Prok prok prok
Tepuk tangan meriah menggema di gedung hotel mewah yang terdapat di kota Jakarta. Sepasang kekasih telah melakukan upacara pertunangannya dengan lancer. Senyuman bahagia terpatri pada setiap wajah-wajah yang hadir terutama kedua sejoli itu. Hanya satu orang yang terlihat tak tampak senyuman pada wajahnya, Tuan Jacob terlihat tak begitu bahagia dengan acara tersebut padahal jelas yang tengah bertunangan adalah putra sulungnya, Jacob Garadha.
“Sayang, Aku harus segera terbang ke LA,”ucap Alexsa sukses mengalihkan tatapan Jacob dan mengubah raut wajahnya.
“Kita baru saja meresmikan hubungan Kita Ale. Apa kamu begitu terburu-buru hingga tak bisa menunggu para tamu pulang,”ucap Jacob menatap sang tunangan tak suka.
Alexsa menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Jacob jika dia memang tak bisa lebih lama lagi
disana. Gadis itu menggenggam tangan Jacob dan mengarahkan pria itu agar menatapnya.
“Sayang, Aku sudah memberitahumu bukan, jika Aku sudah menerima tawaran untuk menjadi BA produk terkenal disana,”ucap Alexsa.
Jacob melepaskan genggaman tangan Alexsa dan memandang para tamu undangan yang tengah menikmati
hidangan di depannya. Baru saja dirinya menyematkan cincin pertunangan di jari manis Alexsa, namun dia harus menerima kabar jika Alexsa akan pergi saat itu juga. Ingin sekali Jacob melarang tunangannya itu untuk pergi setidaknya hingga para tamu undangan dan acara mereka benar-benar selesai. Tetapi Jacob tak bisa
melakukannya, Alexsa terlalu keras kepala dan ambisius sangat sulit untuk mencegah kemauan tunangannya itu.
“Berapa lama?”tanya Arjun.
“Satu tahun Sayang, setelah itu Aku janji kita akan segera menikah dan focus dengan hubungan kita,”janji Alexsa dengan pupil eyesnya.
Jacob menghembuskan napasnya dalam. rasa cintanya yang begitu besar tentu tidak mampu menghalau keinginan sang tunangan.
“Baiklah,”ucap Jacob pasrah.
Cup.
“Ah makasih sayang,”ucap Alexsa usai mengecup pipi Jacob.
Setelah mendapat izin dari Jacob, Alexsa bergegas melangkah keluar meninggalkan Jacob membuat para
tamu undangan bertanya-tanya. Nyonya Garadha yang melihat keluarnya Alexsa bergegas mendekati sang putra.
“Jacob, apa yang terjadi?”tanya Nyonya Garadha khawatir.
Jacob menatap sang Mama dengan perasaan sedih. “Alexsa harus segera terbang ke LA Ma. Dia ada job
disana,”ucap Jacob mencoba tersenyum kepada Nyonya Garadha.
“Apa! Wanita itu apa tidak bisa sebentar saja libur dan memikirkan dirimu? Bahkan di hari pertunangannya dia hanya sampai menyematkan cincin dan langsung pergi,”ucap Nyonya Garadha marah.
“Ma sudah, Alexsa memang benar-benar sibuk,”ucap Jacob.
“Stop Jacob! Jangan lagi membela wanita itu. Mama sangat kesal kepadanya,”ucap Nyonya Garadha meminta
Jacob agar tidak lagi membela Alexsa meninggalkan Jacob dan melangkah menuju keberadaaan Tuan Garadha.
Sementara itu Jacob yang memang sedang merasa sedih tak mampu jika harus berlama-lama disana. Jacob
memutuskan meninggalkan room dan menuju sebuah kamar yang dia sewa di hotel tersebut. Sesampainya di dalam kamar hotel tersebut, Jacob berdiri menatap luar hotel dari jendela kamar tersebut.
“Kamu tahu jika Alexsa begitu menantikan kesempatan menjadi BA produk itu dari dulu, lagian sudah bertunangan juga,”gumam Jacob berusaha menenangkan hatinya yang tengah gundah karena keputusan sang tunangan pergi usai penyematan cincin. Jacob menatap cincin bermata berlian yang melingkar di jari manisnya dan tersenyum. Katakanlah cinta Jacob untuk Alexsa begitu besar hingga tak mampu menolak segala keinginan gadis itu.
Disisi lain terlihat Kanayah dan Nenek Risma tengah berada di sebuah truck terbuka menuju kota Jakarta. Setelah berpikir-pikir akhirnya Kanayah memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Kedua orang itu terpaksa
menaiki truk terbuka karena setelah menimbang-nimbang lagi, jika harus menggunakan kendaraan Kanayah takut uang simpanannya tidak akan cukup. Beruntungnya ada sebuah truck yang juga mengarah ke kota Jakarta bersedia membawa Kanayah dan Nenek Risma tanpa harus membayar.
Jeder
Suara petir menggelegar menandakan hujan akan segera mengguyur bumi. Kanayah menatap langit yang telah
berubah warna menjadi gelap. Suara petir kembali menggelegar membuat Kanayah sontak memeluk sang Nenek. Tak lama rintik hujan mulai membasahi bumi membuat pakaian Kanayah basah. Mobil truk itu berhenti di pinggiran jalan. Tak lama sang supir truk membuka penghalang bak trucknya dan berkata.
“Neng, ini ada terpal bisa dipakai untuk melindungi Kamu sama Neneknya,”ucap sang supir menyodorkan terpal itu kepada Kanayah.
“Iya pak, terimakasih banyak Pak,”ucap Kanayah menerima terpal tersebut dan menutupi tubuhnya dan
Nenek Risma dari hujan.
“Nenek kedinginan ya,”ucap Kanayah memeluk Nenek Risma.
Supir itu kembali duduk di belakang kemudi dan memasang sabuk pengaman. Di samping supir itu tersebut
terlihat seorang wanita yang memasang,wajah cemberutnya kepada supir mobil bak terbuka tersebut.
“Repotkan, udah dikasih tahu gak usah sok baik nolongin orang, masih aja gak nurut,”ucap wanita itu.
“Sudahlah Bu, kasihan juga mereka,”ucap supir bak terbuka itu kepada istrinya.
Mobil bak terbuka itu kembali melaju menuju kota Jakarta membawa Kanayah dan Nenek Risma berada di
belakang dengan menjadikan terpal biru sebagai pelindung mereka dari hujan.
“Bangun Neng, sudah sampai Jakarta!”
Kanayah mengerjapkan kelopak matanya saat menyadari mobil yang ia tumpangi sudah berhenti dengan sempurna dan hujan pun sudah redah.
“Sudah sampai ya Pak. Terima kasih ya Pak sudah mau memberi kami tumpangan,”ujar Kanayah tulus.
“Iya Neng sama-sama, tapi bapak Cuma bisa nganter sampai sini saja Neng,”ucap Pak supir yang baik hati
itu.
“Iya pak gak papa, ini saja sudah sangat membantu Saya dan Nenek saya.”
“Sudah-sudah. Cepat turun dari mobil Saya, dan Kamu pak gak usah genit-genit,”sewot istri supir mobil tersebut.
Kanayah hanya menganggukkan kepalanya tak berani membalas perkataan wanita itu. Kanayah sadar betul tatapan tidak suka wanita itu sedari pertama suaminya memberi tawaran untuk dirinya dan Nenek Risma. Kanayah pelan menggoyangkan tubuh Nenek Risma untuk membangunkan wanita itu.
“Nek bangun! Kita sudah sampai Jakarta,”ucap Kanayah membangunkan Nenek Risma.
“Sudah sampai ya Ndo,”ucap Nenek Risma usai membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya.
Kanayah menganggukkan kepalanya sambil membereskan terpal yang menjadi perlindungannya semalam saat
hujan dan tas usangnya. Perlahan Kanayah dan Nenek Risma turun dari mobil bak terbuka itu.
“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya Pak. Bu,”ucap Kanayah lagi kepada sepasang suami istri itu.
Terlihat supir tersebut hendak menyauti ucapan Kanayah namun gagal karena di serobot oleh ucapan pedas
istrinya.
“Iya iya, sudah sana pergi dari sini. Gak usah kegatelan sama suami orang,”pedas wanita itu.
Wanita itu segera menarik lengan sang suami menuju pintu depan mobil dan mendorongnya masuk. Sedangkan sang suami yang masih belum sigap hanya bisa mengikuti istrinya, setelah itu istri dari supir tersebut segera memutari body mobil untuk duduk di sebelah sang suami.
Blam
Suara pintu mobil terdengar nyaring cukup membuat Kanayah dan Nenek Risma terkejut dibuatnya. Tak lama setelah itu mobil bak terbuka tersebut melaju meninggalkan Kanayah dan Nenek Risma.
Kanayah dan Nenek Risma yang notabene-nya berasal dari desa menatap kagum akan keramaian yang tersaji
di depan mereka.
“Ternyata kota Jakarta yang sekarang sudah sangat berbeda dari yang dulu,”celetuk Nenek Risma.
“Nenek pernah ke Jakarta? Kok Naya baru dengar ya,”ucap Kanayah
“Iya, dulu waktu masih muda Nenek pernah ke Jakarta. Dan di kota ini juga Nenek bertemu dengan Kakekmu
Nay, tetapi dulu Jakarta tak seramai sekarang. Jarang sekali motor atau mobil di jalanan. Kebanyakan berjalan kaki atau menggunakan sepeda ontel sebagai alat transformasinya,”jelas Nenek Risma.
“Oh ya Nek, Kakek itu aslinya orang mana ya Nek?”tanya Kanayah lagi.
“Kakek kamu itu keturunan Belanda Naya, makanya muka kamu kebule-bulean,”cerita Nenek Risma.
Kanayah yang mendengarnya mengangguk paham. Dia kini tahu dari mana asal kecantikannya, ternyata darah
Belanda dan Indonesia mengalir dalam dirinya. Gadis itu Kemudian menggandeng tangan sang Nenek untuk melangkah. Sudah sampai di kota, Kanayah harus bisa bertahan di kota ini. Setidaknya disini dia tidak akan bertemu dengan mereka (orang-orang desanya).
“Nek, kita cari kontrakan dulu ya disini,”ujar Kanayah.
Nenek Risma menganggukkan kepalanya. Kedua wanita itu pun melangkah menyebrangi jalan raya dan mulai
menyusuri jalanan. Bertanya ke orang-orang sekitar yang bisa memberikan kontrakan dengan harga yang Kanayah mampu. Cukup lama Kanayah dan Nenek Risma melangkah, hingga akhirnya dia bisa mendapatkan sebuah kontrakan kecil dengan harga perbulannya yang relative murah.
“Ini kunci kontrakannya Neng, mulai sekarang kamu sama Nenek Kamu bisa tinggal disini,”ucap ibu-ibu pemilik kontrakan.
“Iya Bu, terima kasih Bu, ini uang buat sewa selama satu bulan kontrakan Ibu.”
Kanayah memberikan beberapa lembar uang yang dia miliki kepada wanita itu dan menerima kunci kontrakan. Setelah transaksi itu terjadi, Kanayah dan Nenek Risma memasuki kontrakan tersebut.
Ceklek
Kosong taka ada apapun di dalamnya, mungkin sesuai harga murah yang diberikan oleh pemilik kontrakan.
Hanya sebuah Kasur lantai tipis yang akan menjadi alas dirinya dan Nenek Risma.
“Nenek tunggu disini dulu ya, biar Naya bersihkan kontrakannya dulu,”ucap Kanayah.
Gadis itu mulai menyapu dalam kontrakan tersebut menggunakan sapu yang telah diberikan oleh ibu pemilik
kontrakan. Setelahnya ia menggelar Kasur lantai di satu-satunya kamar yang ada di dalam kontrakan tersebut.
“Nek, ayo masuk Nek! Nenek pasti capek, istirahat dulu ya. Naya mau keluar cari makanan buat kita,”ucap Kanayah mempersilahkan Nenek Risma memasuki kamar kecil itu.
“Iya Nay, kamu hati-hati di jalan ya,”ucap Nenek Risma.
Kanayah mengangguk mendengar ucapan Nenek Risma. Setelah itu dia menutup kontrakan kecil tersebut
dan melangkah untuk mencari makanan. Untuk keluar dari kontrakan tersebut Kanayah harus melewati beberapa gang sempit dan barulah setelah itu dia bisa mendapati jalan raya.
Kanayah menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia masih bingung dengan jalanan Jakarta namun sebisa mungkin
Kanayah berusaha mengingat jalan yang dia lewati. Gadis itu teringat saat dia mencari kontrakan, dia melewati area dimana banyak rumah makan dan warung makan.
“Kata orang di Jakarta serba mahal, paling serratus ribu syukur-syukur sampai besok. Mungkin ini Naya
harus disambi cari kerjaan,”ujar Gadis itu menimbang satu-satunya uang yang dia punya.
Kanayah memutuskan perjalanannya kali ini tak hanya mencari makanan tetapi juga mencar pekerjaan.
Tetapi di kota Jakarta yang asing bagi Kanayah tentu membuat gadis itu kebingungan. Tidak mengenal siapa pun, tidak tahu pasti seperti apa kehidupan Jakarta bahkan latar belakang pendidikannya yang hanya sampai SMP pasti akan membuat Kanayah kesulitan disana.
Sepanjang jalan Kanayah mencoba mencari pekerjaan dengan bertanya-tanya kepada rumah makan, warung,
maupun toko-toko disana. tapi memang nasib belum berpihak pada Kanayah, gadis itu tidak mendapat pekerjaan bahkan dia harus menerima perlakuan tak menyenangkan dari beberapa tempat yang dia tanyai.
“sepertinya tak segampang di desa. Dilanjut besok saja, hari ini cukup sampai disini. Nenek pasti sudah sangat lama menungguku,”ucap Kanayah.
Gadis itu lantas membeli satu bungkus makanan dan dua buah es teh. Kenapa hanya satu, Kanayah pikir dia
bisa memakan sisa dari Nenek Risma.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Pak Yan
AKU IKUTAN MAMPIR DN JUGA MAU IKUTAN BACA KAK..... KOREKSI DIKIT : " ADA SEDIKIT TYPONYA ..... BUKAN TRANSFORMASI UTK ALAT PERHUBUNGAN..... TAPI TRANSPORTASI YG BENARNYA .....🤔🤔🤔😲😲😲😖😖😖😟😟👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-09-26
2
lovely
muka indo tpi malangg benerrr ya🥴
2023-09-26
1
#ayu.kurniaa_
.
2023-09-25
0