“Ah, akhirnya Kau pulang juga kak,”seru Mark, pria itu gegas menuruni tangga dan melangkah menuju ruang
tamu dimana Jacob dan kedua orang tuanya tengah mengobrol.
Mark menghempaskan pantatnya di atas sofa persis disamping Jacob dan menyiku lengan kakaknya itu.
“Apa kabar Kak? Kau rindu pada adikmu ini ya sampai akhirnya pulang ke rumah,”ledek Mark.
“Tidak. Hanya ingin memastikan apakah anggota tubuhmu masih lengkap atau hidungmu berkurang,”celetuk Jacob.
“Kak. Kau tega sekali padaku. Ma, Pa, lihatlah putra kesayangan kalian begitu tega mengharapkan Aku pulang dengan keadaan tidak utuh,”adu Mark, yang justru mendapat gelak tawa dari Nyonya Celline dan Tuan Garadha.
“Sudahlah, dia hanya bercanda Mark.”
Mark melipat tangannya dan meletakannya di atas dada pria itu sebagai kode ngambeknya. Namun, kelakuan Mark itu justru semakin menambah gelak tawa orang-orang disana.
“Kau sudah besar Mark, apa jadinya jika adikmu melihat tingkah kakak keduanya yang kekanakan,”ucap Tuan Garadha.
“Anneth masih di luar negeri Pa. jadi tidak ada salahnya jika Aku seperti ini.”
Semua orang hanya bisa menggelengkan kepalanya karena tingkah Mark yang tidak ingat umur jika pria itu
sudah berusia dua puluh empat tahun. Sebenarnya bukan hal baru karena seluruh anak keluarga Garadha memiliki watak berbeda-beda. Jacob yang pekerja keras dan tegas, Mark yang humoris, dan Anneth yang seenaknya saja. Namun perbedaan mereka justru membuat Nyonya Celline dan Tuan Garadha menyayangi mereka sama rata.
Usai aksi pura-pura ngambeknya, Mark akhirnya kembali ceria dan obrolan mereka kembali terjadi, namun saat tak
sengaja netra Mark melihat sosok Kanaya yang tengah berjalan menuju belakang sontak saja Tuan Muda kedua Garadha itu memanggil Kanaya.
“Naya,”seru Mark.
Semua orang yang ada disana menoleh menatap Kanaya yang sudah berbalik menatap para majikannya itu.
“Ada apa Tuan Muda Mark?”tanya Kanaya.
“Ah, tidak Naya. Aku Cuma mau panggil saja kok.”
Kanaya menatap sosok Mark yang tersenyum tanpa rasa bersalah itu, ingin sekali Kanaya mengumpati pria itu
jika tidak ingat siapa sosok Mark sebenarnya. Kanaya menhembuskan napasnya pelan untuk mereda rasa kesalnya.
“Maaf Tuan dan Nyonya kalau begitu saya pamit ke belakang dulu,”ujar Kanaya gegas melangkah meninggalkan ruang tamu.
Kepergiannya Kanaya kini Nyonya Celline dan Tuan Garadha hanya bisa menggelengkan kepalany menatap Mark. “jangan iseng padanya Mark,”peringat Nyonya Celline.
“Tidak Ma, Mark benaran Cuma ingin manggil kok Ma. Tapi, ngomong-ngomong dari mana Mama bisa dapat pelayan secantik Naya, dia gak cocok jadi pelayan deh,”ujar Mark yang dengan secara berani memuji Kanaya bahkan di depan orang tuanya.
“Jangan main-main Mark,”peringat Tuan Garadha pada putra keduanya agar tidak menjaili atau mempermainkan Kanaya, walaupun Kanaya hanya pelayan di kediaman mereka, namun Nyonya Celline maupun Tuan Garadha paling tidak menyukai putranya mempermainkan wanita sekalipun Kanaya yang berstatus pelayan.
Sementara itu Jacob hanya terdiam, usai melihat wajah Kanaya entah mengapa pikiran pria itu menjadi tidak karuan dan rasanya dia ingin menemui Kanaya, walaupun Jacob sadar betul jika keinginan untuk bertemu Kanaya bukanlah sebuah rindu namun pria itu tidak tahu rasa apa yang membuatnya ingin melihat wajah Kanaya.
“Ma, Pa. Jacob ke dapur dulu mau minum ya.”
“Mau Mama panggilkan pelayan saja untuk mengambilkan minuman untukmu Sayang?”tawar Nyonya Celline yang dijawab gelengan oleh Jacob.
“Tidak Ma, Jacob bisa sendiri.”
“Ya sudah kalau gitu.”
Usai mengatakan itu Jacob bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju arah dapur dimana ia yakin Kanaya
tengah berada di sana. Dan benar saja Jacob melihat keberadaan Kanaya disana, terlihat Kanaya tengah memotong-motong sayur bersama pelayan lainnya.
Jacob yang memang tidak memiliki keinginan untuk minum, hanya bersandar pada dinding tembok dan
mengamati kegiatan di dapur, namun netra pria itu hanya focus pada sosok Kanaya yang ia bisa lihat dari belakang. Karena seluruh pelayan Garadha yang tengah sibuk menyiapkan makan siang membuat mereka tidak menyadari keberadaan Jacob.
“Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa ingin melihatnya terus,”gumam Jacob masih dengan aktivitasnya
memantau Kanaya.
“Naya, kamu istirahat saja ya. Jangan telalu capek, kasihan dedeknya,”bisik Indri pada Kanaya.
Kanaya hanya tersenyummendapat sikap perhatian dari sahabatnya, namun Kanaya yang masih merasa kuat
tentu menolak secara halus perintah Indri.
“Gak papa Ndri, Aku masih kuat kok.”
“Tapi Nay…”
“Sudah lebih baik kita segera selesaikan masakan ini, lagian Aku Cuma bantu-bantu dikit doing kan.”
“Baiklah, tapi kalau kamu merasa lelah harus istirahat ya Nay,”ucap Indri.
“Iya iya, bawel ah. Ini Sayurnya yang udah Aku potong mau diapain Ndri?”tanya Kanaya mengalihkan kekhawatiran
Indri.
“Sini biar Aku saja,”ucap Indri merebut sayuran dari tangan Kanaya.
Kanaya yang tidak ingin berdiam diri saja, memilih menuju meja makan besar dan menyiapkan piring dan
gelas disana. terlihat Kanaya sesekali mengelap keringatny dengan hijab yang ia gunakan. Sepertinya Kanaya mulai kelelahan, sesekali gadis itu memegang perutnya dan menghembuskan napasnya kasar untuk menguatkan dirinya. Namun, karena memaksakan diri akhirnya wanita itu roboh dan jatuh pingsan.
“Kanaya!”pekik Indri yang melihat pingsannya Kanaya.
Indri menepuk-nepuk pipi Kanaya agar wanita itu bangun, namun saat Indri berusaha membangunkan Kanaya, seseorang telah berada di sisinya dan tanpa bicara mengangkat tubuh Kanaya.
“Tuan.”
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Aida Murni
waduh pingsan. ketahuan deh.
2023-10-20
0
Ersa
gawan bayi itu jac.... pengen lihat nay terus
2023-06-29
1