Setelah dibuat patah tulang oleh Xavier tadi Stella tampak di rawat intensif di dalam kamar yang tak jauh dari kamar yang ia tempati dulu. Hanya berjarak beberapa belokan lantai itupun tak menghabiskan banyak waktu.
Sementara pria bermanik Gray itu sudah keluar sedari pagi dan belum kembali sampai sekarang.
Pertanyaannya. Siapa yang membantu Stella merawat lukanya?
Itu yang sekarang menjadi pusat perhatian. Tiba-tiba saja Dokter Ryker datang ke Villa padahal Kakek Le-Yang tahu jika Dokter Ryker adalah Dokter pribadi milik Masternya.
Wajah pria yang tampak ramah dengan kacamata bertengger di hidung mancungnya itu terlihat agak pucat dengan tatapan yang sangat hangat.
Ia memeriksa tengkuk Stella yang nyatanya patah.Untung saja Xavier segera melepasnya atau kepala wanita ini akan putus.
"Kau tak takut mati?" tanya Dokter Ryker mengoleskan Gel ke leher Stella yang baru sadar beberapa menit yang lalu. Ia memasang Cervical Collar menyangga leher Stella yang masih belum pulih.
Tatapan mata biru laut itu hanya memandangnya datar dan terkesan tak bersahabat.
"Ayolah. Aku tak akan menyakitimu."
"Hm." gumam Stella tak ingin bicara terlalu banyak. Disini tak ada yang bisa ia percaya kecuali dirinya sendiri.
Melihat sikap arogan Stella. Dokter Ryker mengulum senyum. Tai lalat yang ada di sudut bibirnya terangkat ntah apa yang ia tertawakan Stella hanya menahan amarahnya.
"Aku rasa tak ada yang lucu."
"Ouhh maaf. Aku terlalu kagum padamu." jawab Dokter Ryker mengemas peralatannya. Sangat mengherankan dan sebuah keajaiban jika Xavier memintanya datang untuk mengobati wanita ini.
Nyatanya ia telah membuat luka-luka ringan dan berat di sekujur tubuh indah Stella yang pantas di puja.
"Untuk sekarang jangan terlalu banyak bergerak. Kau belum bisa terkena air karna luka di pergelangan tanganmu masih cukup mengkhawatirkan."
"Oh."
"Dan ingat." Dokter Ryker menjeda ucapannya. Ia agak membungkuk ke arah Stella yang menajamkan matanya waspada.
"Sebaiknya jangan mencari masalah dengan Pria yang mematahkan lehermu. Hm?" imbuhnya dengan senyuman yang geli.
Stella hanya diam bahkan tak memandang Dokter Ryker yang merasa Stella memang cukup menarik. Dari segi wajah saja wanita ini sudah mempunyai nilai lebih.
Efika dan Kakek Le-Yang yang tadi berdiri di depan pintu segers masuk kala Dokter Ryker sudah ingin beranjak dari dekat ranjang.
"Tuan!"
"Aku ingin bicara sebentar."
Kakek Le-Yang mengangguk melangkah keluar dengan Efika yang menghampiri Kellen. Di luar kamar sana Dokter Ryker langsung menanyai Kakek Le-Yang yang kesulitan menjawabnya.
"Kenapa dia belum tiada? Bukankah Master sudah mengambil darahnya?!"
"Tuan! Saya takut mengatakan hal ini tanpa ijin dari Master." segan Kakek Le-Yang waspada.
Dokter Ryker memeggang bahu Kakek Le-Yang untuk menenagkan hati pria tua itu.
"Aku yang akan bertanggung jawab."
"Ini sangat sulit di pahami. Nona Stella sedari kemaren selalu di siksa Master tetapi dia masih bertahan." jawab Kakek Le-Yang membuat Dokter Ryker terdiam cukup lama dalam berfikir.
Hal ini semakin membuatnya penasaran dan bisa saja ini alasan Xavier menyuruhnya untuk mengobati luka Stella.
"Lalu?"
"Sekarang sudah yang keberapa kalinya Master membuat Nona Stella terluka. Tetapi, anehnya dia masih berani bahkan dia menduduki kursi dimana Master selalu bersantai. Bahkan, mengangkat kakinya ke atas meja kaca itu. Aku sangat takut jika Master marah pada kami." jelas Kakek Le-Yang panjang lebar diringi raut pucat dan was-was.
Dokter Ryker mengangguki itu. Ia juga cukup khawatir jika keberanian Stella akan membuatnya menyesal kemudian hari. Xavier bukanlah tempat untuk bermain-main.
"Sebisa mungkin peringatkan dia jangan mendekati Master. Nyawanya mungkin tak akan tertolong jika Xavier bertindak kasar lagi."
"Dia keras kepala. Tuan! Dia tak mau mendengarkan kami." jawab Kakek Le-Yang frustasi.
Dokter Ryker menghela nafas. Dari wataknya saja sudah di pastikan Stella akan sangat memusingkan kepala.
"Yang penting kalian sudah memperingatkan. jangan sampai dia terkena air dulu dan berikan banyak sayuran."
"Saya mengerti. Tuan!"
Dokter Ryker mengangguk melangkah pergi membawa Tas kerjanya. melihat itu Kakek Le-Yang segera kembali masuk ke dalam kamar dimana Efika tampak memperingatkan Stella berulang kali.
"Stella! Kau memang keras kepala, tulangmu patah sekarang dan besok apa lagi?! Kau jangan membuang waktu untuk melawan Master yang bukan tandinganmu."
Stella hanya diam dengan kedua tangan terkepal. Ia seperti ini karna tak mau di perbudak lagi. Ia sudah lelah karna bertahun-tahun menerima sikap tak manusiawi dari Tuan Rowan dan itu karnanya ia bunuh diri.
"Tinggalkan aku sendiri!"
"Stella! Kau.."
"TINGGALKAN AKU SENDIRI!!!"
Bentak Stella tak perduli akan rasa sakitnya. Mata itu sudah berkaca-kaca membuat Efika akhirnya berbalik pergi dengan Kakek Le-Yang terdiam membisu.
"Biarkan dia sendiri dulu." ucap Kakek Le-Yang pada Efika yang mengangguk melangkah keluar. Kakek Le -Yang menutup pintu kamar hingga air mata Stella akhirnya turun.
Bibirnya bergetar menahan isak tangis yang selama ini ia pendam dan berusaha untuk tetap tegar dan kuat.
"K..Kenapa? Kenapa aku.. Aku tak pernah lepas dari yang seperti ini." gumam Stella menanyakan takdirnya.
Ia pikir kehidupan di atas dunia ini begitu sangat kejam baginya. Ia hanya ingin tiada dan melihat Mommynya setiap waktu dan tak akan ada yang menganggu kebahagiaanya.
Tapi.. Tapi kenapa seujung kuku saja bahagia itu tak pernah datang? Ia sudah lelah. Sangat lelah sampai tak bisa untuk menatap siapapun.
"K..kenapa? Hiks. KENAPA AKU TAK MATI SAJA??? KENAPA KAU MENYELAMAT - KAN KU!!!" teriak Stella langsung melempar gelas air yang ada di dekatnya ke lantai sana.
Tangisnya pecah memaki nasib yang tak puas-puas menyiksanya. Ia ingin lepas, biarkan ia bebas dan jauh dari semua ini.
"Aku.. Aku tak sudi di..di perbudak olehmu." geram Stella sangat-sangat membenci Xavier. Pria itu sama saja dengan Tuan Rowan yang hanya ingin memanfaatkan hidupnya.
Sampai mati-pun ia tak akan sudi diperdaya lagi oleh orang-orang yang begitu rakus. Lebih baik ia mati dan hangus dari muka bumi ini.
Stella melirik pisau buah yang tadi Efika gunakan untuk memotong beberapa Apple yang tak ia makan. Pikiran Stella hanya ingin membunuh pria itu.
"Yah. Dari pada aku mati sendiri, lebih baik aku mengajaknya." gumam Stella benar-benar sudah tak ada pikiran untuk hidup. Setiap detiknya ia berdo'a agar tuhan mengambil nyawanya secepat mungkin.
Dengan susah payah dan menahan sakit di lehernya Stella berusaha bangkit untuk segera membawa ajal bagi pria menjijikan itu.
Ia tak bisa menunggu lagi untuk menerima sikap kasar dan kejamnya yang selalu bertambah setia harinya.
"Lihat saja. Sekalipun aku tiada karna membunuhmu, aku akan tetap melakukannya."
"Sampai kapanpun kau tak akan bisa membunuhnya."
Suara itu membuat Stella menoleh. Tatapan netra sembabnya menghunus sesosok pria berkacamata yang baru beberapa menit keluar dari sini.
"Kau juga mau?" tawar Stella membuat Dokter Ryker bergidik. Wanita ini semakin hari bisa menyamai sikap Tempramen Xavier.
"Tidak. Aku hanya datang mengambil Stetoskopku."
Jawab Dokter Ryker berjalan ke arah ranjang dimana Stetoskopnya tertutup oleh helaian selimut. Stella hanya diam bagai hunusan laser membuat jantung Dokter Ryker berdegup.
"Ayolah. Aku ada dipihak mu."
"Keluar!"
"Kau..."
"KELUAAR!!!"
Dokter Ryker mengelus dadanya. Ia cukup ngeri akan tatapan membunuh netra biru laut Stella yang bertolak dengan wajah cantiknya.
"Baiklah. Tapi aku sarankan, jika bermain fisik itu tak akan mempan. Kau harus membuat Master sendiri yang melepaskanmu."
Stella terdiam masih dengan tatapan tajamnya. Dokter Ryker merasa ini akan seru jika ada yang berani mengusik ketenagan Xavier.
"Dia tak suka suasana bising dan berantakan." imbuh Dokter Ryker lalu melangkah keluar.
Seketika Stella terdiam beralih menatap luka di pergelangan tangannya. Ia ingat jika Xavier sangat kuat dan tak bisa ia lawan dengan tenaga.
"Aku mengerti." gumam Stella berfikir sesuatu. Ia harus mencoba rencana baru agar bisa bebas atau tiada secepatnya.
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
istripak@min
susah susah mau bunuh master,, bunuh diri ja udh lu stella ruangan
2024-09-12
0
lenong
kompor juga nih Dokter🤣🤣🤣
2023-09-09
0
Rhyna e Krebo
aku suka membaca novel,yg wanitanya tidak lemah, tidak mudah di tindas,tangguh,dan punya pendirian.bukan yg hanya bisa pasrah dan nangis di pojokan.
2023-05-08
1