YOU ARE MINE MIS STELLA.
Malam yang semakin terasa mencekam dikala langit tengah menangis meluruhkan salju putih yang sudah menimbun seluruh permukaaan tanah yang ada di sebuah pemukiman kumu padat penduduk.
Rumah-rumah berbahan kayu tegak dengan tarian angin membuat deritan di setiap persendiannya.
Hanya ada lentera-lentera yang menerangi sekitar tempat ini itupun tampak sudah sayu-sayu ingin segera terpejam.
Namun. Cuaca badai seperti ini tak bisa menyembunyikan sesosok wanita yang tengah menerobos tumpukan salju putih itu. Ia berjalan mengeratkan Mantel di tubuhnya seraya melihat kenan-kiri. Syukurlah memang tak ada orang.
Kakinya yang dilapisi sepatu Musim dingin segera mendekat ke arah salah satu Rumah yang tampak di jaga oleh anjing jenis Siberian Husky yang segera menggonggong karna kedatangannya.
"Kau lapar? Wings." pertanyaan yang terdengar datar keluar dari bibirnya. Ia merogoh saku Mantel yang ia pakai mengeluarkan Sosis bakar yang tampaknya sisa dari mulutnya.
Dengan tepat ia melempar Sosis itu ke dekat Anjing yang ia panggil Wings. Karna suara gonggongan hewan ini membuat pintu Rumah itu terbuka.
Sesosok wanita paruh baya yang tampak masih begitu segar dengan tatapan menajam ke arah dirinya.
"Dari mana?"
Tak ada jawaban. Ia lebih memilih naik ke atas tangga rumah seraya melepas sepatunya yang sudah penuh dengan salju. Saat Topi Mantel itu dibuka, barulah paras yang begitu khas itu terlihat.
Sosok wanita muda dengan rambut pendek sebahu diberkati kecantikan yang turun dari sosok wanita di belakangnya.
"Dari mana?"
"Tidak ada."
Jawaban singkat itu seperti biasa keluar membuat wanita paruh baya itu benar-benar emosi dengan tatapan mata berair menduga dari mana putri satu-satunya ini.
"SUDAH KU BILANG BERHENTI MELAKUKANNYA. STELLA!!"
Bentakannya membuat Wings yang tadi memakan sosis diatas tangga Rumah segera terdiam. Deru angin terasa lebih kasar menggulung salju yang bertebaran.
Tak ada respon yang begitu cepat dari sosok gadis pucat Stella yang ia bentak ini. Mata almond tajam itu hanya diam terpaku melihat Gaun malam wanita di hadapannya.
"Kau juga?" tanyanya dengan sudut bibir bak busur panah itu terangkat sinis. Mata kedua ya sama-sama berair tapi ada sesuatu yang membuat air mata itu enggan jatuh.
"Kenapa? Kenapa kau lagi-lagi melakukannya?"
"Tanyakan itu pada dirimu juga. CLARIE!"
Plaaakk..
Tamparan segera mendarat ke pipi mulus sebening salju itu. Bahkan, waktu seakan berhenti untuk melihat perdebatan Ibu dan anak ini.
Mata Nyonya Clarie mengigil menatap pipi Stella yang sudah merah dengan bekas jemari lentiknya tertera jelas di sana. Ia mundur dengan cairan bening itu jatuh begitu saja.
"K..kau.."
"Ada apa denganku? Hm." gumam Stella meraba pipinya yang terasa sangat panas dan nyeri. Ia berjalan mendekat ke arah Nyonya Clarie yang diam melihat manik beku putrinya.
"S..Stella."
"Kita sama." gumam Stella melebarkan senyuman. Riasan tebalnya terlihat menambah kesan dewasa dari usianya yang begitu muda. Ini sangat mengerikan.
"M...Maaf."
"Kita sama. Kau juga baru dari sana-kan?" bisik Stella mengangkat tangannya untuk mengusap surai panjang kecoklatan milik Nyonya Clarie.
Sungguh miris melihat keadaan gadis muda ini. Ia yang bernama Stella Amoana itu sudah terjebak dalam dunia malam yang di bawa Ibunya. Dia adalah sosok wanita yang dipaksa dewasa sebelum umurnya begitu matang.
Berawal dari Nyonya Clarie yang dijajakan oleh suaminya sendiri hingga Stella ikut terkena imbasnya. Ia juga kehilangan Mahkota berharga yang membuat dirinya ditinggalkan oleh kekasih yang sangat ia cintai.
"Berhenti mengurusiku. Urus dirimu sendiri."
"S..Stella..."
"Kalau aku tak melakukannya. Apa dia akan puas?" desis Stella lalu melepas Mantel yang ada di tubuhnya.
Terlihatlah pakaian ketat yang membungkus tubuh seksinya dengan bagian dada rendah seperti Lingerie.
Hati Nyonya Clorie langsung berdenyut melihat bekas cekikan di leher jenjang Stella. Ia sangat menyesal tak bisa menjaga putrinya dengan baik.
Kala Stella ingin memasuki Rumah. Tiba-tiba saja ada tubuh seseorang yang menahan pintu agar tetap terbuka kecil.
"Kau sudah pulang?"
"Rowan!"
Nyonya Clorie segera menarik Stella kebelakang tubuhnya. Ia menatap tajam pria dengan kumis tebal dan rambut gondorong yang terlihat menyeringai.
"Aku sudah bilang. Bukan? Aku yang akan mencari uang!! Kenapa kau masih saja memperalat STELLA???"
"Kau ini sangat menyusahkan." desis Tuan Rowan tak suka dengan sikap membantah Nyonya Clorie yang jauh jika di bandingkan dengannya.
Ntah kenapa wanita secantik dia bisa terjerat dengan bajingan seperti Rowan yang hanya ingin memperkaya diri.
"Pelankan suaramu. Ini sudah larut."
"Larut? Kau sudah berjanji untuk tak mengusiknya. Tapi, apa yang sekarang kau lakukan padanya. Ha???"
Tuan Rowan langsung menarik rambut Nyonya Clorie masuk ke dalam rumah. Suara pertengkaran itu kembali terdengar bahkan, cuci-maki yang terdengar di dalam sana membuat Stella memejamkan matanya dengan kedua tangan terkepal.
"Kau hanya bisa berjudi dan menghabiskan uang!!! Kenapa kau tak mati saja. Ha???"
"Heeey!!! Ingat siapa kau sekarang? Kau menjadi bintang di setiap tempat itu karnaku!!!"
"Brengseeek!!!"
Stella segera memakai kembali sepatunya lalu memasang Mantel yang tadi ia lepas. Sekuat tenaga ia menerjang badai salju ini seraya mengusap air mata yang terus keluar di pelupuk netranya.
Suasana seperti inilah yang membuatnya enggan untuk pulang. Tetapi, ia sangat berharap semuanya berubah.
"Kenapa kalian tak mati saja. Ha?" gumam Stella pergi melewati Rumah-Rumah orang yang ada di dekat jalan yang bersalju. Tempat mereka memang ada di pinggiran kota karna hanya disini biaya penghidupan yang murah.
Suara perdebatan Nyonya Clorie dan Tuan Rowan tadi sampai terdengar kesemua penjuru. Orang-orang yang mendengarnya sudah tak asing lagi sampai keluar melihat Stella yang hanya diam.
"Cih. Kemana lagi kau akan mencari Korban?"
"Kenapa kau tak membawa ibumu pergi dari sini? Hanya bisa merusak kehidupan orang lain."
Maki mereka pada Stella yang hanya mengepalkan tangannya. Ia tetap berjalan lurus kedepan ke arah Hutan yang menenggelamkannya dalam suasana beku ini.
Ia sangat berharap jika ia mati secepatnya tetapi, kenapa Tuhan terlalu ingin melihatnya menderita?
"K..kenapa.. Kenapa???" teriak Stella lari masuk kedalam Hutan. Salju yang menumpuk semakin sulit ia terjang karna kekuatan tubuhnya sudah tak lagi bisa melawan desakan angin.
"Kenapaaa?? Kenapa kau tak membiarkan aku bebaaas??? Aku tak ingin di sanaa!!!" teriak Stella sejadi-jadinya sampai kakinya tak lagi bisa di gerakan dan jatuh ke dalam tumpukan salju ini.
"K..kenapa? K..kau tak adil."
Gumam Stella memasrahkan tubuhnya masuk diantara tumpukan dingin membeku ini. Ia berharap, jika ia akan mati karna kedinginan dan ia tak akan bertemu dengan siapapun lagi.
Setelah beberapa lama . saat kesadarannya mulai di ambang-ambang, tiba-tiba saja ada yang menarik kakinya keluar dari tumpukan salju ke arah bawah Pohon yang cukup rindang.
Stella berharap jika ini adalah malaikat maut yang ingin mencabut nyawanya.
"B..bunuh aku.."
......
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
salam knl aq tetangganya mark dam shena mau mampir thor karna kmrn baru slesai mampir k rmhnya efelin dan max skrng kd k sni klo tetangga2 yg lain dpt prwan klo d sni gk dpt prawan gmn sikapnya aq gk tau mangkanya aq mau mampir 😅
2023-06-05
2
mamahe Lana
aku mampir baca kak....udah lama g baca novelny kak author..
kangen nih kak baca novelny🤗
2023-05-28
1
#ayu.kurniaa_
.
2023-05-20
1