Kedatangan Mobil mewah dari arah jalan masuk menuju Vila di tepi pantai ini membuat para pelayan di seluruh Bangunan dan para Penjaga tempat ini berkumpul untuk menyambut kedatangan Tuannya.
Wajah mereka terlihat begitu tegang. Padahal, cuaca hari ini terang dengan mentari dari timur tersenyum cukup menawan.
Suara deru ombak terdengar jelas disini membuat mereka setidaknya agak tenang sedikit menunggu Mobil mewah yang sudah masuk ke dalam pekarangan luas ini.
"MASTEER!!!"
Mereka semua membungkukkan badannya sampai para pengawal dengan stelan jas lengkap itu segera membukakan pintu.
Jantung para pelayan wanita yang ada di dekat pintu masuk sana langsung terpompa keras kala melihat sepatu mengkilap berwarna hitam itu sudah menapak ke tanah.
Mereka semua tak bisa berkedip seakan-akan jika mata itu tertutup maka mereka akan kehilangan momen langka ini.
Dan benar saja. Saat sosok itu sudah keluar dengan sempurna. Wajah mereka langsung memerah tetapi masih tak tersenyum karna itu larangannya.
"Master! Kami menyambut anda." ucap seorang pria paruh baya dengan mata sipit dan Stelan rapi.
Ia adalah Kakek Le-Yang penanggung jawab Villa ini. Ia mempersilahkan sosok tinggi beraura beku itu untuk segera masuk.
Dia adalah Xavier Patrick Elbrano. Seorang yang selalu di hindari di dunia Bisnis tetapi banyak yang menjilat padanya.
Rambut yang begitu rapai dengan kulit mulus dan rahang yang tegas. Tatapan matanya begitu dingin menikam tapi tersimpan kekelaman yang ambigu.
Bibir yang sensual dengan bentuk hidung sesuai porsinya. Mata berlekuk tajam tanpa ada kerutan sama sekali. Bahkan, pori-pori wajahnya tak terlihat ntah itu dari sudut manapun mata memandang, maka tetap saja satu kata terlintas.
SEMPURNA. Dia adalah ciptaan yang nyari menyamai Dewa dari segi tubuh kekar dan kulit yang agak pucat tapi bersih.
Yeah. Itu sangat menggambarkan jelas bagaimana sosok yang begitu disegani dan ditakuti ini.
Mata mereka sama sekali tak mau di kedipkan. Ntah sadar atau tidak, pesona dari Netra abu membuat jiwanya meronta.
"Ehmm!"
Pria di samping sosok Master gagah ini berdehem membuat mereka langsung menegakkan tubuh kembali.
"M..Maaf. Master!'
"Kembali bekerja!!" titah Zion si pria bermata sipit dengan bibir kecil yang Tampan. Tentu saja ia juga tak perlu di ragukan.
Mendengar itu mereka semua langsung mengangguk melangkah pergi dari sini. Sekarang tinggallah Kakek Le-Yang dengan dua Majikannya.
"Master!"
Xavier hanya diam dengan tatapan mata bergulir ke arah pintu masuk. Ia tak menjawab atau berbicara apapun dan melewati Kakek Le-Yang yang terbiasa dengan sikap Dingin Tuannya.
"Dia ada sedikit masalah. Sebaiknya jangan mencari ulah baru."
"Saya mengerti. Tuan!" jawabnya pada Zion yang segera mengikuti Xavier.
Suasana hati pria ini kurang baik. Ia harus berjaga-jaga jika akan ada lagi korban baru akibat kemarahannya. Tapi, ia tak menjamin untuk tangkapan mereka semalam.
Ia melihat jika Xavier langsung pergi ke arah tangga menuju Rooftop Tetapi, seketika langkahnya terhenti kala mengingat jika ada target matangnya hari ini.
"Kau butuh sesuatu?" tanya Zion yang memang berteman dengan Xavier. Ia Asisten sekaligus sahabat yang cukup di buat pusing oleh keadaan pria ini.
Hanya dengan sekali lirikan dari Manik Gray itu, Zion seketika paham. Ia memanggil Kakek Le-Yang di depan.
"Tuan!"
"Master memanggilmu!" ucap Zion membiarkan Kakek Le-Yang mendekat ke arah Xavier yang belum membalikan tubuh kekarnya.
"Master! Wanita itu tampaknya ingin keluar dari tempat ini. Dia menjerit di sepanjang pagi sampai pingsan di dalam kamar anda."
"Hm."
Kakek Le-Yang mengerti. Saat Xavier mengibaskan tangannya ia segera turun membiarkan Pria Tampan ini berbalik ke arah tangga satunya.
Kakek Le-Yang melirik ke arah Zion yang hanya diam tak tahu apa yang akan di perbuat oleh Xavier pada wanita itu.
Tentu saja sesuatu yang tak bisa di tebak. Tapi, yang pasti hanyalah sebuah kematian yang tragis seperti gadis-gadis sebelumnya.
Kala sudah sampai di atas. Kakinya terhenti di depan pintu kamar. Wajah Tampan berjuta pesona itu masih diam seakan tak menyimpan perasaan atau sejenis hati.
Tanpa ia sentuh sama sekali. Pintu itu terbuka dengan sendirinya. Udara di dalam sini juga mulai menyapa wajah pucatnya.
Aroma wangi yang begitu harum. Ia tak pernah mencium aroma Bunga Gardania yang sangat khas seperti ini. Rasa penasaran itu semakin membuatnya tertarik untuk masuk kedalam.
Langkahnya lebarnya hanya maju kedepan. Netra tajam itu menatap datar ke arah ranjang putih yang dihiasi kelopak bunga mawar yang bertebaran.
Sosok cantik di atas sana benar-benar menariknya untuk mendekat. Tentu ia tak bisa mengendalikan dirinya untuk mendekat ke samping tempat tidur.
Matanya sama sekali tak berkedip melihat wajah tenang dan damai Stella yang terlihat merespon kedatangannya.
Sudut bibir Xavier terangkat kejam kala melihat dahi Stella menyeringit dengan keringat dingin mulai keluar.
"S..Siapa..?"
Lirih terdengar serak di sela bibir pucatnya yang tampak sangat memancing. Aura mengancam dari kedatangan Xavier bisa membuatnya kembali di landa ketakutan.
"S..Siapa.. K..kau s.."
"Snowman." gumamnya memanggil Stella dengan kata itu. Kulit wanita ini begitu putih seperti salju dan sangat cantik persis seperti Boneka Salju. Ia semakin ingin membuatnya menderita disini.
"S..Sia..p.."
Xavier diam tertarik untuk membuat Stella mati berdiri. ia melihat luka di pergelangan wanita ini masih belum sembuh, sangat menyenangkan jika dia sadar secepatnya.
Dengan tatapan datar menikam itu Xavier memperhatikan wajah gelisah Stella. Ia mengulur tangan kekarnya ke arah pergelangan tangan wanita ini dan.. .
"Sakiiiiittt!!!!!"
Jeritan Stella begitu keras langsung bangun dari tidurnya kala pergelangannya di remas oleh tangan besar kekar seseorang.
Ia sekuat tenaga memukul lengan jantan ini dengan air mata keluar tak tahan akan rasa sakitnya. Darah itu kembali keluar merembes sampai ke tangan Xavier yang merasa sangat haus dan lapar.
"S..Sakit, hiks! L..lepaas!!! Lepaskan tangankuuuu!!!"
Xavier melepaskannya membuat tubuh Stella terjungkal ke bawah ranjang dengan selimut masih ia bawa bersamanya.
Ia mengigit bibir bawahnya kala luka itu benar-benar sakit. Ia tak menyangka ada seseorang disini dan..
Mata biru laut Stella melebar menatap Xavier yang tengah menjilati sisa darah yang tadi mengalir di tangannya.
Stella benar-benar merasa takut dan ini bukanlah hal yang bisa di idam-idamkan. Bertemu dengan Dewa kematian di suasana yang mencekam.
"K..k..kau.. "
Stella beringsut mundur dengan tatapan yang sangat waspada dan tubuh mendingin. Ia sangat bingung siapa pria ini dan kenapa dia terlihat sangat aneh.
T..tidak. Mungkin.. Mungkin aku bermimpi. I..ini tak nyata.
Bantah Stella menggeleng kuat menekuk kedua lututnya. Melihat itu Xavier menyeringai dengan lidah yang begitu haus menjilati sisa cairan merah itu di bibirnya.
"Manis!"
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Rafinsa
vampir kah???
2023-12-30
0
Khotinah Busro
ko ngeri banget y thor,
2023-06-13
0
Denzo_sian_alfoenzo
baca cerita ni jd inget antara kisah markshena dan exellkinan 😅
2023-06-06
0