Sedari tadi Tuan Rowan menunggu Stella yang belum juga keluar dari kamar itu. Ia terus melihat jam dan ini hampir tengah malam.
"Masih bertenaga juga sampai berjam-jam begini." gumamnya sesekali melihat kamar. Karna enggan untuk menunggu lagi.
Tuan Rowan pergi ke arah ruangan Madam Jen untuk menanyai apa Tamu istimewa itu sudah datang atau belum.
Hanya sekali ketukan. Ia bisa membuat pintu terbuka. Tak menyia-nyiakan kesempatan lagi, Tuan Rowan segera masuk ke dalam ruangan Madam Jen yang tampak tengah berbicara dengan seseorang di Ponselnya.
"Maaf, apa Tuan jadi datang berkunjung?"
"Kau sudah menyiapkannya?"
"Yah. Aku rasa ini akan membuat Tuan senang." jawab Madam Jen penuh harap berdiri mondar-mandir di dekat mejanya.
Tuan Rowan menguping dengan baik sampai akhirnya Madam Jen melihat keberadaanya dan segera mengakhiri pembicaraan.
"Kenapa kau disini?"
Pertanyaan ketus itu dijawab senyuman ringan oleh Tuan Rowan yang segera berjalan mendekat dengan gestur ada kemauan jelas.
"Emm.. Madam!"
"Apa? Aku sudah membayar lebih kemaren." jengah Madan Jen duduk di kursinya. Ia mengibaskan kipas stabil dengan raut wajah jengkel.
"Bukan masalah uang. Madam!"
"Cih. otakmu itu hanya ada uang dan uang. Bahkan, anak dan istrimu kau jual demi uang." sarkas Madam Jen tetapi hanya dijawab wajah tenang Tuan Rowan.
Padahal. Didalam hatinya ia benar-benar merasa muak dengan wanita suka pemerintah seperti Madam Jen.
"Jika aku sudah akrab dengan Tamu istimewamu itu. Aku tak butuh lagi tempatmu ini wanita sialan."
Batin Tuan Rowan mengumpati Madam Jen. Ia tetap memasang wajah penjilat menjijikan itu.
"Ada apa? Waktuku tak banyak."
"Begini. Masalah Tamu Istimewa itu. Aku.."
"Kau ini memang sangat berhasrat mendapatkan uang. Ha?" geram Madam Jen merasa Stella akan di jadikan produk lagi. Walau ia tak masalah tapi Tamunya ini sangat berbahaya jika di beri lelucon.
Melihat raut kesal Madam Jen, Rowan segera mencari jalan keluar dari otak uangnya.
"Madam! Stella putriku itu sangat-sangat menarik, dia putih kulitnya bersih dan di jamin tidak mengidap penyakit kelamin yang berbahaya. Dia aman."
"Aku sudah mengatakan poin pentingnya padamu. Bukan?" tanya Madam Jen memijat pelipisnya pusing. Ia akui Stella memang sangat sempurna tetapi kali ini berbeda, wanita itu sudah tak suci lagi.
"Yah. Dia harus suci, tapi Stella putriku bisa memuaskannya lebih dari gadis Suci."
"Kau pikir ini main-main." geram Madam Jen benar-benar gugup sekali berhadapan dengan Orang ini.
Dia hanya akan datang satu tahun sekali tetapi saat kedatangannya tiba maka ia serasa di kunjungi malaikat maut.
Melihat ketakutan dan gestur terancam Madam Jen. Tuan Rowan jadi penasaran, seberapa bahayanya pria ini?!
"Madam! Aku mohon, Stella bukan wanita sembarangan. Dia punya pesona dan daya tarik hasrat yang tinggi."
"Aku tahu itu. Tapi, dia meminta gadis bukan seorang yang sudah berpengalaman seperti Stella putrimu." bantah Madam Jen segera berdiri mengibaskan Kipas ditangannya.
"Pergi!! Kau ini hanya membuatku dalam masalah."
"Madam! Percayalah, Stella bisa melakukannya." bujuk Tuan Rowan tetapi Madam Jen tak mau mengambil resiko. Pria ini begitu Tempramen dan ia tak bisa berlaku ceroboh.
"Tidak! Pergi dari sini sebelum aku mengusirmu secara paksa."
Alhasil Tuan Rowan akhirnya memilih berjalan keluar ruangan dengan raut wajah yang marah dan geram.
Cih. Dia memang sangat sombong dan angkuh, aku harus menyudahi hidupnya secepat mungkin.
Hasutan iblis Tuan Rowan melirik tajam ke arah ruangan Madam Jen yang sudah tertutup rapat.
"Kau lihat saja. Kau akan menyesal." desis Tuan Rowan kembali ke pintu dimana tadi ia menunggu. Nyatanya masih belum keluar, memang benar-benar wanita dewi.
Namun. Tak berselang lama tiba-tiba saja pintu itu terbuka, Tuan Rowan segera mendekat dengan tatapan puasnya melihat Stella keluar dengan rambut basah dan Bathrobe menutupi tubuhnya.
"Bagaimana? Kau sudah menyelesaikannya?" tanya Tuan Rowan ingin melihat ke dalam.
Stella mengangguk membuka pintu kamar hingga ia bisa masuk. Serakan pakaian di bawah lantai membuat ia sangat-sangat bahagia.
"Kau luar biasa. Tak heran mereka sangat menggilai mu."
"Hm."
Stella berdiri di belakang Tuan Rowan yang masih membelakanginya. Wajah Stella begitu pucat seperti mayat hidup. Ntah tanggungan batin apa yang telah membuatnya menjadi seperti ini.
"Stella! Dimana Tuan Joker?"
"Mandi!" jawab Stella datar masih berdiri di tempatnya. Tuan Rowan berbali menatap Stella dengan pandangan puas.
"Kerjamu memang selalu sempurna."
"Hm. Ada yang ingin kau katakan?" tanya Stella membuat Tuan Rowan mendekat. Agak aneh mencium aroma amis disini tetapi hasrat ingin menyuruh Stella sangat besar.
"Stella! Ada pekerjaan khusus untukmu."
"Apa?"
Tuan Rowan terlihat sangat bersemangat berdiri di hadapan Stella yang begitu dingin malam ini.
"Malam ini ada Tamu spesial yang begitu istimewa. Jika kau mampu memuaskannya maka keuntungan akan membanjiri kita."
"Aku lelah." jawab Stella tetapi Tuan Rowan tak menerima ucapan ini. Ia ingin Stella melakukan keinginannya.
"Tidak. Kau harus melakukannya, jika dia sampai terjerat olehmu maka kita akan KAYA.. Kita KAYAAA!!"
"Kaya?" gumam Stella menarik sudut bibirnya kecil. Manik biru laut ini benar-benar membuat Tuan Rowan merasa bergidik.
"Yah. Kau, Aku dan Mommymu."
Stella merasa sangat-sangat jijik mendengar ucapan manis Tuan Rowan yang sama sekali tak memperdulikan keadaanya.
Pria ini memang sudah tak punya hati dan perasaan sama sekali.
"Ayolah. Lakukan untuk Mommymu."
"Untuk Mommy?" tanya Stella dengan pandangan semakin dingin dan mengerikan. Tuan Rowan sampai diam merasa kali ini Stella berbeda.
"Kau.."
"Simpan kata-kata BUSUKMU untuk nanti." desis Stella dengan cepat menyabetkan pisaunya ke perut Tuan Rowan yang terkejut hebat akan serangan mendadak yang Stella layangkan.
"S..Stella.."
"Kau bukan manusia." gumam Stella menyeringai lalu melakukannya lagi dengan sangat brutal.
Tikaman berkali-kali itu di layangkan dari seluruh arah yg ia jangkau. dengan tubuh sudah bermandikan darah dalam sekejap mata Tuan Rowan tak sanggup berdiri.
Hasrat membunuh Stella benar-benar membuat apa yang dia lakukan begitu cepat dan tak tanggung-tanggung menusuk dada Tuan Rowan yang muntah darah berlutut di tempat.
"K..kau.."
"Sakit?" tanya Stella tersenyum nanar dengan wajah juga terjiprat darah. Keadaan Tuan Rowan benar-benar sangat menyedihkan tak bisa bergerak karna titik yang Stella tusuk itu bagian Vitalnya.
"K..kau.. A.."
"Rasa sakit itu belum seberapa." gumam Stella mendekat dengan darah sudah membanjiri tubuhnya.
Ia menyeret kaki Tuan Rowan yang benar-benar sudah tak bisa melawan atau melakukan apapun. Ia tak menduga Stella senekat ini.
"Bergabunglah dengan temanmu."
Stella menendang Tuan Rowan masuk ke dalam kamar mandi hingga matanya melebar hampir keluar melihat tubuh siapa yang sudah di mutilasi di dalam Bathub yang penuh dengan darah.
"K..kau.."
Ia benar-benar merasa takut. Rasa sakit akibat luka di butuhnya tiba-tiba menjerit melihat hal ini.
Gila! Wanita ini sudah gila.
"K..kau.. S..siaalan..uhuuk!" memuntahkan darah segar ke lantai membuat Stella tertawa jahat tetapi matanya mengeluarkan cairan bening itu.
"Aku? Aku memang sialan. Hm? Kau tahu itu."
"M..Mommy..m.."
Stella segera menginjak perut Tuan Rowan dengan kedua kakinya. Tatapan begitu marah dan sangat benci.
"KAU TAK PANTAS MENDAPATKAN WANITA SEPERTI DIAAA!!!"
Tuan Rowan masih berusaha tertawa padahal dadanya sudah tak lagi bisa berhenti berdarah. Perutnya koyak dengan bagian lengan sobek. Sangat berakibat buruk.
"K..kau.."
"Kau pria yang menyedihkan. Aku sangat jijik lahir dari benihmu."
Desis Stella segera menancapkan pisaunya ke dada Tua Rowan yang kesakitan hebat tetapi ia langsung tak sadarkan diri di tempat.
Stella diam menekan pisaunya sedalam mungkin dengan perasaan yang begitu sesak.
"M..Mommy.."
Gumam Stella meremas pinggiran Bathrobe yang ia pakai. Seketika air matanya jatuh melihat tangannya sudah berlumuran darah dan tempat ini terlihat menakutkan.
Ia tak sanggup lagi untuk hidup. Ia sudah tak kuat menahan ini semua.
"M..Mommy.."
Gumam Stella perlahan bangkit. Ia menyeret langkahnya ke arah Balkon kamar ini dengan deraan angin semakin kuat menerbangkan tirai-tirai di sampingnya.
Tatapan Stella sangat kosong ke hamparan salju diluar sana. Yang ia ingat sekarang hanya Nyonya Clorie dan hanya wanita itu.
A..aku selalu menyakitimu. Aku memarahimu dan membuatku terluka. Hanya ini.. Hanya ini yang bisa ku lakukan.
Batin Stella dengan air mata merembes keluar. Kenangan kilas seketika melintas di benaknya.
Kala sang ibu memarahi karna pulang larut malam dan kala omelannya berganti tangis karna di pukuli suami sendiri.
"J..Jaga diri baik- baik. A..aku..aku bisa menjaga.. D..diriku sendiri." gumam Stella memejamkan matanya dengan pisau yang ia arahkan ke pergelangan tangannya.
Saat air matanya menetes ke lantai. Dengan cepat Stella mengiris pergelangan tangannya sendiri lalu menjatuhkan diri dari atas Balkon ke bawah sana.
"J..jaga diri.."
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Jjlynn Tudin
bagus jangan Mati Sia ² bunuh dulu biangnya.baru ikut Mati 👍💪
2023-09-01
0
yuning
nyesek banget
2023-06-19
0
Umy Mealix Aby
sungguh mengiris hatiku thorr. ikut sedih jg bc kisahmu stela..
lope untukmu thorr
2023-03-08
2