Janda Dua Anak

Setelah Sella pulang, Tio kembali ke kamar Ceri. Tio masuk setelah mengetuk pintu kemudian membereskan laptop dan barang-barang yang akan ia bawa ke kantor. Pagi ini ia akan pulang sebentar untuk mengganti baju.

Ceri yang melihat Tio kembali ke kamarnya hanya menatap dan tak berkomentar. Hingga suara ketukan pintu kembali terdengar.

"Assalamualaikum...."

"Wa'allaikumsalam...."

"Tio, kamu sudah mau berangkat kerja?" tanya mamahnya yang meletakkan tempat makan di meja depan Tio.

"Iya Mah, mau ganti baju dulu."

"Nggak usah pulang, Mamah udah siapin baju ganti buat kamu. Sarapan dulu baru berangkat. Ceri, Tante bawa sayur katuk nak, ini bagus buat kamu agar ASI-nya lancar."

Mendengar ucapan mamah, Tio melirik ke arah Ceri yang tersenyum menatap mamahnya. Setelah mendengar penuturan Sella tadi, bukan jijik yang ia rasakan pada Ceri. Tapi iba jika betul keduanya benar-benar tertular penyakit yang sama.

"Makasih Tante..."

"Sama-sama sayang, Tante ambilkan ya." Belum sempat menyendokkan makan untuknya, Ceri segera beranjak dari ranjang dan ingin bergabung di sofa.

"Hati-hati sayang, kamu belum pulih betul!" Mamah mendekati dan membantu Ceri turun.

"Makasih Tante, tapi nanti sore Ceri dan Rayya sudah boleh pulang."

"Benarkah?"

"Iya," Ceri duduk di samping Tio dengan jarak aman. "Dan Ceri sekalian ingin mengundang Tante, Om dan Tio untuk datang di acara akikah Rayya. InsyaAllah akan Ceri adakan tepat hari Minggu Tante. Nunggu abangnya libur sekolah.

"Kami akan datang sayang, mungkin dari pagi Tante bantu kamu siap-siap. Lalu kapan rencananya kalian akan menikah?"

uhuuuk uhuuuk uhuuuk

Tio segera meraih botol minum miliknya dan memberikannya pada Ceri.

"Maaf Tante, Ceri memutuskan untuk mengakhiri perjanjian itu," lirih Ceri setelah mampu menguasai dirinya.

Mamah Tio terkejut mendengarnya, "kamu serius nak?"

"Iya Tante, Ceri pikir tidak perlu menikah seandainya ingin melindungi Ceri dan anak-anak. Berteman pun bisa. Ceri tidak ingin kami gagal nantinya Tante, karena kita tidak saling cinta."

"Nak, tapi Tio sudah berjanji pada Papamu. Dia harus menepatinya. Apa lagi itu amanah sebelum papamu meninggal." Mamah Tio mencoba mengingatkan.

Tio hanya diam, dia tak ingin ikut campur. Dia sudah cukup mengingatkan Ceri. Tapi jika Ceri kekeh mengakhiri, itu bukan salahnya.

"Maaf Tante, Ceri takut gagal." Ceri menundukkan kepala, bayangan masa lalu kala di sakiti oleh Reno kembali terulang. Ia tak ingin kembali mengalami hal yang sama.

"Padahal Tante sudah sangat menyayangi kamu nak, kamu sudah Tante anggap seperti anak Tante sendiri." Mamah Tio begitu sedih, ia berharap anaknya segera menikah agar bisa melupakan Sella. Mamah tak ingin Tio terus terjerat dengan cinta masa lalunya yang kini sudah menjadi istri orang.

"Mah...."

Mamah menarik nafas dalam kemudian menggenggam tangan Ceri, "maaf jika Tante seperti memaksa ya nak. Tante hargai keputusan kamu. Tapi jika Tante kangen anak-anak, boleh kan Tante datang berkunjung?"

"Tentu boleh Tante, Ceri sudah menganggap Tante seperti Mamah Ceri sendiri. Hanya untuk menikah dengan Tio Ceri belum bisa. Biar perjanjian itu Ceri yang menanggung semuanya Tante, ini untuk kebaikan bersama. Ceri nggak pantes untuk Tio, kasian jika Tio harus menikahi janda dua anak seperti Ceri."

"Kamu wanita baik, Tante yakin di luar sana banyak yang menginginkan kamu. Hanya saja Tio masih terbelenggu dengan masa lalunya. Andai anak Tante mau membuka hatinya sedikit, Tante yakin dia akan mengejar kamu."

Ceri tak menjawab, ia hanya menundukkan kepala. Belum terbayangkan olehnya akan menikah lagi. Ia ingin fokus pada kedua anaknya. Bahkan dengan status janda ia merasa tak pantas.

Sore hari, Ceri pulang di antar oleh kedua orang tua Tio, Pak Juna yang hari itu pulang cepat segera menjemput mereka di rumah sakit. Sampai dirumah, Regan menyambut dengan hati riang. Apa lagi melihat adiknya yang sudah pulang. Ia meminta segera di turunkan dan menyapa dengan sesekali mencium gemas.

"Ceri, Tante pulang dulu ya. Tante lupa jika Tio besok mau ke luar kota. Tante mau mempersiapkan kebutuhannya."

"Iya Tante, makasih banyak ya Tante, Om."

"Iya sayang, kamu hati-hati ya. Jaga pola makan, jangan capek-capek apa lagi ngurus bayi sendirian pasti repot banget. Minta tolong bibi jika kamu lelah ya nak."

"Iya Tante, makasih sudah sangat baik sama Ceri." Ceri memeluk beliau dengan sudut matanya yang basah. Sudah lama tak mendapat perhatian dari seorang Ibu membuatnya rindu.

"Regan, Opa dan Oma pulang dulu ya. Jagain mamah dan adik bayi dengan baik ya nak!"

"Iya Opa, Regan kan Abang...." Regan tersenyum gemas.

Setelah mereka pulang, Ceri segera membawa kedua anaknya ke kamar. Hari sudah malam, saatnya ia mulai begadang jika nanti Rayya terbangun minta susu.

Menyempatkan diri mendampingi Regan belajar kemudian menemani hingga Abang tertidur pulas.

"Mah, kok tadi Om Tio nggak datang?" tanyanya sebelum terlelap.

"Om Tio masih sibuk di kantor nak. Regan nggak boleh merepotkan Om Tio ya sayang."

"Tapi Regan kangen main sama Om Tio Mah. Kapan Om Tio datang kesini lagi?" tanyanya dengan wajah sendu.

"Jika sudah tidak sibuk pasti Om Tio main. Akhir pekan biasanya kan begitu. Jadi Regan harus bersabar sampai waktunya tiba." Ceri berusaha membujuk Regan agar tidak sedih. Dia sendiri tidak tau kapan Tio akan datang kerumah lagi, di tambah dirinya yang sudah memutuskan untuk mengakhiri perjanjian. Tidak ada alasan Tio untuk datang, karena sudah tak terikat tanggung jawab.

"Regan ingin Om Tio menjadi Papah Regan." Itu kata-kata terakhir sebelum akhirnya Regan tertidur nyenyak.

Ceri mengambil nafas dalam, ia tak tau harus menjawab apa. Kedekatan Regan dengan Tio membuatnya terus mengharapkan Tio untuk menjadi Papahnya.

Kesibukan Ceri semakin bertambah karena adanya Rayya sekarang, sudah hampir seminggu Ceri menjadi sosok ibu yang aktif mengurus kedua anaknya sendiri. Setelah mengantar Regan sekolah ia harus segera kembali ke rumah karena Rayya sudah menunggunya.

Hari ini Romi dan mamahnya datang menjenguk Rayya. Romi yang memutuskan untuk menetap di Indonesia juga mulai sibuk menggantikan mamahnya mengurus perusahaan peninggalan papahnya. Hingga keduanya baru bisa menjenguk Rayya kembali setelah beberapa hari Ceri pulang dari rumah sakit.

"Kamu mengurus semuanya sendiri nak?"

"Iya Tante, sesekali bibi membantu jika Ceri betul-betul sibuk."

"Mau aku carikan baby sitter untuk membantu?" tanya Romi yang kini duduk di samping mamahnya menyapa bayi mungil yang ada di gendongan Tante Tina.

"Nggak perlu Rom, aku masih mampu kok. Ya walaupun repot tapi aku menikmatinya."

"Aku cuma nggak mau kamu kecapekan, badan kamu juga kurusan. Pasti lelah harus begadang juga tiap malam. Andai lowongan untuk menjadi suamimu kamu buka. Aku akan jadi orang nomor satu yang melamar."

Ucapan Romi terkesan bercanda tetapi sebenarnya ia serius dengan perkataannya. Romi sangat ingin meminang Ceri, tapi dia takut Ceri akan menolak apa lagi ia tau saingannya berat.

Romi dan Tante Tina pamit saat Ceri juga harus menjemput Regan ke sekolah. Di perjalanan pulang Regan meminta untuk berhenti di restoran favorit nya. Sudah lama ia tak makan makanan kesukaannya.

"Mah, Regan mau makan sushi."

"Iya, tapi makannya di rumah ya. Mamah nggak bisa ninggalin adik Rayya lama-lama sayang, tadi mamah belum meninggalkan susu untuknya. Kasian nanti kalo kehausan."

"Iya mah, ayo mah cepetan keburu adik menangis." Regan menarik tangan Ceri saat tiba di restoran. Masuk dengan semangat karena keinginannya di penuhi sang mamah.

"Kamu duduk di sini, mamah mau pesan dulu ya." Ceri mendudukkan Regan di salah satu kursi kemudian ia memesan makanan untuk di bawa pulang.

Mata Regan berbinar saat melihat Tio masuk, dia segera turun dan berlari hingga langkah Tio terhenti.

"Boy..."

"Om Tio, Regan kangen." Regan memeluk Tio dengan erat.

"Om juga kangen sama Regan, tapi kamu kesini sama siapa?" Tio mengedarkan pandangannya, tapi tak menemukan Ceri di sana.

"Regan sama mamah, tapi mamah lagi pesan makanan. Om Tio kapan main ke rumah Regan? besok acara adik Rayya, Om datang kan?" Dengan wajah sendunya Regan membuat hati Tio tak tega.

"Regan, mamah cari-cari kamu disini nak." Ceri terdiam menatap dua orang yang ia kenal. Apa lagi ia melihat tangan wanitanya melingkar mesra di lengan Tio.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

who is she?

2023-02-08

1

Azzahra Asyilla

Azzahra Asyilla

siapa lagi itu?

2023-01-11

1

Ida Putri Sandi

Ida Putri Sandi

double up thor

2023-01-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!