Mendengar perkenalan yang dilakukan Asahi, tanpa dapat dicegah lagi belasan orang itu menjadi gentar dengan kaki tangan menggigil hebat. Bahkan ada seseorang di antara mereka yang celananya sudah basah dengan bau tak sedap.
"Kenapa....kenapa Dragon Republic ada di sini?" ucap salah satu orang dari belasan orang itu.
"Aku hanya kebetulan lewat."
Beberapa saat kemudian, tak ada lagi percakapan yang terjadi antar kedua pihak itu. Mereka merasakan tekanan intimidasi yang kuat dari sosok Tanaka Asahi. Jangankan percakapan, bernafas saja mereka sudah kesusahan.
Mulailah terlintas ide licik di kepala pria tua itu. Dia lalu mencabut pedang dan langsung mengarahkannya ke leher Sakura. Melihat ini, pria yang tadi hendak membunuh Sasaki melakukan hal yang sama.
"Pergi...jangan ganggu kami atau...gadis ini jadi korban. Hehe...pasti kau datang untuk suatu alasan, apakah gadis ini kekasihmu? Sayang sekali, mulai hari ini dia harus menjadi istriku." kata pria itu dengan percaya diri.
Sakura yang dilecehkan dan ditodong pedang seperti itu sama sekali tidak memperhatikan segala ucapannya. Sedari tadi tatapannya malah terfokus kepada Asahi yang masih berdiri tanpa suara itu.
"Kekasihku? Itu tak ada hubungannya denganmu bukan? Kalau pun memang dia kekasihku, apakah kau pikir bisa membunuhnya dengan cara menodong pedang seperti itu? Asal kau tahu, dengan kecepatanku, walaupun kau todong seperti itu aku masih mampu menyelamatkannya."
"Eh..." tanpa sadar sepasang pipi yang masih basah air mata itu merona. Merah sekali sampai sukar dibedakan apakah pipi itu memerah karena tangis atau karena ucapan Asahi barusan.
"Yah...tapi akan ada orang yang menyelamatkannya." lanjut Asahi acuh tak acuh.
Perkataannya ini mengejutkan belasan orang itu, tak terkecuali si penyandera Sakura. Dia ingin membentak lagi namun tiba-tiba ada bentakan lain yang berasal dari atas.
"Huh?" refleks mereka semua menoleh ke atas.
"Menjauh darinyaaaa!!" tariakan ini menggema ke seluruh hutan. Sedetik kemudian, dari atas sana meluncur turun seorang pria dengan pedang di tangan yang segera menebas kearah penyandera Sakura.
"Aaahh!!" pria itu melompat ke belakang untuk menghindarkan diri dari sabetan pedang orang tersebut yang bukan lain adalah Kento.
"Hei kau, jangan bergerak atau–aaahhh!!"
"Mati..." gumam gadis cantik bermantel hitam itu. Pedang kecilnya berhasil menembus punggung si penyandera Sasaki. Dialah Charlotte yang menyergap dari belakang.
"Ahhh–Ahhhh!!"
Dua kali terdengar suara berturut-turut di susul menyipratnya darah segar ke mana-mana. Dua orang lain tewas dengan luka parah ketika Amaya dan Ken menebasnya.
"Kau cari masalah dengan kami sialan!"
"Trang–Trang!"
Setelah berkata demikian, pedang Kento bergerak cepat untuk memotong rantai belenggu Sakura. Charlotte pun segera membebaskan Sasaki.
"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Kento dengan raut wajah cemas. Hatinya menjadi berbunga-bunga ketika gadis di hadapannya ini memandang dengan pipi bersemu dan mata terbuka lebar. Dalam hatinya, dia menganggap gadis ini mulai tertarik dengannya.
Kejadian ini tak lepas dari penglihatan Asahi. Gadis itu yang terus memandanginya, dan Kento yang salah mengartikan pandangan gadis itu yang sebenarnya ditujukan padanya. Membuat ia menghela nafas berat sambil menggeleng kepala.
"Ini masalah. Jelas masalah!" Asahi menggeleng beberapa kali sambil menampakkan ekspresi pahit.
Sedangkan di pihak Kento sendiri, dalam hatinya ia sangat berterima kasih kepada Asahi yang dia anggap mempermudah perannya sebagai "pahlawan" bagi nona tersebut.
"Terima kasih Asahi! Kau kawan terbaik!"
Lain orang lain pikiran perasaan. Jika Kento merasa senang karena berpikir tindakannya telah berhasil, maka Sakura menjadi kagum sekali melihat seseorang yang terus dipandanginya itu.
"Tanaka Asahi....bukankah itu adalah player ke tiga dari rangking pemain terkuat seluruh dunia?"
"Tak peduli Dragon Republic atau apapun, siapapun yang berani mengambil mangsaku, harus mati!!"
Dibarengi teriakan ini, pria tua berjubah bersama belasan anak buahnya segera menyerbu lima orang itu. Tapi bagaimana pun juga, tindakan itu sama saja dengan bunuh diri. Asahi yang mampu mengalahkan beberapa Evil Bear dalam sekali tebas mana mungkin mampu dilukai oleh orang-orang itu. Sebentar saja mereka semua sudah habis tak bersisa.
"Kakak, kau baik-baik saja!?" Sasaki baru sadar akan keadaan kakaknya dan dia segera menghampiri. Namun yang ia temukan adalah, sepasang mata kakaknya itu terbelalak memandang ke satu sisi. Ketika Sasaki mengarahkan pandangannya ke arah pandang mata kakaknya, wajahnya langsung berubah aneh.
"Oh...dia berhasil melelehkan gunung es..." kata Sasaki dalam hati seraya memandang Asahi.
"Kakak?" Sasaki memanggil lagi.
"Ah..!" seperti tersadar dari mimpi, Sakura sedikit terperanjat mendengar suara adiknya. Untuk menghilangkan pikiran aneh yang mungkin muncul di pikiran pria itu, buru-buru dia berkata.
"Ada apa?"
"kau baik-baik saja?"
"Haha, tenang saja Sasaki, bukankah aku terlihat baik?"
Sedangkan kakak beradik itu sedang bercakap-cakap, Asahi menghampiri Kento.
"Hei, kau yakin ini akan berhasil?" tanya Asahi sembari mendekatkan mulutnya ke telinga Kento untuk berbisik.
"Aku yakin, kau tak lihat wajah perempuan itu? Dia kakaknya, dan yang di sana adiknya." balas Kento. "Jika kakaknya mau, adiknya pasti ikut!" lanjutnya.
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Cepat ajak dia bergabung!" Asahi mendesak dan diangguki oleh Kento.
Kento yang hatinya sedang berbunga-bunga karena berpikir Sakura telah "tertarik" padanya, segera menghampiri dan berkata ramah sambil tersenyum lebar.
"Maaf nona, setelah melihat keberanian nona dan adik nona, kami menjadi makin kagum dan tertarik. Tawaran kami sebelumnya masih berlaku, apakah nona dan tuan mau bergabung ke aliansi kami?"
"Ya, aku mau. Dan adikku harus ikut bersamaku!" balas Sakura secepat kilat.
"Apa? Kakak, kau tadi menolaknya!"
"Sasaki, percayalah pada kakakmu!"
Mendengar respon baik dari Sakura, wajah Kento berseri-berseri. Jika tak ingat ada banyak orang di sana, mungkin dia sudah melompat-lompat kegirangan. Dia segera mengeluarkan sebuah lempengan logam yang berukir naga, inilah identitas Dragon Republic.
Setiap aliansi, dihaurskan mempunyai lempengan logam yang bergambar logo aliansinya. Logam itu nantinya akan dimiliki oleh seluruh anggota aliansi, dan logam itu juga berfungsi untuk menggabungkan orang lain ke dalam aliansi. Seperti halnya yang dilakukan Kento saat ini.
Dia mengarahkan lempengan logam itu ke arah Sakura dan Sasaki. Kemudian benda pipih itu bercahaya dan pada bagian mata naga, keluar cahaya merah terang. Lempengan itu menggunakan sihirnya untuk mengidentifikasi bentuk wajah, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut dan lain sebagainya dari si calon anggota.
Selang beberapa saat, cahaya pada logam itu meredup dan akhirnya menghilang.
"Nah, kalian sudah resmi menjadi anggota Dragon Republic. Perkenalkan, namaku Hikaru Kento, pemimpin aliansi. Siapakah nama kalian?" tanya Kento seusai memasukkan kembali logam itu ke cincin spatialnya.
"Sakura. Ini adik kembarku Sasaki."
"Marga?"
"Kami tak punya."
Kento mengangguk-angguk paham. Kemudian dia menyuruh teman-temannya untuk memperkenalkan diri.
"Aku Charlotte." ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya.
"Seina Amaya."
"Seina Ken."
"Tanaka Asahi. Selamat bergabung di aliansi kami, Sakura, Sasaki." Asahi yang paling terakhir memperkenalkan diri sekaligus memberi sambutan.
"Terima kasih semuanya." kata Sakura sembari menundukkan badan diikuti adiknya.
"Oh, ngomong-ngomong, sebenarnya tanaman obat apa yang kau cari di sini? Seingatkau, tak ada tanaman obat di daerah sini." tanya Ken sedikit kebingungan kepada dua bersaudara itu.
Sakura menghela nafas kasar dan mengambil gulungan questnya, kemudian menunjukkan kertas itu kepada yang lain.
"Rumput Daun Biru, tanaman obat biasa yang katanya tumbuh di sekitar sini. Tapi tak kusangka kami telah ditipu."
Asahi mengamati bentuk tanaman itu dengan teliti, kemudian melihat bayarannya jika quest berhasil dilaksanakan.
"Tak masuk akal, mana ada Rumput Daun Biru di sini? Kalau tidak salah, yang ada itu Rumput Akar Biru. Dan bentuknya sama sekali berbeda dari ini. Rumput Akar Biru memiliki akar berwarna biru sehingga dari luar terlihat seperti rumput biasa. Dan apa-apaan imbalan ini? Rumput Akar Biru tidak semudah itu dicari!"
Mendengar ucapan Asahi ini, Kento dan pemain veteran lainnya mengangguk-angguk membenarkan. Kemudian terdengar Amaya berkata.
"Tapi...seingatku Rumput Akar Biru tumbuh di sekitar sini. Dahulu aku pernah mengerjakan quest tingkat C untuk mengumpulkan berbagai tanaman. Salah satunya Rumput Akar Biru yang kutemukan di dekat jurang ini."
"Tapi, pemberi quest sudah mati. Jika pun ini berhasil kutuntaskan, lalu untuk apa jika pemberi quest saja mati?" Sakura berkata putus asa.
"Ini masih berguna, tinggal jual saja obat itu kepada kami, kami akan membelinya. Tanaman ini cukup langka dan kami sering menggunakannya untuk membuat berbagai ramuan." kata Asahi tiba-tiba.
"Apa, apa maksudmu?" Kento menyahut cepat.
"Apa kau lupa dengan orang pertama yang bergabung ke aliansi ini? Bahkan lebih lama dariku ataupun Ken? Si Nara itu pasti bisa membuat sesuatu dengan ini, dan kupikir mungkin dia akan sedikit senang mendengar ada anggota baru?"
Kento sedikit kaget dan tersenyum masam, "Ah...benar juga, kita memiliki alkemis ahli seperti dia. Kenapa aku bisa lupa? Hehe...."
Percakapan mereka itu terus mengalir tanpa ada yang menyadari kepergian Amaya. Gadis ini pergi secara tiba-tiba untuk mencari keberadaan Rumput Akar Biru itu. Hingga beberapa menit kemudian...
"Hei kalian semua, kemari! Aku menemukannya!!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments