"Mungkin hari ini cukup. Kasihan Nenek pasti sudah lama menunggu, "ucap Kanayah.
Bermodalkan dengan memori arah yang sebelumnya dia lewati, Kanayah berjalan pulang menuju kontrakannya.
Kanayah melewati pasar yang terlihat mulai sepi. karena hari sudah mulai sore para pedagang mulai sepi hanya para pedagang makanan ringan yang masih berjualan di pinggir jalan.
Gadis itu tentu tak dapat menutupi kekagumannya. pertama kalinya seorang gadis desa yang kini bisa melihat ramainya kota, serta hiruk pikuk masyarakatnya semakin membuat Kanayah berdecak kagum.
Hanya saja, Kanayah yang polos dan menganggap jika orang-orang yang dilihatnya semuanya adalah orang baik, tentu akan menjadi sebuah masalah dalam hidup gadis itu jika ingin bertahan di kota.
Saat asiknya mengamati ramainya kota, tanpa disadari oleh Kanayah, terdapat dua sosok pria yang mengikuti gadis itu, mencari momen yang pas untuk melakukan aksi mereka.
Saat suasana sudah mendukung , kedua pria itu menarik tangan Kanayah ke sebuah gang sempit.
"Akhh, "pekik Kanayah.
Tubuh Kanayah di dorong pada ujung gang tersebut. Gadis itu beringsut ketakutan melihat tatapan lapar dua pria itu.
"Kalian siapa? Jangan macam-macam, "ucap Kanayah ketakutan.
"Ha ha ha, hanya satu macam cantik. Mari mencapai kepuasan bersama,"ucap salah satu pria.
Kanayah semakin takut dibuatnya. Rasa trauma akan peristiwa pelecehan di desa oleh Pak Lurah belum juga hilang, kini gadis itu harus kembali berhadapan dengan pria-pria yang menatapnya penuh nafsu.
"Tolong... tolong! "teriak Kanayah.
Gadis itu berharap seseorang menolongnya, dan menyelamatkan dirinya dari situasi yang menakutkan ini.
"Percuma saja Kamu berteriak cantik. Disini sepi dan orang-orang tidak akan peduli, jadi lebih baik menurutlah,"ucap pria satunya.
kedua pria itu mendekati tubuh Kanayah yang terus memberingsut hingga terpentok pada dinding gang. Kanayah mencoba bangkit dengan memegang dinding gang tersebut karena kakinya terasa lemas akibat rasa takutnya.
Sret
Sayang sungguh sayang, usaha Kanayah sia-sia. Tangan gadis itu ditarik oleh salah satu pria itu hingga kembali terjerembab.
"Tolong, lepaskan Saya, "ucap Kanayah mulai berair.
Tidak peduli dengan teriakan Kanayah dan aksi berontaknya, dua pria itu kini sudah menarik kaki jenjang gadis itu.
Kanayah menendang sembarang terus memberontak. Tetapi dia hanya gadis lemah yang tidak sanggup melawan tenaga dua pria dewasa.
Sreet
Lengan baju Kanayah ditarik hingga sobek, pria satunya lagi menarik celana bahan Kanayah. Gadis itu berusaha mempertahankan celananya agar tidak lepas.
"Hiks... hiks... Tolong... tolong, "dengan sisa tenaganya Kanayah masih berteriak berharap adanya seseorang yang mau menolongnya.
Dua pria itu tak menghiraukan tangisan Kanayah, mereka sedang berusaha melepaskan pakaian Kanayah. salah satu dari mereka menarik tangan Kanayah ke atas agar tidak lagi mencekal celananya yang hingga saat ini tidak bisa mereka lepaskan.
"Pegang tangan dia, biar Gue yang lepasin celana sialan ini, "perintah salah satu pria iti pada rekannya.
Tangan pria yang berada di bawah kaki Kanayah perlahan memegang celana bahan gadis itu yang tak lagi ditahan oleh Kanayah.
sementara Kanayah hanya bisa menangis sesegukan dan memejamkan matanya, karena tangan yang tadi ia gunakan untuk mempertahankan celananya sedang dicengkram oleh pria lainnya.
Ya Allah, tolonglah hamba. batin Kanayah.
Dugh dugh dugh
"Akh."
Sebuah suara tendangan dan pukulan terdengar di telinga Kanayah. Perlahan mata gadis itu terbuka untuk melihat keadaan. Seorang gadis terlihat tengah menghajar dua pria yang sebelumnya hendak melecehkan Kanayah. Tidak hanya gadis itu, beberapa orang juga bersamanya.
Cepat-cepat Kanayah mendudukkan tubuhnya yang tadi terlentang paksa oleh dua pria itu.
"Udah pada tua. Sukanya buat resah Jakarta. Ini rasakan tendangan Gue, "ucap gadis yang menyelamatkan Vita itu sembari melayangkan tendangan dan tinjuan pada dua pria itu.
"Ampun... Ampun, "ucap kedua pria itu.
"Udah bawa saja mereka Pak, "ucap Gadis itu usai puas membuat dua pria itu babak belur.
Kedua pria yang tadi akan melecehkan Kanayah, akhirnya dibawa orang-orang ke kantor polisi.
Indri, nama gadis yang telah menyelanatkan Kanayah. Indri mendekati tubuh Kanayah yang duduk memeluk lututnya gemetaran.
"Lo sudah aman sekarang, jangan takut lagi ya, "ucap Indri memeluk Kanayah.
Kanayah perlahan mendongakkan kepalanya menatap sosok yang telah menyelamatkan dirinya. "Indri...hiks...hiks, "ucap Kanayah berhambur memeluk tubuh Indri.
"Kanayah, ini benaran Lo,"ucap Indri tak percaya.
Indri adalah sahabat Kanayah satu-satunya di desa. Hanya dialah yang selalu percaya jika Kanayah adalah gadis baik-baik, dan selalu menjadi penolong Kanayah.
Indri merenggangkan pelukan Kanayah untuk memastikan jika seseorang yang tadi diselamatkannya adalah sahabat kecilnya.
"Ya ampun, ini beneran Lo Naya. Kenapa Lo bisa ada di Jakarta? "tanya Indri.
Kanayah menghapus air matanya yang masih tersisa. Gadis itu tersenyum kecil dan berkata.
"Panjang ceritanya Ndri. Sekarang ikut Aku ke kontrakan ya, biar ketemu Nenek sama Aku ceritakan semuanya, "ucap Kanayah.
"Nenek Risma juga di Jakarta? "tanya Indri lagi yang diangguki Kanayah.
"Iya. Makanya sekarang ikut Aku Ndri. Tapi dimana nasi yang tadi Aku beli ya? "
Kanayah mengedarkan netranya ke sekitar, hingga ia melihat satu bungkus nasi yang beberapa saat lalu dibelinya telah tak berbentuk. Gadis itu berdiri mendekati sebungkus nasi itu.
"Yah, sudah hancur. Gimana dong?"gumam Kanayah.
Puk puk puk
"Udah, nanti Gue beliin aja Nay. Yuk jalan, "ajak Indri usai menepuk pundak Kanayah.
Kanayah tersenyum lembut. Gadis itu beranjak dibantu Indri dan melangkah menuju kontrakan sempit yang beberapa saat lalu disewanya. Sesuai ucapan Indri, saat dalam perjalanan gadis itu membelikan dua bungkus nasi beserta es teh untuk Kanayah dan Nenek Risma.
"Assalamualaikum Nek, "salam Kanayah.
"Waalaikumsalam, Naya kamu kenapa lama sekali. Nenek takut kamu kenapa-kenapa, "ucap Nenek Risma usai membuka pintu tersebut.
"Kanayah baik-baik saja Nek, oiya Nek masih ingat gak sama gadis disamping Naya ini? "tanya Kanayah menunjuk Indri disebelahnya.
Nenek Risma mengernyit mencoba untuk mengingat-ingat. "Indri. Indri anaknya Bu Wati kan? "tanya Nenek Risma.
"Wah, benar Nek. Ini Indri,"bukan Kanayah tetapi Indri yang menyautinya.
Kedua gadis itu memasuki kontrakan sempit itu dan duduk lesehan disana. Indri memandangi sekitar kontrakan itu yang sangat sempit dan tidak ada apa-apa disana.
"Nek, ini nasi dibeliin sama Indri loh, "ucap Kanayah menunjukkan dua bungkus nasi kepada Nenek Risma.
"Wah, terima kasih ya Nak Indri, "ucap Nenek Risma.
"Iya Nek sama-sama, "jawab Indri.
"Nenek ambil piring dulu ya Nay, alhamdulillah tadi yang punya kontrakan meminjamkan alat makan untuk kita juga,"ucap Nenek Risma.
Indri menatap Kanayah dan memastikan Nenek Risma yang sudah masuk ke dalam
"Nay, Kamu tadi sudah janji mau cerita kenapa bisa sampai disini kan, sekalian ceritakan peristiwa tadi, "tanya Indri.
Kanayah menatap arah belakang dimana bayangan Nenek Risma menghilang. "Ikut Aku yuk Ind. Nanti Aku ceritakan semuanya, "Kanayah menarik tangan Indri ke dalam satu-satunya kamar di kontrakan tersebut.
Kanayah menceritakan semuanya dari peristiwa di desa sampai kejadian dirinya yang hampir di perk*sa.
"Ya ampun Nay. Malang sekali hidup kamu, "ucap Indri.
Indri menarik tubuh Kanayah dalam pelukannya untuk menyalurkan kekuatan pada sahabatnya itu.
"Jadi sekarang Kamu lagi butuh pekerjaan?"tanya Indri.
"Iya Ndri."
"Kamu punya pulpen sama kertas gak? "tanya Indri.
"Sepertinya ada, sebentar Aku ambilkan di tas ya Ndri. "
Kanayah beranjak dan membongkar tas usangnya. Karena dulu di desa ia bekerja sebagai pelayan warung makan. Kanayah biasa menyediakan bolpoin yang biasa ia gunakan untuk mencatat bahan-bahan.
"Ini Ndri, "ucap Kanayah mengulurkan sebuah bolpoin kepada Indri dan secarik kertas.
Indri menerimanya dan menuliskan sesuatu di sana.
"Besok Kamu kesini ya Nay. Nanti kalau ditanya bilang saja cari Aku gitu,"ucap Indri.
"Ini apa Ndri? "tanya Kanayah.
"Itu rumah majikan Aku. Kamu gak papa kan kalau kerja jadi ART disana? "tanya Indri memastikan.
"Iya Ndri, gak papa. Makasih banyak ya Ndri,"ucap Kanayah terharu.
"Ya sudah, ingat besok kesana ya,"ucap Indri diangguki Kanayah.
Indri melihat jam pada ponselnya yang menunjukkan hari hampir petang.
"Sepertinya Aku harus pulang sekarang Nay, takut dimarahi majikan."ucap indri.
Indri beranjak diikuti Kanayah. Keduanya keluar kamar bebarengan Nenek Risma yang keluar dari belakang.
"Loh, Indri mau kemana? "tanya Nenek Risma.
"Indri harus pulang Nek, takut dimarahi sama majikan Indri. pamit ya Nek. Assalamualaikum, "pamit Indri menyalami Nenek Risma.
"Iya Nak. Kamu hati-hati ya, "balas Nenek Risma.
"Ingat besok jangan lupa loh Nay, "ucap Indri sebelum melangkah menjauh.
"Iya Ndri, kamu hati-hati,"ucap Kanayah berseri.
Gadis itu melambaikan tangannya yang juga dibalas oleh Indri. sementara itu. Nenek Risma sudah kembali duduk dengan dua piring nasi bungkus di depannya.
Kanayah menutup pintu kontrakan dan mendekati Nenek Risma. "Yuk Nek makan, "ajak Kanayah.
Kanayah dan Nenek Risma membaca doa terlebih dahulu sebelum memakan nasi bungkus tersebut.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
I Dw Ny Manasamadhi
ceritanya terlalu sadis,,Endak ada Sedikit aja pesan moral,,,,
2024-07-13
0
Aida Murni
lanjuuut suka aku tuh.
2023-10-20
0
HARTIN MARLIN
lanjut lagi thor
2023-10-12
0