Memang niat awal mereka setelah kembali ke kota Fortuna adalah segera kembali ke aliansi dan mengabarkan semuanya kepada Kento. Namun semua itu harus tertunda ketika mereka tiba di kota dan melihat kerumunan banyak orang di suatu tempat.
"Hei ada apa itu?" Charlotte menunjuk kerumunan orang itu dengan wajah penasaran.
"Entah, pergi sendiri sana kalau penasaran." balsa Asahi acuh tanpa menoleh sedikit pun.
"Aku penasaran, ayo pergi ke sana." Amaya berjalan menuju kerumunan orang itu. Namun langkahnya berhenti tiba-tiba begitu melihat Asahi masih berjalan menjauh tanpa menunjukkan ketertarikan sama sekali.
"Ayo ke sana Asahi!!" seru Charlotte dan Amaya bersamaan sambil menarik kedua lengan Asahi. Mendapat perlakuan seperti ini, Asahi hanya menghela nafas dan mengikuti mereka.
"Hei, tak ada yang mau mengajakku?" batin Ken dengan hati tersayat-sayat.
Ketika dekat dengan tempat itu, mereka melihat ada sebuah panggung yang dibangun di sana, mungkin setinggi dua tiga meter. Di atasnya, ada tiga orang berpakaian penyihir yang menghadap ke semua orang. Satu penyihir terdepan berbicara dengan keras.
"Para immortal sudah datang!!" demikianlah sepenggal kalimat yang di dengar oleh keempat orang itu begitu sampai di sana. Tentu saja mereka menjadi bingung, namun tiba-tiba teringatlah perkataan Cu Qing waktu itu.
"Aku ada berita penting. Aku sudah mati sekali dan kembali hidup di kota Tarbani yang cukup jauh dari sini."
Apa mungkin yang orang itu maksud adalah kita para immortal? batin empat orang itu secara bersamaan.
Sesaat setelah penyihir itu berkata lantang, para penduduk kota seketika berteriak kegirangan. Mereka semua nampak sangat senang dengan berita yang disampaikan penyihir itu. Namun tak sedikit pula beberapa orang yang menjadi bingung dengan tindakan semua orang. Melihat ini, Asahi segera menyimpulkan jika mereka ini adalah orang-orang yang senasib dengan dirinya, yaitu para player Ring of Chaos yang berpindah ke dunia ini.
"Hmph, jangan senang dulu!! Sebegitu percayanya kalian dengan ramalan usang itu?"
Tiba-tiba terdengar seruan keras seorang laki-laki yang sangat berwibawa. Semua orang sontak menengok ke asal suara untuk melihat kerumunan orang yang baru datang itu. Mereka berjumlah sepuluh orang yang memakai pakaian biru terang. Di pinggang mereka semua, tergantung pedang satu tangan yang terlihat mewah.
Seorang pria berjenggot dan berkumis rapih yang tadi membentak segera naik ke atas panggung. Sama sekali tak mengacuhkan keberadaan para penyihir itu, dia menghadap semua orang dan berkata.
"Kalian semua, jangan mau diperdaya oleh ramalan itu!! Sudah sejak dahulu kala kita berjuang sendiri untuk menghadapi segala macam penyusup dari dua dunia, dan kita mau saja menggantungkan nasib kepada orang-orang aneh yang disebut immortal itu? Jangan bercanda!! Bukti apa yang kita punya kalau para immortal itu punya kekuatan untuk menciptakan perdamaian!?"
Ucapan ini berhasil membungkam mulut mereka semua, memang benar ucapan pria itu, belum pernah ada yang bertemu langsung dengan para immortal sehingga tidak ada satu hal pun untuk membantah pernyataan itu.
"Tapi katanya para immortal itu setelah mati bisa hidup kembali." kata seorang gadis kecil yang memegang boneka beruang.
Lelaki itu melihat kearah gadis tersebut dan tersenyum sambil berkata, "Gadis kecil, memang benar hal itu dan aku sudah mendengar kabarnya. Tapi kita tidak bisa membuktikan hal itu bukan?"
Gadis itu tak mampu menjawab dan hanya berdiri termenung.
"Kalian semua, penduduk kota Fortuna mohon dengarkan aku. Para immortal itu mungkin sama dengan orang-orang seperti kita yang hanya memiliki satu kelebihan yaitu bisa hidup lagi setelah mati. Tapi hal itu tidak lah cukup untuk melawan dua dunia lain. Bukankah ucapanku benar!?"
Kembali tak ada jawaban dari para penduduk. Mereka malah mulai meragukan ucapan para penyihir yang tadinya mengabarkan bahwa para immortal sudah datang.
"Tuan Alvos, mohon jangan mencampuri urusan kami..." kata salah satu penyihir dengan hormat.
"Mengganggu kalian? Heh, justru kalianlah yang mengganggu kota ini! Dengan adanya berita immortal itu, para penduduk kota akan menggantungkan nasib kepada mereka dan tak mau berusaha!! Masih untung jika immortal itu benar adanya, tapi kalau bohong? Apa yang akan kalian lakukan? Apakah kalian sudah pernah melihat wujud dari para immortal itu?"
Penyihir itu nampak kaget dan tak bisa menjawab. Sejujurnya mereka kemari hanya untuk menyampaikan berita datangnya para immortal dan tak ada urusan lain lagi. Namun mereka tak pernah menyangka dengan kedatangan pria itu dan beberapa orangnya.
Asahi dan ketiga kawannya yang melihat ini nampak sedikit tak senang. Bagaimana pun juga, mereka lah para immortal itu dan saat ini mereka sedang diejek karena dianggap tidak pernah ada.
Mereka juga mengenal siapa adanya pria yang berpidato itu. Dia bernama Alvos, seorang knight yang berprofesi menjadi petualang. Dia dan grub petualangnya adalah para NPC yang menjadi pemandu bagi pemain pemula di awal-awal game Ring of Chaos. Tugas mereka adalah mengajarkan skill basic kepada para pemula dan menjelaskan hal-hal dasar pada pemain baru. Tak pernah terpikir di kepala mereka jika saat ini Alvos akan muncul.
Dalam game itu juga dijelaskan jika grub petualang Alvos bernama Wolf Hunter. Merupakan sebuah perkumpulan yang beranggotakan lima puluh orang. Dijelaskan pula bahwa Alvos ini merupakan mantan jendral perang yang mengundurkan diri dari ketentaraan karena luka permanen, karena itulah Alvos memiliki rasa cinta tanah air yang tinggi sekali.
Sifatnya ini juga menurun kepada semua anak buahnya yang kerap kali membantu para petualang yang sedang kesulitan melawan monster. Memang seringkali dalam game Ring of Chaos, ketika sedang melawan seekor bos monster dan merasa kesulitan, tiba-tiba grub yang dipimpin Alvos ini datang dan memberi bantuan. Hal ini umum terjadi di game itu sehingga semua player sangat kenal dengan Wolf Hunter. Tak terkecuali Asahi yang sudah beberapa kali ditolong oleh orang itu waktu dirinya masih pemula.
Semua ucapan Alvos tadi sebenarnya bukan bertujuan untuk merendahkan para immortal yang keberadaannya masih diragukan. Tapi dia berbicara sebagai seorang patriot yang tidak ingin menggantungkan nasib terhadap orang-orang yang belum jelas asal-usulnya. Ucapannya ini juga berhasil membuat Asahi dan para player di sana kagum sekali.
Namun bagaimana pun juga, mereka merasa sedikit tersinggung karena sudah tak jarang yang mengetahui bahwa mereka inilah para immortal. Walau pun ada beberapa player yang belum sadar jika dirinya immortal, tapi berita yang disebar oleh Dragon Republic dan beberapa aliansi besar lain yang menyatakan bahwa mereka adalah immortal sudah diketahui banyak player.
Tapi mereka tak berani melawan karena mereka tahu level alvos sangat tinggi, yaitu berada di level 190.
Namun Asahi yang sudah panas hatinya itu tak bisa menahan diri lagi. Harga dirinya sebagai top player nomor tiga dunia akan tercoreng jika dia tidak meluruskan ini. Maka setelah Alvos menghentikan ucapannya, dia berteriak keras.
"Bagaimana jika para immortal itu benar-benar bisa menjaga dunia ini dari serangan dua dunia lain?" walau pun dia belum tahu dengan keberadaan dua dunia lain itu, namun tetap dia katakan agar terkesan dia bukan orang awam.
"Jika memang begitu, kita harus berterima kasih kepada mereka semua." jawab Alvos.
"Tuan Alvos, menurutmu sekuat apakah para immortal itu?"
Alvos nampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Hem...menurut cerita yang kita dengar, mereka mendapat berkah dari dewa yang membuat mereka bisa hidup kembali setelah mati. Jadi menurutku, mereka mungkin tak lebih kuat dari kita dan bisa jadi lebih lemah karena terlalu meremehkan nyawa sendiri."
Seluruh urat syaraf di tubuh Asahi menegang karena kesal. Memang Alvos bukan menyombongkan diri, atau merendahkan, dia hanya menduga-duga. Tetapi menurut pandangan Asahi, Alvos terlalu memandang rendah kepada para immortal. Entah karena pria itu terlalu tidak percaya kepada orang luar atau bagaimana, tetapi Asahi sangat kesal sekarang.
"Hei Tuan Alvos, jika memang immortal lebih lemah dari kita, mengapa bisa muncul ramalan yang mengatakan bahwa mereka bisa menyelamatkan dunia kita?"
"Itu hanya ramalan dari seorang ahli nujum terkenal. Belum tentu benar dan bisa jadi salah." balas Alvos.
"Apa kau ingin bukti?" tanya Asahi yang berhasil mengejutkan ketiga teman-temannya.
"Asahi bodoh, apa yang kau lakukan?" bentak Amaya perlahan.
"Ayo pergi dari sini!" Charlotte menarik tangannya akan tetapi Asahi tetap bergeming.
"Aku, Tanaka Asahi, menantangmu untuk berduel!! Sejak dahulu aku sangat mengagumi para immortal dan aku merasa tidak terima jika idolaku direndahkan oleh orang lain!!" serunya dengan suara lantang.
Mendengar ini, tiba-tiba terdengar suara bisik-bisik dari para player yang bereada di sana. Siapa orangnya di dunia Ring of Chaos yang tak kenal dengan Tanaka Asahi? Pemain top tiga dunia?
"Jadi dia si Tanaka itu?"
"Hebat, diakah orangnya?"
"Tampan sekali..."
Berbagai macam bisikan terdengar namun Asahi tak mempedulikan semua itu. Dia masih menatap Alvos dengan tajam.
"Kau takut kalah? Kita akan membuktikan siapa yang benar di antara kita. Para immortal adalah nyata dan saat ini memang sudah tiba ke dunia ini!!" serunya tegas yang berhasil membikin gaduh mereka semua.
"Baiklah, aku terima tantanganmu. Semuanya, tolong beri kami tempat." Alvos menjawab dan berjalan turun dari atas panggung. Begitu sampai di bwah, seketika orang-orang menjauhi mereka berdua dan membentuk lingkaran lebar.
"Asahi, apa-apaan kau ini!!" Amaya melotot kepada sahabatnya itu.
"Amaya, ayo melihat dari jauh. Aku juga sedikit kesal dengan si Alvos itu. Biarkan Asahi menyelesaikannya." Ken menarik paksa lengan adiknya dan Charlotte.
Alvos mencabut pedang dan meletakkan pedang itu di depan wajah. Itu merupakan cara untuk menghormati lawan duel. Menandakan bahwa pertarungan ini hanya sekedar duel dan mengadu tenaga, bukan untuk saling bunuh.
Sedangkan Asahi, dia hanya menjura dan menundukkan badan. Seperti penghormatan yang dilakukan orang Jepang pada umumnya.
"Majulah dulu!" kata singkat Asahi.
"Jaga seranganku!!" Alvos melesat cepat menuju Asahi dan mengarahkan pedang itu kearah pundak kanan.
"Low Level Technique : Sharpened Sword" ucap Alvos perlahan dan seketika pedangnya terselimuti dengan cahaya terang.
Dengan tenang saja, Asahi mengelak ke kiri dan membiarkan pedang itu lewat. Sebelum Alvos bisa bereaksi kembali, tangan kirinya sudah bergerak dan mencengkeram kepala Alvos, kemudian dengan sekali dorongan, dia menghantamkan wajah Alvos ke tanah.
"Bruaakk!!"
Suara keras terdengar ketika wajah Alvos melesak ke tanah. Semua orang tercengang dan kagum sekali. Alvos yang mereka kenal sebagai leader Wolf Hunter adalah seseorang yang kuat, tapi sekarang mampu untuk dirobohkan dalam sekali gerak oleh seorang pemuda.
"Benar-benar Tanaka Asahi top player dunia..." gumam salah satu player di sana.
"Nah, apa kau pikir kekuatan dari idolaku lebih lemah dari ini?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments