Nafasnya memburu hebat dengan keringat dingin berjatuhan mengalir di lehernya. Rasa takut, cemas dan tak tertolong itu membuatnya begitu sesak dan linglung.
Ia segera melihat ruangan yang ia tempati dengan tatapan yang bingung. Ruangan yang lumayan luas dengan bagian Balkon masih tertutup rapat. Cahaya yang masuk dari cela Fentilasi membuat mata biru laut miliknya bisa melihat jika ini tempat yang misterius.
"Aku..aku dimana?" gumamnya dengan dada naik turun. Namun, sedetik kemudian ia terperanjat kala tubuhnya tak memakai sehelai benangpun bahkan kelopak mawar yang ia rasakan mendera tadi juga bertebaran di atas ranjang dengan selimut yang sudah ada di atas lantai.
"Itu.. I..itu M..Mimpi atau.."
Stella meraba bagian intinya. Dan rasanya begitu nyeri seperti habis berhubungan dan ia semakin syok dengan tangan bergetar meraba pahanya yang ada bercak-bercak merah membiru.
"I.ini.. S..sama..."
Stella benar-benar takut. Apa yang di lakukan sosok itu di dalam Mimpinya benar-benar terjadi nyata dan membekas di tubuhnya. ini benar-benar menakutkan.
Karna merasa terancam. Stella segera ingin bangkit dari atas ranjang putih ini tetapi ia segera meringis hebat kala pergelangan tangannya terasa mau putus dengan denyutan di kepala.
"Asss..sakitt!"
Ringisan yang begitu lantang terdengar di kamar ini. Stella baru sadar jika punggung tangannya di infus dengan jarum yang sudah terlepas dan pergelangan tangan satunya di perban.
Ini sungguh membuatnya bingung. Tak ada siapapun disini. Kondisi kamar yang rapi tapi banyak lukisan-lukisan aneh yang tak Stella mengerti.
Bentuk-bentuk ukiran dari meja dan sofa di sudut ruanganpun terlihat begitu kuno. Selimut yang ia pakai-pun tampak bercorak putih seakan tak ada warna lain.
"T .tidak... Ini.. Ini tak masuk akal." gumam Stella nekat berdiri memeggangi pergelangan tangannya.
Ia mengambil selimut membalut tubuh indahnya rapat dan berjalan ke arah Balkon. Kaca ini begitu tebal dan tak bisa ditembus cahaya. Ia tak bisa melihat bagaimana kondisi diluar dan dimana dia?
"T..tolong!! Apa.. Apa ada orang??" tanya Stella sedikit memukul kaca Balkon dengan tirai putih yang terhembus oleh angin.
Karna tak mendapat jawaban apapun. Stella menyusuri dinding kamar ini. Semuanya terbuat dari Kayu Jati alami yang begitu mahal. Kayu ini memiliki banyak keunggulan diantaranya tidak mudah lapuk dan desain kayunya juga mewah dan mengkilap megah. Sangat-sangat artistik.
Stella tahu ini karna ia juga hidup di tempat pemasok Kayu yang juga sering menggunakan kayu ini sebagai Furniture rumah.
"Dari barang-barang ini semuanya berharga Fantastis. Berarti orang ini kaya." gumam Stella meraba permukaan dinding sampai ia terperanjat melihat ada Tengkorak Rusa yang menjadi hiasan di dekat dinding di belakangnya.
Jantung Stella terasa berdebar kuat. Ia merapat ke dinding kala memperhatikan lukisan seorang wanita tua yang terlihat abstrak dan menyeramkan.
"Apa dia Maniak? Menyimpan benda-benda seaneh ini."
Stella melihat-lihat lukisan lain sampai ia tertarik pada Lukisan yang ada di bagian atas. Lukisan ini berdiri sendiri tak ada pendamping lukisan lain.
Lukisan burung hantu yang terlihat menatap ke arahnya. Burung coklat dengan bulu panjang dan kepala bulat itu tampak sangat hidup dan berdimensi tiga.
"Ini ..."
Stella menyipitkan matanya melihat mata Burung bermata tajam ini hingga Stella menjerit kuat kala mata itu bergerak menatapnya.
"Mommyyy!!!!" pekik Stella berlari naik ke atas ranjang yang ia jadikan tempat berlindung.
Wajah pucat dan bibir bergetar merapat ke kepala ranjang dengan selimut yang ia eratkan.
Seumur-umur baru kali ini ia merasa takut pada hal berbau mistis dan terasa begitu nyata. Keberaniannya ntah hilang kemana sampai membuat Stella meringkuk.
"Aku..aku tak mengusikmu. Aku.. Aku mau keluar.." gumam Stella bergetar memejamkan matanya. Sumpah demi apapun ia tak mau melihat burung lagi, dia sangat menakutkan.
Tak lama berselang ia merasa cukup aman. Stella perlahan membuka satu matanya melihat ke arah pintu, ia masih enggan menatap ke atas.
"Aku harus segera keluar." gumam Stella menyiapkan tenaga dan kekuatan kakinya.
Saat di rasa cukup berani. Stella dengan cepat turun dari ranjang lalu berlari ke pintu menekan gagang yang nyatanya di kunci.
"Bukaaaa!!! Siapapun di luar, Tolong Bukaaa!!! Buka pintunyaaa!!!" teriak Stella memukul-mukul pintu dengan satu tangan kanannya yang tak terluka.
Ia berusaha menekan dan terus mendorong tetapi hasilnya nihil. Bahkan, deru angin dari Fentilasi sana membuat Stella merinding berusaha keras meminta bantuan.
"Bukaaa!!! Buka pintunyaaa!!!" jerit Stella ketakutan sampai akhirnya ia berbalik kala ada yang membelai punggungnya.
"S..Siapa?" tanya Stella merapat ke pintu. Wajahnya sudah sepucat kapas dengan tungkai lemas dan tak bisa bertahan dengan degupan jantung yang memberontak.
Namun. Lagi-lagi ia merasakan ada yang membelai lehernya dan ini terasa sangat nyata dan menyengat.
"S..Siapaa..? K..kau jangan main-main denganku."
Stella melirik waspada ke seluruh tempat. Ia yakin disini ada seseorang ataupun sesuatu yang mengerikan.
Ia ingin menjerit sejadi-jadinya kala tirai yang ada di kaca Balkon berterbangan dengan ranjang bergetar begitu juga barang-barang yang ada disini membuat Stella membatu dengan mata berair.
"T..tolong.. Aku..aku tak mengusikmu. B..biarkan aku pergi." pinta Stella meremas simpulan selimut di dadanya.
Namun. Bukannya berhenti deru angin ini semakin menggila dengan getaran barang-barang di dalam ruangan ini semakin hebat. Bahkan, lukisan-lukisan yang tadi terpanjang di dinding langsung berjatuhan membuat Stella seraya ingin mati.
"Mommyyyy!!!!"
Teriak Stella kala tengkorak Rusa tadi jatuh tepat di depan kakinya. Spontan kepalanya langsung pusing dan tumbang di atas lantai dengan kesadaran sudah kembali ke alam mimpi sana.
Seakan tahu sang empu sudah tak sadarkan diri. Suasana kacau dan menakutkan tadi kembali tenang. Tak ada lagi deru angin yang menggila atau getaran hebat yang mengerikan itu.
Ketenagan ini kembali di rasakan tetapi suasana berubah dingin dan membekukan. Pintu yang ada di belakang Stella terbuka memperlihatkan ada 3 wanita berpakaian pelayan segera masuk menatap sendu Stella.
"Dia sangat malang."
"Pasti tadi dia ingi keluar dari neraka ini." timpal salah satunya membuat wanita yang lebih dewasa dari 2 temannya itu segera menyela.
"Kau ingin mati?" desisnya melotot membuat mereka pucat. Alhasil ketiganya dengan cepat membopong tubuh Stella kembali naik ke atas ranjang.
Udara disini terasa sangat sesak dan sempit membuat mereka susah untuk bertahan lama. Apalagi, ketakutan terhadap Tuan mereka lebih besar untuk terus menyentuh wanita ini.
Mereka sangat terkesan akan semua yang Stella miliki. Baru kali ini mereka melihat wanita yang di bawa khusus kesini padahal sebelumnya tak pernah terjadi.
"Pasang infusnya dan cepat pergi."
"Baik."
Jawab yang lainnya segera merapikan tempat tidur dan memasang infus di tangan Stella. Mereka iba karna umur wanita ini akan segera berakhir jika Tuannya sudah datang kesini.
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Fanny Darat
😍😍😍😍😍😍lanjut
2023-04-30
0
Aya Vivemyangel
Masih mikir ini cerita drama biasa apa fantasi , tp kyky fantasi , knp pikiranq smpi ke beauty and the beast 😂😂😂
2023-02-25
1
cadzburyy
cerita nya mirip yang mulia ardelof😍
2023-02-13
0