Pertama kalinya kaki ku ini menginjak rumah semegah ini, bak istana, rumah bercat putih dan berpagar hitam ini sangat serasi warna nya.
Kapan aku mempunyai rumah ini, aku pengen juga rumah semegah ini, ayah, bunda dan Yudia pasti senang jika aku mempunyai rumah sebesar ini.
Aku menarik tangan mas Arnav saat dia mau masuk ke rumah ini.
"Mas, tunggu dulu! ujar ku
Dia melihat ku dengan heran karena aku menarik paksa tangan nya, ia menepis tangan ku.
"Apa, kamu tidak pernah masuk ke rumah megah ini?
"Gadis seperti kamu mana layak tinggal di sini, kamu memang cocok tinggal di kampung kumuh seperti itu!
Deg, jantungku seakan mau berhenti saat dia melontarkan ucapan nya itu, aku melihat dia dengan tatapan mata berkaca-kaca.
Bagaimana bisa dia berucap seperti itu, sedangkan kami hanya baik-baik saja tadi nya. Aku pikir dia sudah berubah, ternyata aku salah besar menilai nya.
Bahkan tadi pagi dia meminta maaf dengan ku, tapi kenapa omongan nya itu bikin aku sakit hati lagi?.
Aku tersenyum menanggapi ucapan nya itu, walau hati ku sakit.
"Iya ya, aku memang belum pernah masuk ke rumah sebesar ini, tapi sekarang aku sudah menginjak kan kaki ku di sini!
"Wah, wah, wah, suamiku sangat kaya raya ya, aku sampai terpukau melihat kemegahan dari rumah ini!
"Tapi sayang! ku layangkan tatapan tajam ke dia.
"Tapi sayang, suamiku mulutnya tak pernah sekolah kayak nya, bisa-bisa nya dia menjelekkan istri nya sendiri! ujar ku dengan sinis, tatapan matanya berapi-api menatap ku.
"Uupst... omongan ku kena ke hulu hati kamu ya? ujar ku sinis, lalu masuk ke dalam rumah ini lebih dulu dari nya.
Ya, walaupun aku kurang sopan, tapi itu ku lakukan demi harga diri ku yang dia injak-injak tadi, kalian tau sebenarnya aku ingin menangis, tapi aku tahan, agar dia tau kalau aku ini gadis kuat bukan gadis lemah.
"Audia, duduk sini nak! ujar mama mertua ku menepuk-nepuk sofa di sebelah nya.
Aku tersenyum kecil lalu menghampiri nya.
"Wah... menantu mama pasti nyaman tidur di pelukan suaminya tadi, sampai dibangunin, tapi tak mau bangun-bangun! goda mama
Aku tersenyum simpul, awalnya memang aku merasa nyaman, tapi sekarang aku malah sakit hati.
"Oh iya, Arnav nya mana? tanya mama
"Masih di luar ma, tadi dia nyuruh aku masuk duluan! ujar ku berbohong.
Mungkin dia lagi menghitung dosa-dosa nya, yang dia lakukan padaku.
Tidak lama ia masuk ke dalam dengan wajah datar, aku melihat nya dengan senyum kemenangan.
"Audia, kamu pasti capek, istirahat gih di kamar kamu dan Arnav!"
Dia melihat mama nya dengan tatapan tidak terima, mungkin dia tidak mau sekamar dengan ku.
"Iya nih ma, aku capek pengen istirahat, kamarnya mas Arnav letaknya di sebelah mana ma? tanya ku, mataku tak lepas melihat nya, aku tersenyum sinis padanya.
Wajahnya sudah merah padam menahan kemarahannya.
"Arnav bawa Audia ke kamar mu!
Dia berdiri lalu melangkah begitu saja, "Audia, ikuti Arnav! titah mama, aku mengangguk kecil.
Aku mengikuti langkah kaki nya, kamar nya terletak di lantai dasar, paling sudut.
Setibanya di dalam kamar aku langsung ambruk ke atas kasur king size ini, ah empuk sekali kasur nya ini.
"Dimana letak sopan santun mu, oh atau kamu tak memiliki sikap sopan santun!
Aku tertawa kecil sambil menarik tangan nya, supaya dia bisa berbaring di dekat ku, namun kekuatan nya tak sepadan dengan ku.
"Sopan santun ya! ujar ku
"Ngapain aku harus sopan, toh kamu sendiri menjelekkan aku! ujar ku
"Mulut kamu aja nggak sopan santun juga sama aku, kalau ngomong itu di pikir-pikir dulu, sakit nggak orang dengar nya, atau biasa saja, ini nggak mulut kok lemes banget kayak cewek! ujar ku tersenyum sinis
Ku lihat pergerakan tangan nya, ia lagi mengepal kedua tangannya erat-erat, mau meninju orang kayak nya.
"Audia, kamu mulai berani menunjukkan sikap asli kamu pada saya? bentak nya
Lalu aku bangkit dari tidurku, ku dekati dia, kini tatapan kami saling beradu, kaki ku rasanya lemas, di lihat dari dekat wajah marah nya bikin gemas.
"Kalau aku mulai berani menunjukkan sikap asli ku bagaimana?, kamu keberatan ya! lirihku berucap di telinga nya.
"Kamu yang mulai mas, bukan aku! ujar ku
Dadanya naik turun menahan amarah, maafkan hamba ya Allah, mungkin hamba terlalu lancang dengan suami hamba sendiri, tapi hati ini benar-benar sakit.
Aku menghempaskan tubuh ku duduk di tepi ranjang, entah keberanian dari mana aku dapatkan sehingga aku dapat membela diri ku sendiri.
"Maaf jika mulut ku kurang ajar sama kamu mas, tapi hati aku sakit saat kamu menginjak harga diri ku! lirih ku
"Aku wanita mas, wanita itu murah rapuh hatinya jika di sakit, tolong jaga lisan mu mas, jika kamu tidak menginginkan ku, lepaskan aku! ujar ku menatap dia.
Dia bungkam seri bahasa, aku bukan nya memilih untuk mengakhiri hubungan ini, tapi jika begini terus menerus mungkin aku tidak akan bisa.
"Maaf!"
Hanya maaf yang keluar dari mulut mas Arnav.
"Maaf Audia!" ujar nya sekali lagi
"Aku akan maafin kamu mas, tapi tolong jangan sakiti hati aku lagi! ujar ku
...
Malam harinya kami menyantap makanan malam kami, di meja makan ini hanya ada papa, mama, aku dan mas Arnav, selebihnya pada kemana?.
Adik dan kakak mas Arnav kenapa tidak kelihatan lagi, waktu acara pernikahan kami, adik dan kakak nya datang, bahkan keluarga besar mas Arnav menghadiri acara pernikahan kami.
"Makan yang banyak Audia, jangan malu-malu, anggap aja ini rumah kamu! ujar mama mertua ku
Aku mengangguk seraya tersenyum, ku lirik mas Arnav yang lagi fokus dengan makanan nya.
Selesai makan malam aku masih duduk di meja makan ini, mas Arnav belum selesai makan, terpaksa aku menunggu dia.
"Ngapain lihatin aku? ujar nya
"Nggak! ujar ku
"Kalau kamu tidur, tidurlah dulu! ujar nya
"Bagaimana aku bisa tidur, sedangkan suamiku masih makan, aku mau sama-sama tidurnya dengan kamu! ujar ku
"Kayak anak kecil saja! ujar nya
Selesai dia makan aku mengambil piring kotor bekas makan nya, lalu membawa ke wastafel untuk ku cuci.
"Jangan non, biar bibi aja! cegah bik Ratih
Aku tersenyum kecil saja sambil melanjutkan mencuci piring nya.
"Nona Audia, istirahat saja, pasti capek perjalanan jauh tadi!
"Jangan cegah aku bi! ujar ku
BI Ratih langsung diam, aku sengaja berlama-lama di sini, agar mas Arnav tidur lebih dulu, aku tidak ingin menganggu dia, mulut nya gampang keluar kata-kata yang sangat menyakitkan, lebih baik aku menjauh dulu.
"Audia!
Aku menoleh ke belakang dia berdiri pas di belakang ku.
...
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments