Hari masih gelap, karena baru saja waktu Subuh masuk. Kanaya yang telah menyimpan urinenya dalam sebuah wadah kecil saat sebelum ia mengerjakan sholat Subuh dengan tangan gemetar meletakkan ujung benda pipih yang biasa digunakan untuk test kehamilan dalam benda kecil berisi urinne tersebut.
Harap-harap cemas, Kanaya menanti hasil dari tiga tastpack yang ia lakukan sekaligus. Kanaya harap dugaannya salah, dia masih belum sanggup menerima kenyataan lainnya.Setalah cukup lama mendiamkan taspack yang sebelumnya sudah ia masukkan ke dalam urine miliknya. Perlahan Kanaya mengangkat benda pipih itu dengan tangan gemetar.
"A-Aku hamil, "ucap Kanaya begetar.
Gadis itu terperosot pada dinding kamar mandi kontrakan kecilnya. Tubuhnya terasa lemas bak tak bertulang usai melihat benda pipih yang ada di genggaman tangannya.
Tiga buah testpack bergaris dua dengan jelas memperlihatkan jika dalam rahim gadis itu telah tumbuh sebuah embrio yang akan berkembang menjadi bayi.
Perasaan sedih dan takut sekaligus berkecamuk dalam dada gadis itu. Ia tidak tahu harus apa, sedangkan pria yang merupakan ayah dari jabang bayinya sudah sedari awal meminta dia untuk melupakan malam dimana kesuciannya direnggut.
Kanaya menekuk lututnya, menggigit tangannya sendiri agar tangisannya tertahan dan tidak di dengar oleh Nenek Risma. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Menggugurkan janin tak berdosa yang ada di dalam rahimnya, Kanaya tidaklah setega itu. Gadis itu sadar dengan jelas, daging yang mulai tumbuh dalam rahimnya tidaklah bersalah. Hanya orang tuanya bayi itu yang bersalah, dia juga hanya korban sama halnya bayi itu.
"Apa yang harus Aku lakukan? Bagaimana jika Tuan Muda Jacob tahu, dia pasti memintaku untuk menggugurkannya. Aku tidak bisa sekejam itu, "ucap Kanaya terisak kecil.
Kanaya masih terisak di dalam kamar mandi kecil itu, mengigit lengan dan bajunya agar tidak menimbulkan suara tangisnya yang ingin meraung sekuat karena kenyataan yang harus kembali ia dapatkan. Hamil anak dari Jacob, Putra Sulung keluarga Garadha yang telah bertunang dan sangat mencintai tunangannya itu.
Cukup lama Kanaya terisak sampai suara ketokan pintu yang cukup keras dari luar mengharuskan gadis itu menyudahi tangisan yang sebenarnya tidak ingin ia sudahi. Sebelum membuka pintu itu Kanaya memasukkan tiga testpack tersebut ke dalam kantongnya dan membersihkan wadah kecil yang sebelumnya berisi urine miliknya.
Tok
tok
tok
"Kanaya, kamu di dalam Nak?"suara Nenek Risma terdengar begitu mengkhawatirkan cucu semata wayangnya itu.
Kanaya yang berada di dalam gegas berdiri dan membasuh wajahnya dengan air. Ah, mengingat Nenek Risma membuat pikiran Kanaya semakin semrawut. Kanaya mencoba untuk menetralkan pernapasannya agar lebih rileks di hadapan Nenek Risma. Kanaya masih belum sanggup memberitahu kepadanya tentang keadaan cucunya yang tengah hamil.
"Rileks, Kanaya. Jangan sampai Nenek sedih karena melihat wajah sedihmu, "ujar Kanaya untuk dirinya sendiri.
Ceklek
Pintu kamar mandi itupun dibuka oleh Kanaya, dengan senyuman lebar Kanaya berikan untuk Nenek Risma.
"Maaf Nek, Naya lama di kamar mandi soalnya perut Naya sakit,"bohong Kanaya.
"Loh, sekarang gimana keadaan perut Kamu Naya? "tanya Nenek Risma khawatir.
Kanaya tersenyum kecil kepada Nek Risma dan berkata "Sudah gak sakit lagi sekarang Nek."
"Kamu harus jaga kesehatan Nay, Kalau Kanaya sakit atau apapun harus bilang sama Nenek ya, jangan dipaksa atau dibiarkan karena kesehatan itu sangat penting, "ujar Nenek Risma.
Grep
Kanaya memeluk tubuh Nek Risma erat, dia butuh sandaran untuk saat ini, dan hanyalah Nenek Risma yang bisa menjadi sandarannya.
"Naya pasti jaga kesehatan kok Nek. Jadi Nenek juga harus jaga kesehatan ya, "ucap Kanaya dalam dekapan itu.
[Maafkan Naya Nek. Naya masih belum sanggup melihat kesedihan dan kekecewaan dari wajah teduh Nenek saat tahu kenyataan Aku yang hamil].
Kanaya memeluk dan memejamkan kedua matanya sebagai kekuatann untuk dirinya saat ini. Setelah itu, gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap wajah teduh Nenek Risma.
"Naya siapkan sarapan kita dulu ya Nek, Nenek mau sholat Subuh dulu kan? "tanya Kanaya.
"Iya Nay, Nenek sholat Subuh dulu, nanti setelah itu Nenek bantuin Kamu, "ujar Nenek Risma.
Kanaya menganggukkan kepalanya dan berlalu membiarkan Nenek Risma masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil Wudlu, sementara dirinya gegas menyiapkan sarapan.
***
Seharian ini Kanaya lebih banyak melakukan kesalahan selama bekerja di kediaman Garadha, beberapa kali dia mendapat teguran dari Mbok Ira maupun Nyonya Celline secara langsung. Membuat Indri yang melihat keanehan sikap Kanaya dibuat heran olehnya. Indri memutuskan membawa Kanaya ke taman belakang Kediaman Garadha untuk menginterogasi gadis itu.
"Kamu ada masalah apa sih Nay? Kamu kayak lagi banyak pikiran deh, coba cerita deh sama Aku, "ucap Indri.
Kanaya tersenyum kecil kepada sahabatnya itu. "Aku baik-baik saja Ndri, "ucap Kanaya yang diyakini Indri jika gadis itu tengah berbohong padanya.
Indri menggapai tangan Kanaya dan menatap wajah gadis itu lamat-lamat.
"Kamu jangan bohong sama Aku Nay, kalau ada apa-apa bilang, "ucap Indri.
"Aku beneran gak papa Ndri. Oh ya Ndri, sepertinya Aku mau berhenti kerja disini deh, "ucap Kanaya mengejutkan Indri.
Indri menyentak tangan Kanaya yang dipegangnya dan menatap gadis itu dengan tatapan tak percaya.
"Kamu kenapa Nay. Jangan bohong sama Aku, kali ini tolong cerita sama Aku Nay, jangan diam saja dan mutusin mau berhenti kerja gitu saja, "ucap Indri marah seraya memegang bahu Kanaya dan menggoyangkannya.
Kanaya yang sudah menebak reaksi Indri akan marah seperti ini hanya bisa mengulas senyumannya. Dia juga tidak tahu apa harus mengatakan semuanya kepada Indri atau tidak.
"Aku sudah gak bisa kerja disini lagi Ndri, "jelas Kanaya.
"Kenapa gak bisa Nay? Kenapa? Apa karena Tuan dan Nyonya atau karena pelayan lainnya, katakan Nay! Kamu jangan diam seperti ini terus, "desak Indri.
"Bukan. bukan karena mereka Ndri, mereka semua memperlakukan Aku dengan sangat baik Ndri, hanya saja Aku memang gak bisa kerja disini lagi, "ujar Kanaya sendu.
"Aku kecewa sama Kamu Nay. Aku baru sadar jika selama ini Kamu tidak pernah menganggapku sebagai orang asing sampai tidak bisa berbagi cerita denganku, "ucap Indri kecewa.
Indri beranjak dari kursi tersebut dan melangkah menjauhi Kanaya yang hanya bisa menatap sedih sosok sahabatnya.
"Apa jika Aku memberitahumu Kamu tidak akan menerima alasanku yang memilih diam, "teriak Kanaya berhasil menghentikan langkah Indri.
Indri berhenti dan membalikkan badannya kembali menatap Kanaya, kepala gadis itu mengganggukan kepalanya dan kembali mendekati Kanaya.
"Katakan semuanya Nay, "ujar Indri usai duduk kembali disisi Kanaya.
Kanaya menundukkan kepalanya dan memilin-milin ujung kerudungnya. Tanpa terasa setetes cairan bening keluar dari sudut mata Kanaya. Sejatinya dia lemah dan begitu takut dengan keadaannya saat ini, ia tidak berani memberitahu kenyataan pahitnya kepada siapapun dan kali ini dia harus memberitahukannya kepada Indri, sahabatnya. Kanaya mengambil testpact yang masih ia simpan di dalam kantong celananya kepada Indri.
"Aku hamil Ndri, "lirih Kanaya.
Indri yang tadi menatap depan seketika menatap Kanaya. Indri menutup mulutnya yang terbuka karena rasa terkejutnya. Indri meraih testpact tersebut, gadis itu menatap cukup lama alat tes kehamilan tersebut dengan getir. Tak lama Indri mengalihkan netranya dari testpack kepada Kanaya yang tengah tertunduk.
"Naya Kamu. "
Indri meraih tubuh Kanaya dalam pelukannya, membiarkan gadis itu menangis cukup lama dibahunya. Indri tahu Kanaya sudah sedari tadi menahan tangisnya agar terlihat baik-baik saja. Indri merenggangkan pelukannya pada Kanaya, dia harus tahu siapa pria itu.
"Sekarang ceritakan semuanya kepadaku Nay, Kamu jangan takut Nay, Aku akan diam jika memang Kamu tidak ingin Aku bertindak. Tapi setidaknya Aku harus tahu siapa dia Nay,"pinta Kanaya.
Kanaya mengalihkan tatapannya ke depan. Dia sudah memutuskan memberitahu kehamilannya pada Indri maka pastinya dia juga harus menceritakan semuanya. Secara perlahan mengalirlah segala cerita mulai dari malam kelam penyebab kehamilannya.
Indri menutup mulutnya yang terbuka lebar saat tahu siapa sosok yang telah menghamili Kanaya. Ingin sekali dia melabrak sosok pria yang merupakan majikannya itu.
"Kenapa Kamu memilih diam Nay dan mengiyakan permintaannya? dia harus bertanggungjawab atas semua perbuatannya,"ujar Indri.
"Aku takut Ndri, rasa cinta Tuan Jacob pada tunangannya akan memintaku untuk menghilangkan bayi tak berdosa ini, "ujar Kanaya mengusap perutnya yang masih datar.
"Jadi Aku mohon biarkan Aku pergi dari rumah ini Ndri, "ujar Kanaya.
Indri terdiam dengan tatapan lurus ke depan. tangan gadis itu menggenggam erat tangan Kanaya sebagai kode jika dia ingin memberikan kekuatan untuk gadis itu.
[*Maafkan Aku Nay. Tapi Aku tidak bisa saja membiarkan dirimu menanggung segala perbuatannya.]batin Indri.
***
TBC*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Aida Murni
perlu juga teman seperti Indri. benar tuh ind, cepat beritahu nyonya Celine
2023-10-20
1
Hesti Dwi Putri
bagus indri,tema yg baik 👍❤️
2023-10-17
0
HARTIN MARLIN
apakah Indri akan memberitahukan perbuatan Jacob kepada mama nya
2023-10-16
0