Pagi ini mereka kembali pada aktifitas seperti biasa dan tampaknya belum ada keributan yang dibuat oleh Stella. Wanita itu belum bangun dari tempat tidurnya bahkan, wajah cantik arogannya itu belum terlihat sedari tadi.
Biasanya dia sudah mencari masalah dengan Xavier yang baru pulang pagi ini. Pria itu hanya melewati mereka yang menyapanya penuh hormat. Dari raut wajah datarnya yang selalu di perlihatkan mereka tak tahu apa yang tengah di hadapinya.
"Jangan ada yang menggangguku!"
"Baik. Master!" jawab Zion membiarkan Xavier naik ke atas tangga menuju kamarnya. Langkah lebar yang begitu pasti itu terhenti kala merasakan ada yang janggal. Tak biasanya wanita itu berdamai seperti ini.
Ntah tarikan apa yang membuat Xavier sedikit membelokan langkahnya ke arah satu kamar lagi yang tak jauh dari sini. Biasanya kamar itu tempat Zion tidur karna Villa ini sengaja hanya di buat dua kamar saja.
Langkahnya terhenti kala melihat pintu kamar yang masih tertutup rapat. Lama ia diam di sana tak mengalihkan pandangan sama sekali.
Namun, sedetik kemudian ia mendengar suara barang-barang yang berjatuhan dan seperti di lempar dengan kasar.
"Wanita inii!!" geram Xavier langsung mendekat ke pintu yang seketika terbuka untuknya.
Sayang sekali. Tiba-tiba ada bantal yang terlempar ke wajah Xavier yang seketika mengeraskan rahangnya dengan kedua tangan terkepal.
Sorot mata tajamnya seakan mengoyak Stella yang terlihat masih duduk dengan tatapan waspada dan takut pada sesuatu.
"I..itu.. Itu ada Cicak! dia..dia terus menggangguku." ucap Stella terbata-bata ke arah sudut dinding. Saat dirasa mahluk itu mulai muncul Stella melempar Furniture kayu di sampingnya ke arah sana hingga menimbulkan suara yang begitu berisik.
"Wussss.. pergi!!! cari kamar yang lain saja!!!" pekik Stella sejadi-jadinya membuat suara yang begitu mendengung di telinga Xavier.
Stella melempar apapun yang ada di depan matanya membuat Xavier panas segera mendekat ke arahnya. Tangan kekar itu menyambar lengan Stella yang ingin melempar lampu tidur.
Spontan tatapan biru laut milik Stella terbentur dengan netra Gray elang milik Xavier yang sudah menyala-nyala.
"BERHENTI." Tekan Xavier membuat Stella menelan ludahnya. Leher yang dibaluti penyangga itu terasa nyeri membayangkan cekikan Xavier waktu itu.
Tapi, tidak. Ia tak boleh takut pada mahluk sebangsa Nyamuk ini.
"C..Cicak." gumam Stella dengan satu tangan menunjuk ke dekat Sofa disudut yang sudah berserakan barang-barang yang ia lempar tadi.
Melihat itu Xavier menyeringai. Ia segera memelintir tangan Stella kebelakang tubuh wanita itu hingga ia memekik keras.
"Aaaa S..Sakiiit!!!"
"Kau pikir aku bodoh. Ha? Disini tak ada mahluk yang kau sebutkan itu." desis Xavier menekan kalimatnya pada Stella yang heran kenapa pria ini selalu tahu.
"D..Dari mana kau tahu! Aku mendengarnya secara langsung."
"Benarkah?" tanya Xavier melirik ke arah sofa. Ia tak merasakan ada darah lain disini kecuali Burung hantu disela Fentilasi.
"I..iya. Kalau kau tak percaya kau periksa saja!"
"Kau yang lakukan!" titah Xavier mendorong tubuh Stella turun dari ranjang. Stella jatuh segera menahan bobot tubuhnya.
Tatapan begitu geram pada Xavier yang berpangku dada dengan angkuh di hadapannya.
"Cari!"
"Aku tak bisa berdiri."
"Merangkak!" jawaban simpel Xavier benar-benar memancing emosi Stella yang sudah menggebu-gebu. Tapi, memukuli pria ini akan butuh waktu lama.
Melihat Stella yang diam di tempat. Xavier langsung ingin mendekat membuat Stella segera merangkak cepat ke arah Sofa.
Ia mencari Cicak halusinasi yang ia ciptakan untuk membuat keributan tadi dengan susah payah di sela-sela Sofa.
"Cih. Cicakmu sangat besar."
"T .tadi ada. Kau..kau tak percaya. Cari saja sendiri!!" bantah Stella langsung bersandar ke Sofa. Wajahnya berubah masam tak menatap Xavier yang menghela nafas dalam.
"Sekali lagi kau menipuku. Kau tak akan ku ampuni!"
"Mommyyy!!!!!" teriak Stella sekuat-kuatnya padahal lehernya masih sakit. Jelas itu bukan hal yang baik tapi ia tak perduli.
"Mommyyyy!!!!! Mommyy!!!"
"Kau bisa diam. Ha?" geram Xavier merasakan telinganya sakit. Ia memang sensitif dengan suara keras dan mendengung seperti yang Stella lakukan sekarang.
"Sakiiit!!!! Leherku sakiiit!!!"
"Berhentilah berteriak!!" geram Xavier mendekat ke arah Stella yang berpeggangan ke Sofa dengan jeritan yang semakin menjadi-jadi. Ia pura-pura menangis lantang seakan Xavier baru saja mencekik lehernya.
"Sakiiiit hiks. Sakiitt!"
"Aku belum memukulmu!" umpat Xavier berjongkok didekat paha Stella yang meraung-raung membuat tangannya gatal untuk membungkam wanita ini tapi tak mungkin karna ia masih butuh Stella dan misterinya belum terungkap.
"Sakiiit hiks. Sakiiit!".
"Aku tak menyentuhmu."
"Sakiiittt!!!" jerit Stella langsung menjambak rambut Xavier yang spontan ingin mengangkat tangannya tapi melihat penyangga leher Stella ia mengurungkan niatnya.
Stella terus menarik-narik rambut Xavier yang menahan emosi di tubuhnya dengan mencengkram lengan Stella agar lepas.
"Jauhkan tanganmu!!"
"Sakiit. Leherku sakiit!!"
"AKU TAK PERDULI!!" Bentak Xavier naik pitam ingin mendorong Stella menjauh tapi pintu sudah terbuka membuat Stella terhenti tapi posisi tangannya masih menarik rambut Xavier yang juga diam dengan raut wajah merah padam.
Di depan pintu ada Zion dan Kakek Le-Yang. Kedua pria itu terpaku bungkam melihat keadaan Xavier sudah acak-acakan sedangkan Stella terlihat tersedu-sedu menangis mengeluarkan air mata palsunya.
"M..Master!"
Spontan Xavier menarik lengan Stella dari rambutnya lalu ia berdiri menormalkan keangkuhannya. Penampilan yang selalu sempurna berubah menjadi berantakan dengan rambut tak lagi tertata rapi.
"Kami..kami akan keluar."
"Tunggu!!!" pinta Stella menghentikan langkah Kakek Le-Yang dan Zion yang ingin melangkah pergi.
"Ada apa?"
"C..Cicak! ada Cicak!"
Keduanya saling pandang lalu menatap Xavier sebagai tanda tanya apakah benar. Tetapi, raut wajah Xavier hanya dingin bahkan begitu tak bersahabat.
"Master?"
Tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Xavier segera berbalik pergi meninggalkan kamar. Tentu raut kesal pria itu membuat Stella menyeringai, langkah pertama berhasil. Ia hanya perlu membuat Xavier tak tahan dengan sikapnya disini.
Zion-pun tak bisa berkata-kata. Ia melirik Stella dengan tatapan yang cukup heran dan kagum tapi ia tak mau berlebihan.
"Urus dia!"
"Baik. Tuan!" jawab Kakek Le-Yang mendekati Stella dengan Zion yang sudah melangkah pergi.
"Dimana Cicaknya?"
"Dia sudah pergi." jawab Stella menyandarkan tubuhnya ke badan Sofa. Wajahnya tak terlihat di tekan tetapi terlihat puas dan lega.
Kakek Le-Yang hanya bisa diam merapikan kembali barang-barang di dekat Sofa.
"Emm.. Apa ada tempat Karoke disini?"
"Ada Nona! Tapi, itu tak pernah di pakai dan tak pernah diperbolehkan oleh. Master!"
Stella mangut-mangut mengerti. Semangatnya seketika membara kala Xavier tak memukulnya tadi. Berarti ada sesuatu yang membuat Xavier tak mau memperparah lukanya, tapi sebelum itu Stella tahu jika Xavier mengincar darahnya.
....
Vote And Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lenong
akal bulus nya berhasil💃💃💃
2023-09-09
0
Jjlynn Tudin
hahaha Stella bagus ..Memang mw Mati apa takut sama yang mw kc Mati kan...🤣🤣🤣
2023-09-01
0
🦋🦋Lore Cia🦋🦋
larangan adalah perintah bagi Stella 😂
2023-02-13
2