Jam di dinding sana sudah menunjukan pukul 11 malam. Nuansa langit dari sela Fentilasi disini juga tampak sudah gelap dengan sinaran rembulan cukup terang.
Suhu kamar meningkat membuatnya harus melapisi tubuhnya dengan selimut yang terasa masih kurang cukup. Matanya sama sekali tak bisa terpejam. Ia hanya duduk di atas ranjang menunggu waktu yang tepat.
"Aku rasa ini sudah pas." gumam Stella mempertajam pendengarannya. Suasana begitu sunyi bahkan suara dengungan nyamuk saja tak terdengar sama sekali.
Karna di rasa waktu untuk melarikan diri sudah tepat. Stella perlahan turun dari ranjang. Ia tak lagi memakai infus karna sudah makan dan lumayan bertenaga.
"Efika juga tak lagi ke kamar. Dia pasti sibuk dan tak punya waktu mengurusi ku." gumam Stella meyakinkan keputusannya.
Ia mengendap ke arah pintu dengan memakai Baju rajut lengan panjang berwarna coklat tua dengan Hotpants Jeans pendek sepaha. Tubuhnya benar-benar tampak indah dan menawan.
Namun.betapa girangnya Stella saat pintu itu sama sekali tak dikunci. Raut wajahnya seakan mendapat air dari gurun pasir yang menyiksa.
"Keburuntugan masih berpihak padaku." girangnya melangkah cepat keluar. Netra biru laut itu mengamati tempat ini dan sangat lengang.
Ia tak menyia-nyiakan waktu lagi segera melangkah turun dengan hati-hati melewati tangga kayu ini. Ia nyaris tak menguarkan suara dan sangat bisa diandalkan.
Dari mulai desain ruangan yang begitu elegan membuat Stella semakin takut disini. Ia tak tahu apa tujuan sebenarnya pria itu menyelamatkannya.
"Disini tak ada pelayan ataupun penjaga. Kemana mereka?" gumam Stella sudah turun ke bawah. Kaca-kaca jendela yang ditutupi tirai ini tampak memperlihatkan pemandangan sunyi dan asri di luar.
Bangunan ini sangatlah luas dan banyak ruangan. Stella tak tahu kemana tembusnya tangga-tangga yang ada di sampingnya dan terlihat sangat membingungkan.
Kenapa aku harus tertarik berkeliling? Sudah jelas misi utama itu keluar dari sini.
Stella menggeleng menepis hasrat yang ingin berkunjung. Karna tak mau lalai terus menerus, akhirnya ia memilih untuk membuka pintu kaca di depan dan seketika angin ini langsung menerpa tubuhnya.
Tatapan netra biru laut Stella begitu terpaku pada pemandangan indah di luar. Ini benar-benar tempat untuk menenagkan diri.
"Ini Villa terbaik yang pernah ku lihat." decahnya melangkah kedepan. Angin dari arah pantai di tepi sana membuat ia kedinginan dengan rambut pendek terbuai begitu saja.
Untuk sesaat Stella terpaku di tempat. Ia menikmati keindahan lautan yang tampak jelas dari sini tetapi cukup aman dari jarak yang telah di prediksi.
"Seandainya saja ini bukan tempat yang misterius. Pasti aku akan membawa Mommy kesini." gumam Stella menghela nafas. Ia segera melanjutkan langkahnya ke arah jalan menuju Pagar yang terlihat mengelilingi bagian depan.
Lampu neon Taman hijau di sepanjang jalan cukup menerangi langkah kaki jenjang Stella yang benar-benar merasa kedinginan.
"Apa ini memang sebuah keberuntungan?"
Yah. Pasalnya tak ada satupun manusia disini. Bahkan, langkahnya begitu pasti tanpa terkendala keluar dari pekarangan Villa dan menyusuri jalan yang kiri-kananya terdapat hutan. Ia hanya bisa mengusap lengannya untuk meredakan kekhawatiran.
Sesekali Stella melihat kebelakang dimana Villa besar itu sudah agak jauh. Hatinya sangat lega dan tak sabar untuk keluar.
"Tak-ku sangka akan semudah ini."
Rasa puas itu ia rasakan. Kakinya begitu bersemangat menyusuri jalan yang hanya lurus kedepan. Ia membekukan rasa takutnya karna semakin ia masuk ke dalam kegelapan remang ini maka ia semakin dilanda rawa was-was.
Saat kaki jenjang tak beralas itu berada di titik paling gelap. Tiba-tiba saja Stella merasakan jika disini udaranya berubah panas. Dan ia merasa ada yang berterbangan di antara dahan-dahan kayu.
Pikirannya mulai berkelana ke semua jenis mahluk sampai Stella menelan ludahnya kasar tetap memberanikan diri.
"Aku hanya ingin pulang. Aku tak mengusik kalian." gumam Stella mempercepat langkahnya. Ia mengabaikan suara kukukan burung hantu dan Kelelawar yang seperti tak mau pergi dari atas langit-langit kepalanya.
Semakin cepat kaki Stella melangkah maka mereka juga akan semakin cepat berterbangan. Kali ini Stella mulai merasa tak aman.
"Pergilaaah!!!" ucap Stella berjalan seraya menatap ke atas. Mata-mata merah dari Kelelawar sana membuat bulu kuduk Stella merinding.
Tidak. Aku...aku tak boleh takut. Ini hanya menghambat perjalananku.
Stella menguatkan mentalnya tetap berjalan kedepan. Suara burung hantu semakin laju berbunyi dan berirama dengan berisiknya Kelelawar.
Karna tak bisa bertahan lagi. Akhirnya Stella memutuskan lari sekencang-kencangnya berharap bisa meninggalkan tempat ini.
Kakinya terluka karna bergesekan dengan Aspal kecil ini dan ranting-ranting menggores kulitnya.
Aku..aku harus lari. Ini bukan tempat manusia.
Stella memacu kecepatan yang membuat ia sangat lemas. Tubuhnya belum siap untuk mengemban beban sekuat ini hingga akhirnya kaki itu tersandung beberapa ranting dan..
Brughhh..
Stella tersungkur hebat diatas gesekan Aspal panas ini. Ia menggeram sakit kala lututnya terasa begitu perih dengan bagian dagu juga ikut terbentur ke bawah.
"Sss..siaaall.. Sakiit." desis Stella memeggangi kedua lututnya dengan rasa perih dan nyeri yang sangat menyedihkan.
Tangannya yang tadi belum sepenuhnya sembuh juga terasa kembali terkilir bahkan ini berdarah juga.
"Lengkap. Ini sangat lengkap." umpat Stella menahan sakit di pergelangannya. ada samar-samar cahaya dari depan sana membuat Stella berbinar menduga jika itu Jalan utama.
"Aku sudah berlari sangat jauh. Ini pasti sudah ke Jalan utama Kota." gumam Stella memaksakan tubuhnya untuk berdiri.
Ia tertatih-tatih menyongsong kemilau cahaya itu dengan senyuman di bibir seksinya. Bahkan, Stella sampai lupa jika ia tengah terluka cukup parah.
Saat sampai ke depan sana. Stella yang awalnya tersenyum tiba-tiba merasa aneh. ia berjalan semakin mendekat hingga..
Matanya melebar kala yang ia lihat ini adalah Villa yang tadi. Yang berkilau itu adalah lampu di sekitar Villa dan pagarnya masih sama.
"I..ini.."
Stella mundur dengan tatapan sangat kebingungan. Wajahnya berubah pucat dan sangat terkejut.
"T..tidak.. Ini.. K..kenapa ini.."
Rasa tak percaya itu membuat Stella menutup mulutnya. Ia menggeleng merasa telah di permainkan.
"T..tidak.. Aku..aku sudah berjalan sejauh ini tapi.."
"Sudah ku katakan bukan?"
Stella terperanjat kala ada suara di belakangnya. Ia berbalik dengan mata masih terpaku kosong akan sosok yang tiba-tiba muncul ini.
"K..kau.."
Efika hanya diam menunjukan wajah tegasnya. Ia menaik lengan Stella kembali masuk ke dalam pagar Villa yang mulai tampak memperlihatkan manusia.
"T..tidak.. Ini.. Ini bukan manusia." bantah Stella memberontak ingin pergi tetapi ia terkejut kala ada sosok Kakek Tua yang ada di dekat pagar.
Sungguh Stella benar-benar seperti orang gila disini.
"Sebaiknya kau menurut!"
"Tidaaak!!! Keluarkaan aku!!! Keluarkan akuuuu!!!" teriak Stella tak mau disini. Ia tak ingin menjadi gila dan dihantui orang-orang yang sangat aneh.
Melihat itu Kakek Le-Yang segera menatap Efika yang mengangguk. Ia menarik Stella kembali masuk ke dalam Villa dimana semua penjaga nyatanya berderet di sepanjang jalan.
"Lepaskan akuuuu!!! Lepaaaaas!!!"
"Masuk ke kamarmu." tekan Efika tak menghiraukan pemberontakan Stella yang tampak tak bisa menerima semua ini.
"Kau... kau gilaaa!! kalian gilaaa!!!"
Teriak Stella sejadi-jadinya menggemparkan satu Villa ini. Efika hanya diam menariknya kembali ke atas membuat Stella benar-benar takut kesini.
"Efika!! Efika aku mohon. Aku mohon!"
"Masuk!"
Efika mendorong Stella masuk ke dalam kamar itu lalu menutup pintu dengan keras. Seketika Stella menatap nanar penghalang di depannya ini.
Luka di pergelangan tangannya berdarah begitu juga di kedua lutut dan dagunya memar. Ia benar-benar merasa tersiksa disini.
"K..keluarkan aku!!! Keluarkaan akuuu!!!" jerit Stella menendang pintu dengan keras mengusik seseorang yang tampak duduk dengan santai di atas ranjang sana.
"Keluarkan akuuu!!!!"
Pekiknya keras tapi seketika mulutnya tiba-tiba terkunci membuat Stella syok dengan keadaan yang menimpanya.
"Ehmmm!!!!"
"Kau menggangguku!"
Deeggg...
Stella meneggang di tempat kala suara menyeramkan ini kembali ia dengar. Tiba-tiba saja buluk kuduknya meremang dengan nyali yang ciut.
Y..ya tuhan. Apa..apa ini tebusan atas dosa-dosaku?
Perlahan dengan waspada Stella menoleh ke arah ranjang. Matanya semakin mengigil kala melihat siapa yang tengah menatapnya dengan pandangan begitu tajam sampai jantungnya ingin pecah segera.
Seringaian di bibir sensual pria ini tercipta kala melihat luka di tubuh Stella. Ia tak bisa menahan hasrat yang menyala-nyala melihat darah segar ini tumpah dengan sia-sia.
"J..jangan lagi.."
Batin Stella kala Xavier mendekat. Seringaian ini begitu mengancam terfokus pada darah yang ia keluarkan.
"Kau sudah pas berjalan-jalan. Hm?"
"Ehmm!!" Stella menggeleng beringsut mundur. Nyawanya seakan mau terlepas akan ancaman malaikat maut berwajah Tampan ini.
Tidak.. Dia..dia tak bisa menjilati darahku lagi. Dia ini bukan manusia. Dia mungkin akan menjadikan aku sebangsanya.
Stella menduga-duga seraya terus mundur. Tapi sayangnya ia sudah mentok di dinding dengan kedua sepatu pria itu sudah ada di dekat kakinya.
Tatapan sangat mendamba dan haus. Tubuh kekarnya berjongkok ke arah Stella yang berkeringat dingin.
"Ehmm!"
"Berikan aku sedikit asupan." desisnya segera menarik lengan Stella dan menghisap pergelangan tangannya yang berdarah tadi dengan kuat.
Stella memberontak karna rasanya sangat-sangat sakit. Tenaganya seakan di serap keluar dan begitu menyiksa.
"Ehmmmm!!!!"
Xavier tak perduli. Taring yang ada di giginya tertancap tajam membuat Stella menjerit di batinnya dengan tangisan sekeras-kerasnya.
Suara pemberontakan Stella terdengar oleh Efika yang ada di luar. Ia menunduk meremas seragam pelayannya karna tahu jika malam ini adalah malam kematian wanita itu.
"Tak ada yang akan bertahan setelah dikorbankan begini."
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
nyatanya dy gk akan mati karna dy sdh jd jdul novel 😅
2023-06-06
1
hartatik hartatik
klo py taring biasany manx vampir atau itu sebuah kutukn
2023-02-14
0
Ibelmizzel
Stella dak matikn Thor kan Stella pemeran utamany.author paling dak bisa ditebak karyany 💪💪💪❤️❤️❤️❤️
2023-02-04
1