Malam ini terasa begitu larut. Mobil yang sedari tadi menerobos daerah pepohonan tampak sudah berhenti di tempat biasa. Jalanan sunyi tanpa aspal tetapi masih bisa di lewati Mobil.
Sesosok wanita dari dalam Mobil Taksi itu keluar. Ia memberikan sejumlah uang pada pria paruh baya yang tadi mau mengantarnya lalu melangkah masuk kedalam jalan setapak masuk ke dalam sebuah Gerbang besi tua yang tampak hanya diterangi obor.
Ia berjalan tanpa merasa takut sama sekali. Langkahnya sangat spontan seraya mengeluarkan Mantel di dalam tasnya.
Seperti biasa Salju disini cukup membuatnya merinding. Bagian pinggiran kota yang termasuk Hutan Subtropis yang banyak pegunungan.
Tak lama ia berjalan. Kakinya sudah melewati tiang-tiang Lentera yang menjadi penerangan. Ia berjalan ke arah Rumah yang seperti biasa di jaga oleh seekor anjing Salju yang lagi-lagi menggonggong.
"Seperti biasa." gumam Stella melempar sosis di saku Mantelnya ke arah Wings yang segera melahapnya.
Hanya ada senyuman datar dan itu segera hilang kala pintu terbuka.
"Kau baru pulang?" Nyonya Clorie keluar menyongsong Stella. Wanita muda itu hanya diam melepas sepatunya lalu berjalan ke atas.
"Kau baik-baik saja-kan?"
"Kelihatannya?!" tanya Stella melewati Nyonya Clorie untuk masuk ke dalam rumah. Seperti biasa ia menghirup aroma alkohol yang sangat kental dan ini adalah hal yang paling menjijikan.
Pandangan yang dilontarkan Stella pada Rumah kayu ini bisa dimengerti oleh Nyonya Clorie.
"Dia belum pulang. Kau bisa bersihkan dirimu lalu makan."
"Kau mau kemana?" tanya Stella kala melihat ada Tas berwarna hitam kecil di atas sofa mini yang ada di sudut rumah.
Nyonya Clorie diam mencoba untuk mencari alasan walau senyuman culas Stella sangat mengartikan keadaan.
"Itu.. Itu aku akan keluar. Ada masalah sedikit."
"Tagihan lagi?"
"Tidak. Ini akan lebih mudah." jawab Nyonya Clorie berjalan ke arah meja makan yang ada diruangan kecil tersambung dengan dapur.
Ia tampak menyediakan Sup hangat dengan Seafood kesukaan Stella.
"Ayo. Ganti seragam-mu lalu makan."
Stella hanya diam. Ia pergi kedekat tas ibunya membuka benda itu tanpa disadari Nyonya Clorie yang tengah menghangatkan makanan untuknya.
"Stella! air hangat-mu sudah ada. Jangan terlalu lama terkena air!!"
Suara Nyonya Clorie terdengar sibuk. Namun, Stella terdiam kala menemukan ada satu surat yang berlipat di dalam tas ini.
Ia membuka kertas itu dengan pelan dengan tatapan netra biru lautnya termenggu melihat rentetan angka disini.
300 juta Dolar. Ini benar-benar gila dan tak masuk akal.
"Stella! Kau.."
Suara Nyonya Clorie terhenti tepat di belakang Stella yang membaca tagihan dan tuntutan judi ini. Dan yang lebih membuat ia meremas kertas itu adalah jaminan utamanya adalah STELLA.
"Stella! kau.. aku.."
"Bisa membantuku?" tanya Stella dengan intonasi suara yang datar.
Nyonya Clorie yang sudah kaku tak bisa mengucap banyak kata hanya bisa mengangguki hal itu. Ia juga tak menyangka Stella akan membuka tasnya.
"Kau.. Itu.."
"Bawa makanan itu ke kamarku!" pinta Stella membuat Nyonya Clorie segera mengangguk. Ia segera berjalan ke arah meja makan mengambil nampan dengan wajah agak pucat tak tahu akan respon Stella.
"Kau ingin Sub-nya?"
"Hm."
Nyonya Clorie segera menata semuanya di atas nampan lalu membawa benda itu masuk ke arah kamar Stella yang memang berpintu.
Ia meletakan nampan ditangannya tepat di atas ranjang Stella yang terlihat berjalan ke arah kamar ini.
"Makanlah. Aku memasak banyak tadi, jika aku terlambat pulang kau bisa.."
"Jaga dirimu dengan baik."
Jawaban Stella membuat Nyonya Clorie terhenti bicara. Ia menoleh menatap wajah cantik dingin Stella dengan manik biru yang merah.
Ada rasa tak percaya di hatinya kala Stella mengatakan hal ini. Bahkan, matanya masih berkaca-kaca tak tahan membendung perasaan yang tengah meluap. A..apa? Dia.. Dia memperhatikanku.. Dia..
"Stella kau.."
"Kau tak perlu mencemaskan-ku. Aku bisa mengurus diri sendiri." tegas Stella membuat Nyonya Clorie mendekat tetapi pintu itu sudah lebih dulu di tutup oleh Stella yang menguncinya dari luar.
"Stellaaa!! Stellla buka pintunya!!!" teriak Nyonya Clorie menggedor keras tapi Stella hanya diam berdiri di balik dinding ini.
Matanya terlihat begitu dingin menandingi suhu es yang tengah membeku.
"Stellaaa!!! Stelllaa, kau mau apaa??"
"Sudah cukup." gumam Stella mengepalkan tangannya. Mendengar hal itu Nyonya Clorie langsung paham kemana arah perlakuan Stella ini.
"T..tidak.. kau.. kau jangan berbuat sembarangan!!! Dengarkan aku!!!"
"Aku sudah puas mendengarkanmu. Kau..kau terlalu cerewet." gumam Stella meneteskan air matanya.
Ia sudah sangat lelah dan muak. Jika hanya dirinya ia tak masalah dan masih bisa bertahan tetapi ini.. Wanita yang begitu berusaha melindunginya terus menanggung derita yang sama.
"S..Stella. Kau..kau dengarkan aku. Jangan melakukan apapun yang semakin merusak hidupmu. Kau.. Kau masih sekolah, kau harus berhasil jangan sepertiku."
"K..kau sungguh menganggapku begitu?" tanya Stella tersenyum miris. Kalau bukan karna uang yang selalu ia setor ke Wenet maka sudah dari lama ia di Depak keluar.
"T..tidak. Kau..aku mohon, buka.. buka pintunya. Buka!!!"
Stella hanya diam. Ia segera pergi ke arah Dapur melihat ada pisau yang tengah tertancap di Lobak keranjang sayur.
Air matanya keluar tapi senyuman kebebasan itu akan segera ia rasakan. Tunggu beberapa saat lagi ia akan melakukannya.
"Stellaaaa!!!! Bukaaaa.. Bukaaaa. Hiks!"
Stella memejamkan matanya. Ia mengumpulkan kebencian dan amarah di dalam dadanya untuk segera menyudahi semua ini.
Kau.. Kau tenang saja. Mom! Aku akan melakukannya. Hidupku sudah lama hancur, aku.. Aku tak ingin kau menanggung ini terus menerus.
Batin Stella segera mengusap air matanya lalu melangkah keluar. Ia masih mendengar suara tertikam dan pemberontakan Nyonya Clorie tetapi ia akan sangat bahagia bisa membebaskan wanita itu.
"Kau.. Jaga dia!" tegas Stella pada Wings yang mendekat padanya.
Stella turun diikuti Wings yang tak mau di tinggal tetapi rantai ini membuat pergerakannya terbatas.
Alhasil Wings hanya bisa menggonggong pada Stella yang sudah masuk kedalam kabut badai. Mungkin ini kabut terakhir yang akan ia saksikan menenggelamkan wanita itu.
"Stellaaaaa!!!! Stellaaaa. Bukaa... Bukaaaa!!!"
Nyonya Clorie sekuat tenaga membuka pintu sampai akhirnya ia jatuh dengan isakan yang sangat menyedihkan.
Takut? Yah. Ia sangat takut terjadi sesuatu yang lebih buruk pada putrinya. Stella begitu nekat bahkan sudah beberapa kali melakukan hal yang merenggut nyawanya.
"T..tidak.. Aku..aku tak mau kehilangan lagi. T..tidak..hiks. J..jangan lakukan itu." isak Nyonya Clorie benar-benar ketakutan. Hanya Stella yang ia punya dan nyawanya tak akan ada arti apapun jika wanita itu meninggalkannya.
...
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
nevayyyegdgdvg
ngulang baca lagi 😅😅😅ketagihan dgn ceritanyaaaa
2023-10-19
0
Rika_Faris
emg ada kamar yg g berpintu ya??
2023-04-07
3
Tri Eni Lestari
miris bener tu nasib ibu dan anak...😭😭
2023-01-11
3