Setelah menakut-nakuti peliharaan barunya. Sekarang pria dengan manik Gray dengan ketampanan diatas rata-rata itu tak lagi tampak di dalam kamar.
Hanya ada Stella yang tengah di obati oleh 1 pelayan wanita yang tadi ikut membantunya untuk naik ke atas ranjang.
Ia kasihan melihat Stella yang meringis sakit kala luka jahitan di pergelangan tangannya kembali terbuka. Tetapi, untung saja ini bisa di ikat kembali tentu tanpa obat bius membuat Stella terus mengigit gumpalan ujung selimut di mulutnya.
"A..apa sudah selesai?" tanya Stella dengan mata sembab habis menangis. Ia hanya melirik beberapa kali ke arah pergelangan tangannya.
"Ini akan selesai."
"T..tapi pelan-pelan." gumam Stella sudah tak kuat menahannya. Sosok wanita cantik yang lumayan dewasa dari dirinya ini hanya tersenyum membalutkan perban baru ke pergelangan tangannya.
"Selesai!"
"Kau yakin ini tak akan terbuka lagi?" tanya Stella melihat balutan rapi yang terlihat sangat terlatih.
"Aku tidak tahu. Lebih baik berdoa saja."
"B..Berdo'a." gumam Stella mulai merinding. Ia menatap waspada kamar yang tadi menjadi saksi bisu penyiksaan pria kejam itu. Ia tak mau lagi bertemu dengan sosok itu.
"Aku..aku tak mau bertemu dengannya. Aku..aku tak mau."
"Tapi, hanya Master-lah yang memeggang hak atas kau." bantah Wanita itu membuat Stella menajamkan matanya.
"Memangnya dia siapa? Dia seperti bukan manusia. Pria macam apa yang menyukai darah." bergidik jijik dan ngeri.
"Aku Efika! Aku pelayan utama disini kau tak perlu segan padaku." jawab Efika membuat Stella terdiam. Dari tampangnya wanita ini cukup baik dan tulus.
Melihat keraguan di mata Stella. Efika tersenyum kecut, ia juga merasa cukup naif berdekatan seperti ini pada korban Masternya.
"Apa..apa kau bisa membantuku?"
"Kau ingin apa?" tanya Efika terdiam kala Stella membisikan sesuatu padanya. Ia meminta untuk di keluarkan dari sini. Spontan Efika terperanjat Bahkan, wajahnya berubah pucat dan sangat takut.
"Tidak. Itu tidak mungkin."
"Kenapa? Aku mohon bantu aku." pinta Stella menggenggam tangan Efika yang menggeleng melepasnya. Wajahnya berubah tegas dan begitu menghakimi.
"Aku tak punya hak untuk melakukan itu. Disini semuanya berada di kendali Master."
"Master? Apa pria itu Master mu?" tanya Stella dengan dahi menyeringit. Efika mengangguk dengan udara yang mulai terasa sesak dan membuat dadanya sakit.
Stella tak merasakan hal itu tetapi Efika tahu jika pembahasan ini akan menyulut kemurkaan Masternya.
"Jangan bahas itu lagi!"
"K..kenapa? Aku mohon kau.."
"DIAM!" tekan Efika membuat Stella bungkam tak mengerti. Pria itu tak ada disini tapi kenapa ia merasa selalu di awasi.
Efika mengambil nafas dalam. Ia tak ingin membuat Masternya marah besar dengan membahas soal melarikan diri ini.
"Kau.."
"Sebaiknya jangan mencoba kabur. Sekalipun kau berlari sekencang mungkin. Selama masih disini kau tak akan bisa lari darinya." jelas Efika berbalik melangkah pergi tetapi Stella belum puas.
"Dia itu siapa dan apa maunya??"
Efika terhenti. Ia berbalik menatap tajam Stella yang masih dibaluti selimut.
"Kau tak perlu tahu. Yang jelas, hidup matimu sesuai suasana hatinya."
Stella diam merasa sangat pusing dan tak mengerti. Kenapa ia bisa berada disini dan kenapa Pria itu sangat mengurungnya? Padahal ia tak punya apapun.
"Aku.."
"Kau masih belum mengerti. Ha?" tanya Efika naik darah. Stella menggeleng melihat kedalam selimut.
"Bisa kau beri aku satu Stelan Pakaian wanita?"
Efika terdiam sesaat. Tanpa banyak bicara lagi ia segera keluar dari kamar membuat Stella membuang nafas kasar. Sialnya ia tak bisa keluar dari kamar ini.
"Dia itu siapa? Aku heran kenapa manusia seperti itu ada di dunia ini." umpat Stella mengusap pergelangannya. Tak lama berselang tiba-tiba perutnya terasa sangat perih karna belum makan apapun.
"Shiit. perutku."
Stella mengusap perut datarnya. Suasana kamar ini begitu dingin membuatnya semakin mengeratkan selimut ini.
Karna Efika tak kunjung masuk. Stella beranggapan jika wanita itu pasti tak akan perduli padanya.
Ia tak punya cara lain selain keluar dari kamar dan mencari makanan. Yah, begitulah isi kepala Stella sekarang.
"Pintu itu tak dikunci. Aku bisa keluar dengan alasan lapar. Ya, begitu." gumam Stella turun dari ranjang lalu mengeratkan simpulan selimut.
Walau tubuhnya masih terasa belum sehat tetapi ia tak bisa disini terlalu lama. Ia tak tahu bagaimana kabar Nyonya Clorie setelah ia tinggalkan dulu.
Karna ia pandai menyelinap akhirnya Stella pergi kedekat pintu. Ia harap-harap cemas menekan gagang yang sangat pelan di tarik ke bawah hingga matanya berbinar karna ini tak kunci.
"Syukurlah. Tuhan masih memihak padaku." gumam Stella mulai hati-hati menyembulkan kepalanya ke luar pintu.
Pandangan pertama menyapa. Sebuah lantai yang terlihat Kasual dengan desain dominan berwarna putih. Ia bisa merasakan tempat ini begitu misterius.
"Ini seperti Villa. Apa iya aku di bawa ke Villa?!" gumam Stella keluar sepenuhnya. Netra biru laut itu mengamati beberapa Furniture disini dan semuanya memang banyak lukisan-lukisan tua dan berumur.
Lukisan Kelelawar yang bertaring dan bermata merah segar. Terlihat begitu haus terpanjang di atas sana.
"Selain aneh dan kejam. Dia juga punya selera Kuno." umpat Stella mengamati ruangan disini. Ia berjalan perlahan ke arah tangga kayu yang tampak begitu rapi. Ia sangat penasaran apa yang ada disini.
Setelah beberapa lama berdiri di dekat tangga. Stella merasa bulu kuduknya merinding. Beberapa kali ia mengusap tengkuknya melihat ke kanan-kiri tapi tak ada orang atau siapapun.
Padahal kakinya mulai dijalari rasa dingin yang begitu kuat. Semakin merambat sampai ke arah paha bahkan membuatnya beberapa kali mengigil.
"A..ada apa ini?"
"Kenapa kau keluar?"
Spontan Stella terperanjat kala ada yang memeggang bahunya di belakang. Nyatanya itu Efika yang membawa Paper- bag dan nampan berisi makanan.
Wajah pucat Stella hanya membuatnya tersenyum kecut. Wanita ini benar-benar keras kepala dan tak bisa di beri peringatan.
"Efika! Aku..aku tadi ingin mencari makanan. Dan.."
"Cepatlah masuk ke kamarmu!"
"Tapi.."
Efika menatap dingin Stella yang akhirnya melangkah kembali ke arah kamarnya. Ia akan mencari cela untuk pergi dari sini.
"Dimana Mastermu?"
"Masuk saja!"
"Sepertinya dia tak ada disini. Aku rasa malam nanti aku bisa pergi."
Batin Stella mencari kesempatan untuk bisa keluar setidaknya ia tahu bagaimana situasi diluar.
"Ini pakaian dan makananmu! Bersikaplah seperti peliharaan yang patuh."
"Cih. Aku sudah muak menjadi peliharaan."
Batin Stella tak mau lagi terkekang disini. Sudah cukup selama ini ia dijadikan budak oleh Tuan Rowan dan kali ini ia tak akan membiarkan pria itu menindasnya terlalu jauh.
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
HNF G
lolos dr mulut singa, masuk mulut buaya😅😅😅
2023-06-05
0
Ibelmizzel
karya author semuany Kren,udah kubaca semua semangat author 💪🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🍮🍮🍮🍮🍮🍮🍮
2023-02-04
1
Kinay naluw
Stella yang celingukan aku yang deg degan.
2023-01-04
1