Kanaya kini tengah berdiri disamping jalan untuk menunggu angkotan kota. Gadis itu tak sendiri disampingnya terlihat dua wanita yang juga tengah menunggu angkotan umum. Samar-samar Kanaya mendengar perbincangan dua wanita itu, bukan maksud menguping. Salahkan saja kedua wanita itu yang mengobrol begitu keras sehingga Kanaya yang berada di samping dua wanita itu tentu saja dapat mendengar perbincangan mereka.
"Aku tidak menyangka bisa hamil secepat ini, pasti suami Aku bahagia sekali saat nanti Aku memberitahunya, "ucap salah satu wanita itu.
"Selamat ya Lisa, Aku turut senang dengarnya. Oh iya itu gimana kejadiannya sampai Kamu yakin tengah Hamil, "saut wanita satunya.
"Gimana ya. Tadinya Aku kan sering mual-mual kalau pagi, terus badanku itu sering banget merasa lemas gitu. Jadi, Aku coba-coba iseng buat beli testpack eh gak tahunya pas Aku coba hasilnya garis dua alias positif. Rasanya senang banget deh, makanya aku langsung ke Dokter kandungan dan hasilnya memang positif,"ucap wanita bernama Lisa menggebu-gebu.
Setelahnya kedua wanita itu memasuki angkotan yang sedari tadi mereka tunggu meninggalkan Kanaya yang mematung usai mendengar perbincangan kedua wanita itu.
"Apa iya Aku tengah hamil? Tapi bagaimana jika Aku beneran hamil, "ucap Kanaya gelisah.
Tidak ingin bertanya -tanya dengan dirinya sendiri. Kanaya memutuskan untuk membeli testpack di sebuah apotek yang kebetulan letaknya tidak jauh dari Supermarket dimana Kanaya membeli minuman sebelumnya.
"Ramai sekali, gimana ini?"celetuk Kanaya saat melihat apotek di depannya itu begitu ramai.
Kanaya membaikkan badannya dengan maksud mengurungkan niatnya untuk membeli testpack, namun Kanaya yang juga begitu penasaran dengan kondisi tubuhnya merasa harus segera mendapat jawaban. Kanaya kembali membalik badannya menatap apotek tersebut. Diangkatnya sebagian kerudungnya ke depan wajahnya hingga menutupi wajah cantik itu dan hanya memperlihatkan mata indahnya.
Degup jantung Kanaya begitu terasa cepat. Gadis itu memasuki apotek dengan perasaan was-was. Usai berada di depan loket apotek tersebut, Kanaya mendekati seorang apoteker.
"Mba, ada testpack? "tanya Kanaya dengan suara kecil.
"Apa mba? Mba ini butuh apa ya? "tanya apoteker tersebut saat tidak bisa mendengar suara Kanaya.
"Ada testpack Mba? "ulang Kanaya menanyakan benda pipih yang ia butuhkan
"Apa Mba? Suaranya bisa dikeraskan lagi? "ucap apoteker kembali menanyakan kebutuhan Kanaya.
Kanaya mencondongkan badannya hingga sangat dekat dengan apoteker tersebut. Setelahnya Kanaya membisikkan kepada apoteker tersebut.
"Ada testpack Mba? "ucap Kanaya di telinga apoteker itu.
Apoteker tersebut menatap tubuh Kanaya dari ujung kaki hingga ujung kepala setelah itu apoteker tersebut menggelengkan kepalanya.
"Butuh berapa Mba? "tanya apoteker tersebut.
"Tiga Mba, "jawab Kanaya.
Setelah itu apoteker tersebut meninggalkan Kanaya untuk mengambilkan benda yang dicari gadis itu.
"Ini ya Mba, totalnya sekian, "ucap apoteker tersebut menyerahkan plastik hitam berisi tiga testpack didalamnya.
Kanaya gegas meraih bungkus plastik tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong celana miliknya. Usai membayar, Kanaya berbalik melangkah meninggalkan apotek tersebut. Terdengar oleh telinga Kanaya suara seorang pembeli di apotek tersebut tengah membicarakan dirinya.
"Tubuhnya ditutup rapat ternyata cuma buat menutupi kelakuannya yang gak bener, "celetuk orang tersebut.
Kanaya yang tidak ingin menanggapi ucapan orang tersebut terus melenggang pergi dan menaiki angkotan umum yang kebetulan lewat di saat gadis itu keluar dari apotek.
***
"Terima kasih ya Nay. Sini biar Aku saja yang menatanya. Kamu sudah beresin kamar Tuan Mark belum? "tanya Indri meraih plastik
"Belum Ndri. Tadi Mbok Ira gak ngasih tahu Aku soal kamarnya Tuan Mark, "ucap Kanaya.
"Ya sudah, kamu ke atas tadi Mbok Ira nanyain Kamu soalnya, "ujar Indri.
"Hemmm, gitu ya. Kalau gitu Aku ke atas dulu ya Ndri, "pamit Kanaya.
Kanaya melangkah meninggalkan dapur dan menuju lantai atas yang katanya milik Mark itu. Terlihat pintu tidak terkunci menandakan seseorang tengah berada di dalam sana. Kanaya pikir orang yang tengah disana adalah Mbok Ira sehingga Kanaya langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Namun siapa sangka, ternyata sosok yang tengah berada di kamar tersebut bukanlah Mbok Ira melainkan Nyonya Celline.
"Eh Nyonya. Maaf Saya tidak tahu sehingga tidak mengetuk pintu dulu, "ucap Kanaya merasa bersalah.
Mendengar suara Kanaya, Nyonya Celline meletakkan kembali figura kecil yang ia pegang di atas meja kecil.
"Tidak apa Naya. Kamu mau membereskan kamar Mark? "tanya Nyonya Celline.
"Iya, Nyonya. "
"Hem, lanjutkan perkerjaanmu Saya sudah mau keluar, "ucap Nyonya Celline melangkah ke arah pintu dimana Kanaya masih berdiri disisinya.
"Baik Nyonya, "balas Kanaya.
Nyonya Celline mengulas senyum kecilnya kepada gadia cantik yang sudah berhijab itu.
"Kanaya boleh Saya bertanya? "tanya Nyonya Celline sebelum keluar dari kamar tersebut.
"Iya Nyonya, silahkan."
"Menurutmu bagaimana Jacob? "tanya Nyonya Celline.
Kanaya mengedipkan bulu matanya berulang kali. Dia tidak tahu kenapa dengan Tiba-tiba Nyonya Celline menayakan mengenai pendapatnya tentang Putra sulung wanita itu.
"Ha ha ha ha, sudahlah. Jangan terlalu Kau pikirkan pertanyaanku tadi, "ucap Nyonya Celline dengan tawanya.
Setelah membuat Kanaya kebingungan, Nyonya Celline melangkah keluar kamar Mark membiarkan Kanaya menyelesaikan tugasnya membereskan kamar Mark.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Neng Alifa
laaah
2023-12-17
0
Aida Murni
sepertinya nyonya Celine tertarik menyunting Kanaya untuk Jakob nich. semoga aja ya guys.
2023-10-20
1
Ita Xiaomi
Mengapa suka berasumsi klo beli testpack berarti berkelakuan ndak benar.
2023-09-02
2