian dari bokapnya Ceri? setau gue kalian nggak dekat."

"Karena gue merasa bersalah sama beliau. Gue penyebab beliau meninggal, karna nolongin gue dari kecelakaan maut akhirnya bokapnya Ceri harus koma dan ngga selamat."

"Apa? kecelakaan?" Sella terkejut mendengar penuturan dari Tio, ia menutup mulutnya dengan kedua tangan menatap tak percaya. Setelah menikah ia memang tak lagi dekat dengan Tio, bahkan dia tidak tau kabar selanjutnya.

"Hhmm...."

"Kapan? kok loe nggak ngabarin gue?"

Tio menarik nafas dalam, "setelah gue pulang dari acara pernikahan loe!"

deg

Terpopuler

Comments

Milah Milah

Milah Milah

sella thor

2024-01-05

1

Neulis Saja

Neulis Saja

start with good did

2023-02-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!