Malam ini kami sudah duduk di meja makan, semua hidangan sudah di siapkan di atas meja makan.
"Mbak, tolong ambilin ayam itu dong!"
Aku mengangguk kecil lalu mengambilkan ayam goreng yang di minta oleh adik ipar ku.
"Makasih mbak!'
Aku mengangguk, aku juga ikut makan dalam kehangatan keluarga suamiku ini.
"Audia, nanti selesai makan samperin mama ke kamar mama ya!" ujar mama mertuaku. Aku mengangguk kecil.
Mbak Naya memperhatikan ku sejak tadi siang, kini pun ia memperhatikan ku, cara menatap ku seperti berbeda.
Dia tidak banyak bicara, aku pun juga begitu, aku tidak mau mulai bicara dengan mbak Naya yang sangat asing cara pandangnya padaku.
"Naya nanti kamu juga ikut ke kamar mama!" ujar mama mertua ku.
"Iya ma!"
Bukan aku saja yang di ajak mama, melainkan mbak Naya di ajak juga.
"Aquila nggak di ajak?" celetuk Aquila.
"Ini urusan menantu perempuan sama mama mertua nya!" sela mbak Anas.
"Oh, kirain aku bisa ikut!"
"Nggak, kamu nggak di butuhin!" ujar mbak Anas ke adik bungsunya.
"Iya, iya!"
Selesai makan aku bersama mbak Naya pergi ke kamar mama, tadi mama mertua ku sudah lebih dulu pergi ke kamar nya.
Kami berdua saling beriringan, tapi mbak Naya tidak mau mengajak aku bicara.
"Kira-kira mama mau apa ya mbak?" tanya ku, untuk memulai bicara, agar kami tak diam-diam begini.
"Ntah!" jawabnya sedikit judes.
Aku terpaksa hanya diam, karena ucapan dia yang tidak sesuai ekspektasi ku.
"Ma!" sapa mbak Naya lebih dulu
"Eh, kalian udah datang!" ujar wanita paruh baya itu.
"Sini masuk, Audia jangan lupa tutup pintu nya!" titah mama, aku mengangguk kecil seraya menutup pintu kamar itu.
Kami duduk di sisi ranjang, mama mertua duduk di tengah-tengah kami.
Kami saling diam, tidak ada yang mau memulai bicara, sampai pada akhirnya mama menghela nafas panjang.
Mama melihat aku lalu juga melihat mbak Naya.
"Kalian berdua menantu perempuan di rumah ini!"
Kami mengangguk tanpa mau menyela ucapan mama.
"Jadi kalian itu harus saling akur, kompak, dan tidak ada saling iri maupun saling membenci, jika telinga mama ini mendengar kalian bertengkar mama pastikan kalian akan mendapatkan hukuman dari mama!"
"Kompak dalam segi apa ma?" sela mbak Naya
"Segi mana pun itu, kalian harus kompak!"
"Mengapa mama bilang seperti ini?, karena mama tidak ingin melihat menantu perempuan mama yang bertengkar!" ujar mama
"Kalian paham kan?"
"Paham ma!" ujar kami berdua.
Di perhatikan dari mata mbak Naya ada maksud tertentu, cara melihat aku kok dia seperti tidak suka begitu sih?
Mama mengeluarkan sesuatu dari dalam sebuah kain yang berbungkus kain berwarna merah.
"Apa itu ma?' tanya mbak Naya
Mama tersenyum kecil lalu mengeluarkan sebuah kalung emas dan kalung berlian dari bungkusan kain itu.
Kalung, untung apa kalung itu di perlihatkan oleh mama.
"Ini kalung turun temurun, mama sudah lama menyimpan nya, kalung ini akan mama berikan ke menantu mama!'
"Yaitu kalian berdua!" ujar mama.
Mama memberikan kalung berliontin hati pada mbak Naya, kalung nya sangat cantik.
"Jaga ini nay!"
Lalu mama memberikan aku kalung berlian berliontin oval berserta cincin yang sama persis dengan kalung berlian itu.
"Ma, kenapa mama beri aku kalung berlian dan cincin nya juga?" tanya ku.
"Ini berlian dan cincin nya milik mom nya mama!'
"Dan kalung emas ini milik mom nya papa!"
"Kalian jangan lihat harga nya, hargai pemberian orang pada kita, kalung kamu dan Naya sama saja!" ujar mama
"Tapi bukankah ini berlebihan ma?, seharusnya mbak Naya yang mendapatkan berlian ini!" ujar ku.
Aku bukan bermaksud untuk menolak nya, hanya saja mama memberikan aku kalung berlian dan juga cincin nya, sementara mbak Naya hanya mendapatkan kalung emas, seharusnya mama memberikan kalung berlian ini pada mbak Naya.
Karena mbak Naya menantu paling tua di keluarga ini.
"Tidak, mama kan sudah bilang harga nya sama!" ujar mama.
"Nay, apa kamu keberatan?" tanya mama
"Tidak!" jawabnya tersenyum kecut
Kami berdua keluar dari kamar mama sambil membawa barang pemberian mama tadi, mbak Naya melihatku dengan tatapan sinis.
"Puas kamu!" ujar nya.
Aku mengerutkan keningku saat ia berkata seperti itu, apa nya yang puas?.
Dia pergi lebih dulu dari ku, hufff... sabar Audia sabar.
🌼🌼🌼
Matahari sudah memperlihatkan cahaya nya, aku baru terbangun karena cahaya matahari menembus sela-sela jendela.
Hari ini aku tidak sholat karena jadwal tamu bulanan ku datang tadi malam.
"Nyenyak banget tidur ku!"
Tidak ada mas Arnav rasanya hidup ku jadi aman sentosa dan sejahtera.
"Aaaa... bebas dari kata-kata mutiara laknat nya itu!"
Nggak takut dosa apa terus-menerus dzolim istri sendiri, semoga kamu cepat insyaf deh mas, dan hati batu kamu itu cepat melunak.
"Biasa nya tiap pagi aku pasti di ngomelin terus sama dia, sekarang pagi ku sungguh luar biasa aman!"
Aku bangkit dari tidurku guna untuk mandi pagi dan membantu art rumah ini.
Selesai mandi dan beres-beres kini aku pergi ke dapur, aku berpapasan dengan mbak Naya, dia melihat ku sambil menaikan bibir atas nya.
"Iiih dia kenapa?" batin ku.
"Menantu macam apa kamu, siang baru bangun!" sindir nya.
"Ketiduran mbak!" ujar ku.
"Alasan saja!"
Aku mengerutkan keningku dari kemaren-kemaren dia tidak pernah baik sama aku, selalu nyindir dan bersikap judes sama ku.
Aku bergegas ke dapur ternyata benar aku telat bangun, ini pasti gara-gara aku bergadang untuk menjaga kalung berlian yang di berikan mama tadi malam.
"Sudah bangun!" sapa mama.
Aku mengangguk kecil sambil tersenyum canggung, karena tatapan mereka tertuju pada ku.
"Duduk gih kita sarapan bareng!' ujar mama.
Seperti biasa aku duduk di sebelah Aquila, dia yang selalu ngobrol dan baik pada ku, kalau yang lain mereka hanya asik dengan dirinya masing-masing.
"Mbak Audia kenapa bangun nya telat?".
"Mbak ketiduran!" jawabku.
Dia mengangguk-angkuk kecil sambil menyantap makanan yang di piring nya.
Selesai makan kini aku bantu-bantu art untuk mencuci piring kotor bekas makan kami tadi, nanti aku malah di cap menantu pemalas lagi.
"Dia, tolong ambilkan saya buah apel di kulkas dong!" ujar mbak Anas
"Iya mbak!"
Aku mengambilkan buah apel yang di minta mbak Anas tadi, aku meletakkan buah itu di depan nya, yang lagi fokus dengan telepon genggam nya.
Dia melihatku sekilas lalu fokus lagi sama telepon genggam nya.
"Makasih!" ujar nya.
"Iya!"
"Mbak tidak kerja?" tanya ku, untuk membuka obrolan agar aku bisa dekat juga sama mbak Anastasya ini.
"Nanti, agak siangan! jawabnya, aku mengangguk kecil, lalu aku membersihkan meja makan minimalis ini.
...
Bersambung...
Tinggalkan Jeeeejakkkk....
Yang penasaran dengan si penulis cerita ini boleh berteman langsung dengan ku di Instagram dan fb ku.
Ig : purna_yudiani
fb : purna yudiani
Yang follow Instagram ku ntar aku follback 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Neng Ofline
di tunggu krlanjutan nya kak semangat kak
2023-01-13
1
Nurul2103
ditunggu kelanjutannya kak sehat berkah selalu 🥰
2023-01-13
1
erni 76
biasanya gtu antara menantu sm menantu yg lain saling iri...maka dari itu yg jd mertua hrs bnr2 adil
2023-01-13
2