Periksa Kandungan

Sudah satu bulan lamanya Ceri bolak-balik rumah sakit, menjaga sang Papah yang masih belum kunjung sadar dan mengurus sang putra yang sedang membutuhkan perhatian.

Tio pun seminggu sekali menjenguk, tapi setiap datang tak pernah ia bertemu dengan Ceri. Hal itu semakin membuat Tio merasa bersalah dan iba. Dia pun semakin yakin jika Pak Bima tak memiliki sanak saudara, tanpa ia mau bertanya pada kedua orangtuanya yang sudah tau jika Pak Bima memiliki seorang putri.

Hari ini jadwal Ceri memeriksa kandungan. Sudah biasa baginya memeriksa kandungan sendiri, karena sejak awal kehamilannya ia selalu datang tanpa ada yang mendampingi. Tanpa perduli dengan cibiran orang yang memandangnya iba.

"Waaaahhh perempuan ya Cer, tampak jelas sekali wajahnya dan Alhamdulillah kondisinya sehat."

Ceri tampak terharu saat melihat layar monitor di depannya yang menampakkan foto sang buah hati. Hatinya pun begitu lega saat jiwa dan raganya mulai lelah, sang anak begitu aktif dan sehat.

"Bayinya sehat Ceri, hanya saja kondisi kamu yang tampak kelelahan. Mungkin awalnya tak menganggu janin yang kamu kandung, tapi lama-lama akan berpengaruh. Badan kamu juga tampak susut, berat badan kamu turun hingga lima kilo. Apa ada masalah Ceri?"

"Saya memang kelelahan dok, Papah saya di rawat di sini juga. Sudah satu bulan saya harus bolak-balik setiap harinya. Tapi saya harap bayi ini mengerti dan tetap sehat."

"Iya dia termasuk anak yang kuat, aku kasih vitamin nanti di minum rutin ya obatnya," ucap dokter memberikan resep.

"Dok, bagaimana jika anak saya terdampak penyakit seperti Papahnya dan saya...."

"Berdoa saja ada keajaiban yang melindungi kalian berdua. Nanti setelah lahir kita akan tau hasilnya. Jangan terlalu di pikirkan ya, sudah banyak beban yang kamu hadapi selama ini." Dokter Intan adalah Dokter yang menangani Ceri sejak kehamilan pertama hingga kini kehamilan ketiganya.

"Iya Dok semoga saja dia sehat. Kalo gitu saya permisi dulu ya Dok."

"Iya hati-hati ya..."

Keluar dari ruangan pemeriksaan, Ceri melangkah menuju loket penebusan obat, mengambil nomor antrian dan melangkah kembali ke ruang tunggu. Semua ia lakukan sendiri tak seperti wanita hamil di sekelilingnya yang hanya diam menunggu dan suaminya yang tampak sibuk.

Langkah Ceri sempat tertahan saat matanya melihat seseorang yang ia kenal. Bahkan orang yang secara tak langsung menghantui rumah tangganya. Wanita yang di cintai oleh almarhum sang suami.

Ceri mendekat dan duduk di sebelah wanita tersebut. Mantan dan adik dari selingkuhan suaminya. Perih saat pertama melihat, tapi hati tersentuh ingin menyapa. Bukan wanita itu yang salah melainkan dirinya yang terlalu mencintai hingga memaksakan diri untuk bersama padahal suami tak menginginkan.

"Sella...." sapa Ceri. Hal itu membuat wanita yang bernama Sella cukup terkejut melihat kedatangannya. Menatap tak percaya hingga dia menjawab.

Sempat terlibat percakapan di antara keduanya. Hingga Sella kembali terkejut saat Ceri meminta maaf atas perlakuan mendiang suaminya.

"Kebetulan bertemu, aku mau minta maaf atas kesalahan suamiku dulu. Semoga kamu mau memaafkan, agar dia tenang di sisinya."

"Reno?"

"Iya, saat kehamilanku yang menginjak dua bulan dia meninggal karena penyakit yang ia derita. Mungkin ini azab atau ganjaran akan perbuatannya, tapi aku takut jika berimbas dengan anak kami."

"Maksudnya? Reno sakit....."

"Iya, Reno terkena penyakit HIV, bodohnya aku yang tak mengira sebelumya. Dan aku berharap akupun bisa selamat dari penyakit itu, setidaknya anakku tidak terkena." Ceri dengan wajah sendu menundukkan kepala.

"Mudah-mudahan kalian di lindungi Allah, maaf juga jika dulu Reno dan kak Rika_"

"Ya, Kak Rika. Bahkan setelah aku menikah pun mereka masih bermain gila. Cinta yang membodohkanku hingga masih mau menerima. Sampai berapa tahun yang lalu ternyata dia sudah tertular penyakit itu. Tapi Reno menutupinya dari ku."

"Aku turut prihatin, semoga ke depannya kamu bisa melewati dengan baik. Berarti ini anak ke dua?"

Ceri menggelengkan kepala, sedikit meneteskan air mata tetapi tetap tersenyum. "Sebenarnya ini anak ke tiga, tetapi menjadi yang ke dua karena aku sempat keguguran karena Reno yang tidak bisa berlaku lembut denganku."

"Astaghfirullah..." Sella menutup mulutnya, tak menyangka jika Reno begitu keterlaluan.

"Dia tidak pernah mencintaiku, selalu ada nama kamu di hatinya bahkan setiap dia menjamahku. Aku nggak marah karena memang aku mungkin yang tak sadar sejak dulu. Terlalu menginginkan dia sampai diam saat godaan itu datang."

"Aku minta maaf, aku nggak tau jika itu berefek hingga ke rumah tangga kalian, padahal sejak dulu aku tak pernah ada hati padanya."

"Kamu nggak salah, hati orang tak ada yang tau. Aku cukup tenang bisa bertukar cerita dan meminta maaf, semoga keluarga kalian selalu dalam perlindungan."

Ceri tersenyum getir saat Sella dan suaminya pamit. Melihat perlakuan dari suami Sella yang begitu lembut, ada sedikit rasa iri di hatinya. Tapi segera Ceri tepis karena itu hanya bisa membuat hatinya semakin sakit.

Ceri melangkah menuju loket penebusan obat sesaat setelah namanya di panggil oleh petugas. Tetapi saat di tengah jalan ia menabrak seorang pria yang entah dari mana datangnya.

Perut yang membesar membuatnya oleng, beruntung tangan pria itu segera meraih pinggulnya. Matanya membola saat melihat siapa gerangan orang yang berada di depannya.

"Tio."

"Ceri!"

"Sorry," Tio membantu Ceri untuk berdiri dengan benar, suatu kebetulan yang ntah termasuk sekenario Tuhan atau tidak hingga bertemu dengan Ceri yang dulu merupakan gadis cantik yang tertutup karena fokusnya hanya pada satu orang pria, yaitu Reno.

"Maaf Tio..." Ceri sedikit menundukkan kepala.

Tio melirik perut Ceri kemudian fokus kembali pada wanita di depannya.

"Hhmm ...."

Sedikit menunduk kemudian segera maju ke loket pembayaran obat.

"Kamu kenal nak?" tanya sang mamah yang ada di sampingnya.

"Iya, dia temanku SMA dulu mah." Tio menatap punggung Ceri kemudian duduk di kursi tunggu.

"Kasian ke rumah sakit sendiri, suaminya benar-benar tidak pengertian!"

"Biarin aja mah, kenapa jadi membahasnya!" celetuk Tio yang sempat melihat Ceri melangkah menuju ruang rawat setelah menebus obat.

"Cueknya anak mamah, fokusnya hanya pada satu wanita. Tapi mamah nggak mau ya kamu menjadi pebinor muda. Mamah nggak mau kamu merusak rumah tangga Sella!"

"Apa sich mah, mana ada aku punya cita-cita begitu."

"Siapa tau, mamah pecat kamu dari daftar anak di kartu keluarga!" ancam mamah.

"Biarin, nanti Tio bikin kartu keluarga sendiri."

"Baguslah, berarti sebentar lagi mamah mau punya mantu donk!"

"Ck, suka-suka mamah, mau buat anak lagi terus di masukin kartu keluarga milikku juga nggak apa-apa."

"Hush ngawur kamu, bukannya ngasih cucu buat mamah. Malah nyuruh mamah buat bikin anak lagi."

Terpopuler

Comments

etihajar

etihajar

ceri aq sskut SM kmu kpgn peluk kmu😭😭

2024-01-02

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Wanita yg sama, yg dicintai sama Tio.

2023-09-29

1

Neulis Saja

Neulis Saja

the process Will not betray the result

2023-02-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!