Menjenguk Regan

Semalaman Tio tak dapat tidur nyenyak, entah apa yang membuat ia gelisah. Hingga ia tak mampu memejamkan mata karena mengkhawatirkan keadaan Regan. Bocah yang sudah mengambil hatinya dan mampu sedikit mengalihkan dunianya yang hanya ada nama Sella.

Hingga pagi tiba, Tio bergegas membersihkan diri dan segera pergi ke rumah Regan. Dia tak perduli pandangan orang yang nanti akan berpikir buruk karena mendatangi rumah janda di saat statusnya sudah bertunangan.

"Tio mau kemana nak?" tanya mamah saat melihat Tio menuruni tangga dengan tergesa.

"Mau ke rumah Ceri mah, aku khawatir sama Regan."

"Regan? ada apa dengan cucu mamah? mamah juga mau kesana karena kemarin tidak bisa datang, andai pertunangan kalian nggak bertepatan dengan acara aqiqah Rayya pasti mamah kemarin bisa membantu Ceri, kasian dia pasti repot sendiri."

"Salahkan calon menantu mamah, yang kekeh ingin hari itu juga!"

Tio sempat protes karena acara yang diadakan mendadak, yang harusnya masih satu Minggu lagi tapi Tiwi meminta di percepat setelah pulang dari restoran sehari sebelum acara.

Mamah hanya bisa menarik nafas dalam, beliau tau Tio masih belum bisa menerima pertunangan dengan Tiwi. Tapi mau bagaimana, beliau juga tak ingin Tio terus sendiri dan terbawa nafsu hingga merusak rumah tangga Sella.

"Sarapan dulu nak, bareng mamah saja ke sananya."

"Nggak Mah, Tio mau sekarang. Sella dan kak Dimas semalam bilang kalo mereka nggak melihat Regan saat acara. Tio khawatir Regan sakit makanya nggak keluar kamar."

"Ya sudah hati-hati ya, kalo ada apa-apa kabarin Mamah!" seru mamah setelah melihat Tio yang sudah berlalu begitu saja tanpa sarapan sama sekali.

Tio membatalkan meeting pagi ini, ia segera menghubungi Seto untuk mengatur ulang jadwal kegiatannya hari ini.

"Hallo."

"Set, loe atur ulang jadwal meeting pagi ini ya. Gue ada perlu!"

"Mau nyicil loe ya mentang-mentang udah tunangan?"

"Nyicil apa sich! otak loe pagi-pagi ngajak gelud, tuh mulut juga minta gue sekolahin lagi emangnya!"

"Nyicil tangan, nyicil hidung, kan musimnya sekarang DP dulu baru di kasih mahar tunai."

"Terserah loe lah, yang penting gue hari ini nggak bisa berangkat pagi. Ada yang mau gue pastiin, nanti gue hubungin loe lagi. Kalo ada apa-apa handle dulu sama Nina."

"Iyeeeeeee siap bos!"

Tut

Tio sampai di halaman rumah Ceri, melirik garasi tapi tak ia temukan mobil wanita itu. Kemudian melihat jam tangan yang masih terlalu pagi jika Ceri mengantar Regan ke sekolah.

Tio turun dari mobilnya dan segera melangkah ke arah pintu rumah yang masih tertutup rapat. Beberapa kali menekan bell rumah tak kunjung di buka, hingga Tio semakin penasaran kemana perginya pemilik rumah tersebut.

Tio mencoba menekan bell sekali lagi, berharap ada orang di dalam. Tapi pintu tak kunjung di buka, hingga ia menyerah memutuskan untuk menghubungi Ceri. Saat ia membalikkan tubuhnya, Tio di kejutkan dengan suara pintu yang tiba-tiba terbuka.

"Bi..."

"Den Tio, mau nyari non Ceri ya?"

"Saya mau ketemu Regan Bi, Regannya apa sudah berangkat sekolah?"

"Den Regan di rawat di rumah sakit, semalam badannya panas dan nggak turun-turun, makanya ini tadi Bibi lama buka pintunya karena sedang memandikan Rayya."

"Regan sakit....." lirih Tio, "Bi, Ceri membawa Regan ke rumah sakit mana?" panik Tio.

"Rumah Sakit Bunda," jawabnya.

"Oke, makasih ya Bi." Tio segera meninggalkan rumah Ceri, ia melajukan mobilnya ke rumah sakit. Anak bukan, ponakan juga bukan tapi hati Tio begitu cemas setelah mendengar kabar Regan yang di rawat di rumah sakit.

Sampai di sana dia berlari menuju meja resepsionis menanyakan kamar atas nama Regan dan segera mencarinya. Tanpa ketuk pintu ia membukanya. Mata Tio langsung tertuju pada anak kecil yang tampak pucat dengan selang infus di tangannya.

"Tio." Ceri terkejut dengan kehadiran Tio yang tak ia minta. Tio bahkan hanya diam dan melangkah mendekat dengan pandangan fokus ke Regan.

Hatinya nyeri saat mendengar Regan memanggil namanya di sela tidurnya. Sekilas ia menatap Ceri kemudian kembali fokus ke Regan dan berdiri di samping ranjang anak itu.

"Om Tio...." gumam Regan.

Tio menyentuh pipi Regan, betapa terkejutnya dia mendapati wajah Regan begitu panas. Kemudian tangannya beralih ke kening dan tangan Regan.

"Kenapa nggak hubungin gue kalo Regan demam tinggi begini? apa lagi dia manggil-manggil nama gue."

"Gue nggak mau ganggu loe Tio, apa lagi loe udah tunangan." Ceri melirik jemari Tio.

"Tapi Regan butuh gue, harusnya loe bisa bedain mana urusan pribadi dan anak loe yang lagi sakit!" Tio kecewa dengan Ceri yang tak mau menghubunginya padahal Regan sejak tadi memanggil namanya, tak henti bibir bocah itu bergumam menyebutkan nama dia.

"Boy, bangun! ini om Tio datang." Tio berusaha membangunkan Regan, dia tak tega melihat bibir yang ikut memucat seperti wajahnya.

Tiga kali sudah Tio memanggil nama Regan hingga anak itu membuka mata dan menangis memeluk Tio dengan erat.

"Om ....." lirih Regan. Tio membalas pelukan Regan tak kalah erat.

"Jangan nangis boy!"

"Om kenapa kemarin nggak datang ke rumah? Regan kangen sama Om."

Tio tau sekarang penyebab Regan hingga sakit, ternyata Regan mengharapkan kedatangannya.

"Om ada perlu kemarin sayang, tapi pagi-pagi om datang ke rumah Regan. Dan Regan nggak ada, ternyata sakit."

Tio merenggangkan pelukannya, "sembuh ya boy, nanti kita jalan-jalan lagi!"

"Iya om, tapi Regan mau om disini sama Regan."

"Regan, om Tio harus bekerja nak! nanti kalo om Tio libur pasti mengunjungi Regan lagi." Ceri berusaha untuk mencegah keinginan anaknya, ia tak enak jika harus merepotkan Tio.

"Regan mau om di sini?"

"Iya om," jawabnya dengan mata berbinar.

"Om mau di sini, tapi Regan harus makan yang banyak dan minum obat. Biar cepat sembuh dan nanti akhir pekan kita jalan-jalan lagi, gimana?" ucapnya setelah melihat mangkuk bubur Regan yang hanya berkurang sedikit.

"Iya Om, Regan akan makan yang banyak. Tapi om ya yang menyuapi Regan."

"Iya donk, pasti."

Seharian Tio menemani Regan, menyuapi hingga mengusap lembut punggung Regan hingga ia tertidur kembali. Tio juga sudah meminta Seto untuk membatalkan semua jadwal meeting hari ini. Dia memutuskan tetap di rumah sakit hingga demam Regan benar-benar turun.

"Maaf, kalo Regan ngerepotin lagi." Ucap Ceri ketika keduanya kini duduk di sofa.

"Gue nggak ngerasa di repotin. Jadi loe nggak perlu ngerasa nggak enak. Lain kali hubungin gue, jangan nunggu Regan sampe sakit."

"Iya, makasih loe udah sayang sama Regan. Dan gue mau ngucapin selamat atas pertunangan kalian. Semoga lancar sampai hari H."

Tio tak menjawab, ia lebih memilih beranjak dari sofa dan keluar ruangan untuk menghubungi Seto.

Terpopuler

Comments

Ꮶ͢ᮉ᳟tamren⒋ⷨ͢⚤

Ꮶ͢ᮉ᳟tamren⒋ⷨ͢⚤

sdih bngt rsanya,tio loe bodoh bngt mau mngikuti apa kta cery,smntra loe jga gcintkan sma tiwi? nah itu knp loe mau tunangan sma tiwi!!

2024-02-26

0

Naura Kamila

Naura Kamila

ya karna namanya slalu di ucapkan yg sakit, , 😫😫😫

2023-06-27

0

Anna Irhamna Bona

Anna Irhamna Bona

aku suka cara ceri ...karna dia enga mau ganggu Tio aku suka thour novel nya lain dari yg lain biasa cerita ny pasti s cewek cari kesempatan untuk m buat anak nya ngambil hati buat rebut tunangan orang

2023-01-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!