Asahi terus menatap pola yang terdapat di pintu itu penuh perhatian. Sama sekali tidak mempedulikan Sakura yang masih salah tingkah.
Dia bangkit dan berjalan mendekati pintu tersebut, melihat hal itu, agaknya baru sekaranglah Sakura tersadar.
"Eh, ada apa Asahi?"
Asahi tak menjawab melainkan terus mendekati pintu berpola angka-angka itu. Setelah dekat, ternyata baru disadarinya bahwa pintu ini sangatlah besar. Mungkin sampai lima atau tujuh meter.
"Besar sekali..." gumamnya ketika memandangi puncak dari pintu tersebut yang terdapat tombol berpola "satu".
"Wah...ada simbol-simbolnya." Sakura ikut berkomentar saat datang mendekat.
Asahi sedikit terkejut dengan kedatangan Sakura yang tiba-tiba. Namun dia segera melupakan itu dan berkata kepada Sakura.
"Apa mungkin harus ditekan secara berurutan?"
"Entahlah, coba saja. Kau kan bisa melompat tinggi." kata Sakura sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Asahi menghela nafas dan melesat ke atas sana menggunakan skill Bounce Step. Dalam sekali pijak saja, dia sudah sampai di puncak pintu dan menekan tombol bertuliskan angka "satu".
"Klang–Klang–Klang."
Berkali-kali terdengar suara nyaring setiap kali Asahi menekan satu tombol. Dan setiap kali tombol ditekan, maka tombol itu akan bercahaya merah.
Dalam sekali lompatan ini pula, Asahi mampu menekan semua tombol secara berurutan. Mulai dari angka satu sampai sembilan. Maka dari itu, saat dia menjejakkan kakinya kembali ke tanah, seluruh tombol di pintu itu sudah bercahaya terang.
"Ding....."
Terdengar suara dentuman yang cukup mengejutkan, jantung keduanya sampai bergetar karena hal itu. Sedetik kemudian, tombol-tombol itu kehilangan cahayanya dan kembali seperti semula, tidak ada hal yang terjadi.
"Heh...apa ini? Tak ada sesuatu?" Sakura menoleh ke sana ke sini untuk menemukan sesuatu yang mungkin saja berubah. Namun tetap saja tidak terjadi apapun.
"Coba kuulang." kata Asahi yang kembali melesat ke atas.
Akan tetapi hasilnya sama saja seperti tadi, tak terjadi perubahan apapun selain suara dentuman pembalik jantung itu. Hal ini membuat Asahi dan Sakura keheranan bukan main karena setelah percobaan ketiga, hasilnya tetap sama tak berubah.
Hingga beberapa saat kemudian, Asahi tersentak sampai membuatnya sedikit berteriak. Jelas perbuatan ini mengejutkan Sakura yang sedang memikirkan cara lain untuk membuka pintu tersebut.
"Ada apa!?" sentak Sakura yang kaget.
"Ah, kenapa aku begitu bodoh. Bukankah jumlah angka di sekeliling danau itu berjumlah sembilan? Mungkinkah harus menekan kesembilan tombol ini secara berurutan seperti itu?"
"Ah!" Sakura juga nampak terkejut.
"Untung aku menyuruhmu untuk menghafalnya, kau masih ingat bukan?" tanya Asahi mengalihkan pandangannya ke Sakura yang masih mengingat-ingat.
"Aku masih ingat. mulai dari awal sampai akhir, dua, empat, satu, tujuh, tiga, lima, enam, sembilan, delapan. Nah ingat itu!"
Setelah tiga kali Sakura menyebutkan urutan itu, akhirnya Asahi hafal juga. Maka tanpa ragu-ragu lagi, dia kembali mengaktifkan Bounce Stepnya untuk menekan tombol-tombol di pintu.
tepat ketika menekan tombol urutan ketiga yang memiliki angka satu, warna-warna dari tombol yang sudah ditekan sebelumnya berubah warna dari merah ke ungu.
Saat menekan tombol urutan ke enam yang ber angka lima, warna tombol yang sebelumnya ungu berubah warna ke hijau. Dan saat menyentuh tombol ke sembilan yaitu angka delapan, semua warna tombol berubah menjadi biru terang.
"Ding–Ding."
Kali ini suara dentuman itu terdengar berkali-kali dan makin lama makin cepat. Seiring bertambah cepatnya suara dentuman itu, satu persatu obor yang menerangi ruangan besar itu mati.
"Apa lagi ini!"
"Jangan jauh-jauh dariku!" seru Asahi yang spontan menggenggam tangan Sakura.
"Ding–Ding–Ding!"
"Aaahhhh!!" Sakura berteriak karena seluruh ruangan kembali gelap.
Tepat di tiga dentuman terakhir, semua obor mati dan ruangan itu menjadi gelap gulita. Hanya ada satu sumber cahaya yaitu cahaya-cahaya yang berasal dari kesembilan tombol itu.
Namun tak sampai sepuluh detik berselang, pintu raksasa itu mengeluarkan suara berderit nyaring dan terbuka sedikit demi sedikit. Dari celah pintu yang kian melebar seiring bertambahnya waktu, keluar asap tebal yang menyapu lembut wajah Asahi dan Sakura.
Dari asap itu, Asahi merasakan sedikit keanehan. Maka segera dia dekap Sakura erat-erat sambil mengeluarkan sebotol cairan berwarna biru.
"Pyar!"
Asahi membanting botol itu di depannya dan seketika tubuh keduanya terselimuti kabut kebiru-biruan.
"Asap itu beracun, dan asap biru yang menyelimuti tubuh kita ini adalah kabut pelindung racun. Seharusnya asap ini hanya mampu melindungi satu orang, tapi bagaimana lagi, tak ada waktu untukku memberimu satu ramuan ini untuk kau gunakan sendiri. Jadi maaf saja jika sedikit tidak sopan, aku tak bermaksud seperti itu." ucap Asahi sambil menunduk dan menyembunyikan tubuhnya dan tubuh Sakura di balik asap biru.
Sedangkan Sakura yang diajak bicara bukannya menjawab, pikirannya malah kosong dengan perlakuan Asahi.
...****************...
Setelah asap beracun itu benar-benar hilang, Asahi mengajak Sakura untuk masuk ke dalam. Sebenarnya Sakura masih belum pulih benar dengan perlakuan Asahi barusan, namun apa boleh buat karena pemuda itu menarik tangannya.
Pemandangan pertama ketika mereka memasuki ruangan itu adalah emas murni yang melapisi lantai sampai langit-langit ruangan. Asahi dan Sakura terperangah memandang itu semua. Jujur saja baru sekali ini mereka melihat emas murni sebanyak itu.
Di depan mereka, terdapat empat bendera raksasa yang memiliki warna dan gambar sulaman berbeda. Warna biru langit bergambar naga, warna hijau bergambar elang, warna ungu bergambar bangau dan warna merah bergambar singa.
Sekali pandang saja keduanya tahu bahwa bendera sekaligus gambar itu sangat berhubungan erat dengan keempat pilar di luar piramid.
"Peti-peti apa itu?" Sakura memandang heran ke arah empat peti yang berada di bawah masing-masing bendera.
"Daripada menjadi pertanyaan dan terbawa mimpi, lebih baik kita buka saja." balas Asahi tanpa pikir panjang langsung mendekati peti di bendera singa dan membukanya.
"Jangan sembrono!" Sakura berseru namun terlambat, Asahi sudah lebih dulu membuka peti itu dan...
"Eh, kosong?" ucap Asahi spontan sesaat setelah melihat isi dari peti tersebut yang ternyata hanya udara kosong saja.
Tanpa basa-basi lagi, pemuda ini segera beralih ke peti lainnya dan hasilnya sama saja, kosong melompong tak ada isinya.
"Jangan bilang ini juga kosong, jika memang begitu untuk apa daritadi kita berputar-putar di labirin piramid ini?" Asahi mengomel sembari kedua tangannya membuka peti terakhir. Yaitu peti yang terletak di bawah bendera naga.
"Cklek" suara terbukanya peti itu yang manampakkan sesuatu luar biasa.
Asahi dan Sakura sedikit terkejut dengan apa yang mereka temukan. Di dalam peti naga, terlihat ada dua buah buku yang lumayan tebal. Masing-masing dari buku itu berwarna biru langit.
Buku pertama memiliki judul "Sky Elemental", sedangkan buku kedua berjudul "Celestial Sword Technique".
Asahi memandang semua ini tanpa berkata-kata, bahkan keringat dingin mulai memenuhi dahinya. Dengan tangan gemetar, pemuda ini mengambil buku Sky Elemental dan membukanya.
"Apa isinya?" tanya Sakura yang juga penasaran.
"Ini....cara menguasai elemen langit! Mana ada elemen langit di dunia ini?" Asahi menjawab sambil berseru heran.
"Kau terlalu polos! Sekarang kita bukan di game lagi, melainkan dunia nyata yang penuh dengan hal-hal tidak masuk akal!" Sakura mencela sambil memukul ringan kepala Asahi.
Namun sedetik kemudian, seutas senyum tercipta di bibir merah mungil itu, "Tapi untung bagimu, kau mendapatkan skill baru."
"Eh, kau tak mau ini?" bantah Asahi yang sebenarnya ingin membagi dua buku itu.
"Tak perlu, kau saja yang ambil. Lagipula selama ini aku hanya beban." ucapan terakhir ini diucapkan dengan nada lemah dan putus asa. Wajahnya yang cantik itu berubah menjadi pahit tak enak dipandang.
"T-tunggu Sakura, jangan putus semangat seperti itu, kau bukan beban bagiku! Coba lihat di sana, mungkin kau akan menemukan skill baru atau senjata!" ucap Asahi mencoba menghibur. Kemudian disusul dengan tangan kanannya yang menunjuk pintu lainnya.
Sakura ikut memandang dan memang benar ada pintu lain di sana yang tidak ia sadari.
"Ayo kita lihat." ucap Asahi setelah memasukkan dua buku dari peti naga ke cincin spatialnya.
"Krieet"
Terdengar suara berdecit nyaring ketika pintu terbuka. Pintu itu memang terlihat sedikit lebih usang dari pintu depan.
Namun saat melihat isi dari ruangan itu, mereka segera terbengong.
"Ini, apakah mimpi?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments