Menggunakan bantuan item yang dimiliki Asahi, yaitu bola lampu yang cukup terang, keduanya bisa berjalan di tempat gelap itu dengan tanpa susah payah.
Ternyata di dalamnya terdapat banyak sekali pintu dan ruangan, mungkin isi piramid ini adalah labirin. Entah sudah berapa lama mereka berada di dalam sana, namun sudah berulang kali Asahi dan Sakura tersesat dan menemui jalan buntu.
Jika diukur, saat ini seharusnya Asahi bersama Sakura berada di lantai yang paling tinggi. Karena sekarang mereka berada di ruangan berbentuk persegi yang tidak nampak lagi tangga menuju ruangan atas. Hanya terlihat sebuah pintu besar di ujung ruangan.
"Kenapa kau selalu memegang tanganku? Apa kau kesulitan berjalan?" tanya Asahi sedikit kesal karena sejak memasuki piramid sampai saat ini, Sakura belum pernah sekalipun melepas cengkeraman tangannya.
Sakura sebenarnya malu untuk mengakui hal ini karena menurutnya sangat memalukan. Namun karena sudah ditanya, dia tak memiliki pilihan lain selain menjawab. Maka dengan wajah merah sekali, dia berkata.
"Aku takut gelap, apa kau keberatan karena tanganmu selalu kupegang?"
"Tidak juga, hanya saja apa kau tak punya item ini?" tanya Asahi sambil menunjukkan bola bersinar di tangannya.
"Aku tak punya. Dahulu saat aku dan adikku masih menjadi petualang bebas, aku pernah membeli item ini akan tetapi tak berguna, karena itulah kami memutuskan untuk menjualnya."
Asahi menunjukkan ekspresi datar mendengar jawaban itu. Namun dia tak ingin ambil peduli dan memilih untuk fokus ke pintu besar yang terletak beberapa meter di depannya.
"Lebih baik kita mencoba untuk buka pintu itu."
Asahi berjalan mendekat. Tetapi tepat setelah tiga langkah, ruangan itu menjadi terang karena tiba-tiba obor-obor yang ada di dinding ruangan menyala. Namun warna dari api obor itu berwarna hijau.
"Waaa....apa, ada apa!!" spontan Sakura mendekap lengan kiri Asahi yang selalu dicengkeramnya sejak tadi.
Selang beberapa detik kemudian, muncul dua buah lingkaran sihir tepat di depan pintu besar. Asahi memandang semua kejadian itu dengan waspada tinggi, sama sekali tidak mempedulikan Sakura yang masih sibuk berteriak-teriak.
Dari dua lingkaran itu, muncul sesosok yang berhasil membuat Asahi terbelalak. Ketika sosok yang muncul dari lingkaran itu membuka matanya, barulah Sakura berseru.
"Wah, siapa mereka!? Sama persis seperti kita!" demikian Sakura berteriak panik.
Namun dua sosok itu tidak berkata apapun melainkan langsung menerjang cepat kearah Asahi dan Sakura asli.
"Sialan! Lepas tanganku dan lawan mereka!" bentak Aasahi yang kesulitan bergerak karena tangannya masih terus dipegang erat oleh Sakura.
"Swing!"
Asahi palsu menebaskan katananya, beruntung Asahi bergerak cepat sehingga serangan itu hanya lewat saja. Di saat seperti itu, Asahi cepat bertindak untuk menendang perut kembarannya.
"Duaaarrr!"
Bersamaan dengan itu, kedua Sakura sudah mengadu skill tingkat tinggi mereka, yaitu Lighting God's Fist. Menimbulkan ledakan besar yang membuat seluruh ruangan bergetar hebat.
Dua orang tiruan ini ternyata kemampuannya tidak lebih lemah dari orang aslinya. Mulai dari gerakan sampai skill yang digunakan, semuanya sama persis, membuat dua orang ini repot bukan main.
"Crescent Moon!"
Asahi berseru dan mengaktifkan skillnya. Skill tebasan bulan sabit yang termasuk teknik tingkat rendah milik Asahi ini sebenarnya bukanlah lemah, malainkan karena musuhnya yang terlalu kuat sehingga skill itu mampu dipatahkan dengan mudahnya.
"Giant Fist!"
Teriak Sakura yang melancarkan skill tingkat tingginya. Menciptakan sebuah kepalan tangan keemasan yang meluncur cepat untuk menghantam Sakura palsu. Namun sama seperti Asahi, sosok ini mampu mematahkan serangan itu dengan mudah.
Hingga lima belas menit berselang, keduanya tidak ada yang mampu mengalahkan tiruan masing-masing. Sampai pada akhirnya, Asahi yang merasa sangat kesal itu mulai menunjukkan taringnya.
"Middle Level Technique : Seven Consecutive Slash"
Asahi menggerakkan katananya cepat sekali, membuat bilah pedang itu seolah-olah berubah menjadi banyak. Inilah keistimewaan dari skill Seven Consecutive Slash, dengan tujuh tebasan super cepat membuat musuh menjadi kebingungan.
Namun sama seperti sebelumnya, sosok ini mampu melawannya bahkan dengan skill yang sama.
Akan tetapi saat mencapai tebasan keempat, Asahi menghentikan gerakannya secara mendadak. Hal ini spontan dilakukan oleh Asahi karena dia tidak ingin gerakannya terus terbaca.
Akibatnya sungguh tak tersangka-sangka. Kedua tangan Asahi merasa kaku dan tak lama setelah itu seluruh urar syarafnya seakan mau pecah. Tapi Asahi menahan semua itu dan kembali mengaktifkan skill lainnya.
"High Level Technique : Izanami!"
Saat tiruannya baru mencapai tebasan keempat, Asahi sudah melesat maju dengan cepat luar biasa. Bilah pedangnya meluncur dengan kecepatan tinggi mengarah ke leher lawan.
"Syutt!"
"Sialan!" Asahi mengumpat karena tiruannya mampu menghindari itu dengan cara menundukkan kepala.
Asahi tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, segera saja dia menghentikan lesatannya yang sangat cepat itu dan menebaskan pedangnya ke tengkuk lawan.
"Low Level Technique : Crescent Moon!"
"Siingg–Craatt!"
Masih belum berhasil! Pedangnya sudah berkelebat cepat untuk menebas leher itu dalam sekali tebas, namun ternyata tiruannya masih mampu berkelit dan menghindar. Hanya pundaknya saja yang terluka.
"Kali ini mati kau!!" teriak Asahi dan mengekuarkan skill andalannya.
"High Level Technique : Izanagi!!"
"Swiingg–Duarr!!"
Muncul aura pedang biru kemerahan yang tinggi besar menebas tiruannya. Kecepatan aura pedang itu sangatlah cepat sampai musuh Asahi tak sempat menghindar dan hasilnya, tubuhnya terbelah dua.
Ketika aura tebasan Asahi telah membelah tubuh lawan, serangan itu masih terus melesat hingga menciptakan ledakan yang tak kecil begitu aura pedang Asahi menghantam dinding ruangan.
"Bugh!–Bugh–Pyarr!"
Aneh tapi nyata, sesaat setelah tiruan Asahi mati, tiruan Sakura lenyap pula dengan cara pecah seperti kaca. Lalu pecahan kaca itu perlahan-lahan memudar dan hilang.
Sakura sendiri nampak tercengang melihat kemenangannya, namun dia segera teringat akan ledakan dahsyat yang ditimbulkan oleh Asahi. Maka segera dia menoleh untuk melihat keadaan pemuda itu, namun sedetik kemudian terdengar mulutnya berseru.
"Asahi!" teriaknya sambil berlari mendekati Asahi yang sudah tergeletak lemas tak sadarkan diri.
Rasa cemas dan khawatir mulai menyelimuti hati Sakura. Bagaimanapun juga, Asahi adalah satu-satunya orang yang bisa ia harapkan di dalam piramid ini. Jika Asahi tertimpa sesuatu, maka dia sendiri akan kerepotan.
"Asahi! Asahi!" panggilnya berulang kali seraya menampar-nampar wajah Asahi.
Kemudian dia teringat akan ramuan penambah hp yang dimilikinya. Segera saja ia ambil itu dari cincin penyimpanan dan meminumkannya ke mulut Asahi.
Dia sedikit mengangkat kepala Asahi dan membuka mulutnya perlahan, lalu Sakura meminumkan ramuan itu ke mulut Asahi dengan hati-hati agar semua cairan itu bisa masuk dengan sempurna.
Setelah meminumkan sebotol ramuan hp sampai habis, dia meletakkan kepala Asahi di pahanya dengan harapan agar nanti ketika Asahi bangun, kepalanya tak terasa sakit.
"Cepatlah bangun...."
...****************...
Asahi merasakan nyeri luar biasa di kedua tangan dan kaki. Agaknya ini adalah efek dari perpindahan skill yang ia lakukan secara paksa, sehingga membuat otot-ototonya menegang melebihi kemampuannya.
Namun sungguh pun seluruh badan terasa nyeri, kepalanya merasakan sensai lembut yang sangat nyaman, membuat ia enggan untuk membuka mata.
"Asahi....Asahi...."
Lamat-lamat dia mendengar suara panggilan lembut seorang wanita. Tiba-tiba dia teringat, saat ini dia dan Sakura sedang berada dalam pertempuran melawan kembarannya sendiri! Maka bersamaan dengan ini, spontan Asahi membuka mata lebar-lebar.
"Wah...hah....hah...." Asahi nampak terengah-engah ketika membuka matanya. Keringat dingin mengucur deras di dahinya.
"Asahi, kau baik-baik saja?" tanya Sakura khawatir.
"Mana mereka? Mana kembaran kita itu!"
"Tenangkan dirimu, mereka sudah kau kalahkan."
Mendengar penuturan Sakura ini, Asahi sedikit menghela nafas lega. Sedetik kemudian, dia terkejut dan wajahnya sedikit memerah.
"S-Sakura, apakah ini tasmu?"
"Tas? Kita tidak membawa tas. Lagipula untuk apa membawanya sedangkan di jari manis kita terdapat cincin spatial yang bahkan berfungsi lebih baik dari tas biasa." jawab Sakura dengan nada polos.
"L-Lalu apa ini? Kau membawa bantal?" Asahi makin gugup. Dia membayangkan saat ini sedang berada di posisi yang cukup memalukan.
Sakura terkekeh pelan mendengar pertanyaan yang menurutnya cukup bodoh itu. Dengan lembut dia menjawab, "Bantal apanya? Aku sedang memangkumu tahu. Aku khawatir jika kau kubaringkan di tanah keras ini, saat kau bangun kepalamu akan semakin pening–Eh...t-tunggu..."
Seperti tersadar dengan sesuatu, Sakura merasa malu sendiri dan sepasang pipinya mulai merona.
"B-bukan maskudku–aahhh kau sudah bangun, untuk apa masih berbaring di sini!!" tiba-tiba gadis itu membentak dan mendorong tubuh Asahi keras. Membuat pemuda itu mengaduh-aduh kesakitan.
"Kasar sekali!"
Sedangkan Sakura masih malu-malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Asahi malah terfokus dengan pintu raksasa tak jauh dari mereka.
Pintu itu memiliki ukiran naga, elang, bangau dan singa yang berdiri saling berdampingan. Di tengah-tengah pintu itu, ada semacam tombol-tombol seperti berikut.
...SATU...
...DUA...
...TIGA...
...EMPAT...
...LIMA...
...ENAM...
...TUJUH...
...DELAPAN...
...SEMBILAN...
"Apa itu?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments