Sudah berhari-hari semenjak kepergian Stella. Nyonya Corlie jatuh sakit. Ia selalu memikirkan putrinya tanpa perduli kesehatannya sendiri.
Alhasil. Nyonya Herley yang memang perduli dan kasihan padanya merawat Nyonya Corlie yang selalu ingin mencari Anaknya di tengah kondisi tubuh yang tak memungkinkan.
Cuaca di luar masih saja membeku tetapi, Nyonya Corlie tak mau beristirahat saja. Ia terus ingin keluar tetapi Nyonya Herley berusaha memberi pengertian.
"S..Stella. Kau.. Kau dimana? Nak!" gumam Nyonya Corlie dengan mata sembab dan lingkaran menghitam pertanda ia kurang tidur.
Air matanya terus mengalir berusaha bangkit dari tempat tidur tapi Nyonya Herley menahan bahunya.
"Nyonya!"
"S..Stella."
"Dia pasti akan baik-baik saja. Kau jangan nekat ke luar." ucap Nyonya Herley tetapi Nyonya Corlie tetap kekeh ingin turun.
Alhasil ia jatuh karna tubuhnya benar-benar lemah.
"Stellaa!!! Aku..aku ingin putriku. Hiks! Tolong.. Tolong bawa dia padakuu!!" pinta Nyonya Corlie memeggang kaki Nyonya Herley yang kasihan.
"Aku.. Aku mohon. Aku mohon!"
"Jangan begini. Ayo istirahatlah." gumam Nyonya Herley segan tetapi Nyonya Crolie menggeleng kuat. Ia menunjuk ke arah luar ingin segera bertemu dengan anaknya.
"S..Stella.. Putriku. Aku..aku mohon!"
"Baiklah-baiklah. Aku akan usahakan."
"S..Stella.. Aku.. Aku mohon." gumamnya lagi benar-benar merasa cemas. Ia takut Stella melakukan hal yang bisa membuat dirinya dalam bahaya dan meninggalkannya di dunia ini sendirian.
"Tenanglah. Aku akan membantu mencari Stella. Sekarang kau istirahat dulu."
"S..Sekarang! Aku.. Aku ingin mencarinya aku.."
Kepala Nyonya Clorie tiba-tiba pusing dan akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri seperti biasanya. Melihat itu spontan Nyonya Herley langsung menopang tubuh Nyonya Corlie dan membantunya kembali berbaring di atas ranjang.
Wajah pucat wanita cantik ini benar-benar membuatnya prihatin. Sudah berhari-hari nyaris satu minggu Stella tak pulang-pulang ke Rumah ini.
"Aku akan berusaha menemukannya. Kau istirahatlah disini." gumam Nyonya Herley lalu menyelimuti Nyonya Corlie.
Ia masih ada di Rumah Tuan Rowan dan sering membawakan Makanan tetapi jarang dimakan Nyonya Corlie.
"Kau sudah selesai?"
Seorang pria paruh baya dengan tubuh gemuk datang dari arah pintu kamar. Ia adalah suami Nyonya Herley yang segera mendekat ke arah Tuan Bonat.
"Dia masih saja begini."
"Tenanglah. Nanti akan ku bantu mencari gadis itu." jawab Tuan Bonat mengerti. Ia juga tak masalah membantu Nyonya Corlie yang memang tak pernah mencari masalah.
Kelakuan Tuan Rowan mereka juga mengerti jika itu sama sekali tak ada hubungannya dengan Nyonya Corlie dan anaknya.
"Bagaimana cara mencarinya? Kita tak punya foto atau tahu dimana biasa dia pergi?"
"Aku punya beberapa kenalan di Kota. Nanti akan ku urus itu semua."
"Terimakasih. Aku harap dia cepat kembali." gumam Nyonya Herley merasa iba. Ia tak punya putri perempuan dan tentu Stella cukup membuatnya merasa keibuan.
.........
Sementara di ruang tamu yang semula rapi dan sangat bersih, sekarang berubah menjadi kandang babi. Begitulah kiranya keadaan ruangan yang membuat para pelayan bungkam hanya melihat dari jauh.
Serakan kulit buah ada dimana-mana dengan camilan ringan juga tampak bertebaran mengelilingi Sofa seorang wanita yang tengah mencoba peralatan Karoke yang hanya di jadikan pajangan.
Ia bernyanyi dengan suara begitu keras dan fals mengguncang Villa yang bergetar karnanya. Bahkan, orang-orang yang mendengarnya sampai menutup telinga.
l will kill you..(aku akan membunuhmu!!)
You will be gone as soon as possible
You pervert man!! Hope you're gone soon..
Teriak Stella tak sesuai dengan musik yang mengiringi kalimat lagunya. Padahal, itu bukan lagu melainkan karangan semua jenis makiannya untuk Xavier.
"Stella!! Hentikan ini semua!" kesal Efika merasa sangat nyeri mendengarnya.
Namun.Stella hanya pura-pura tak dengar. Ia bahkan menambah volume suara Speakernya membuat mereka segera membekap telinga.
"I Will Kill Yooouuu!!!!"
Braaakkk..
Benda itu pecah dengan sangat keras dan Mic yang Stella peggang juga ikut meledak. Spontan hal itu membuat Stella terkejut merasakan tangannya nyeri dan sakit.
Para pelayan di belakang sana segera pergi kala melihat sosok kelam itu sudah turun dengan wajah mengeras hebat.
"KAUU INGIN MEMBUNUH SEMUA ORANG. HA???"
"Tidak." jawab Stella seraya meniup-niup telapak tangannya dengan wajah tanpa dosa.
Dada Xavier memburu menahan gejolak amarah yang sudah mengubun. kalau bukan karna ia ingin tahu apa yang membuat Stella bertahan maka sudah sedari dulu ia mengoyak wanita ini.
"Kenapa kau merusaknya? Aku belum selesai."
"Sekali lagi kau melakukannya aku tak akan segan MEMBUNUHMU." tekan Xavier benar-benar emosi. Wajahnya sudah merah padam dan begitu frustasi mendengar keributan yang Stella lakukan.
Ia sudah sangat-sangat sabar bisa bertahan sampai detik sekarang dan Stella? Cih. Dia selalu saja mengundang mautnya sendiri.
"Kenapa kau marah? Aku hanya bosan." gumam Stella menggembungkan kedua pipinya terlihat sangat polos padahal otak liciknya bekerja.
"BOSAN. ?"
"Yah. kau tak memperbolehkan mereka berdekatan denganku. Lalu apa yang harus-ku lakukan selain seperti ini?!" ucap Stella mengusap penyangga lehernya.
Xavier yang tampak semakin naik pitam berusaha mengontrol dirinya. Ia mengambil nafas dalam untuk sejenak meredakan emosi.
"Kau jangan mencoba MENIPUKU."
"Cih. Kau pikir aku sudi. Ha?? Kalau bukan karna bosan lalu apa lagi?? Kau ini memang benar-benar menyebalkaan!!" cerocos Stella dengan dahi berkerut dan mata menajam. jujur wajah marah Xavier benar-benar menakutkan tetapi ia tak mau terlihat ciut.
"Kau ingin MATI?" Geram Xavier mengepalkan tangannya.
"Yah. LAKUKAN!" Tekan Stella membuat Xavier langsung ingin melangkah mendekat tapi untung saja Zion cepat masuk menyela di antara keduanya.
"Master!"
"Aku sudah tak tahan lagi. Dia memang ingin tiada!!" geram Xavier tetapi Zion memberikan pandangan yang seakan mengatakan INGAT TUJUAN KITA.
Tentu saat sadar akan hal itu Xavier segera mengusap wajahnya kasar. Baru kali ini ia merasa di perbudak oleh seorang wanita.
"Master! Tenanglah, aku akan mengurusnya."
"Kenapa diam? Ayo lakukan!! Aku menunggumu." sambar Stella memancing Xavier yang segera melewati Zion mendekat ke arah Stella yang terkejut saat Xavier mengayunkan tangannya.
"Aaaaa!!!"
Pekikan yang menduga jika Xavier ingin mencekiknya lagi. Tetapi, setelah beberapa saat ia merasa tak ada yang menyentuhnya hingga wajah pucat Stella segera menoleh ke arah Xavier.
"Takut?" tanya Xavier dengan seringaian iblisnya. Stella menelan ludah kasar dengan jantung memompa keras.
"Sialll! Dia mengerjaiku." batin Stella menormalkan raut wajahnya kembali angkuh dan sangat keras kepala.
"A.. T..tidak. aku tak takut."
"Cih." umpat Xavier langsung menarik lengan Stella yang putih bersih. Wanita ini hanya memakai Kaos polos lengan pendek dan Hotpants seperti biasa.
Tubuh indahnya tak bisa di sembunyikan bahkan Zion beberapa kali di buat gagal fokus.
"Kau mau apa?" tanya Stella kala melihat Xavier menatap misterius lengannya. Tiba-tiba saja ia merasakan dingin di kakinya sampai menjalar ke seluruh tubuh.
Lama Xavier mencari aliran darah Stella hingga ia sangat-sangat haus ingin mengisi tenaga kembali.
"Kauu...!!" Stella terpekik hebat kala Xavier mengigit bagian nadinya. Ia mencengkram punggung sofa menahan sakit dengan Zion yang pergi.
"S..Sakitt. L..lepaaass!!" geraman Stella tak di hiraukan Xavier. Taring tajamnya menancap dalam dengan mata Gray itu berubah merah menyala.
Stella tak berani memandangnya hingga ia hanya bisa merapatkan bibir karna menahan sakit yang teramat.
Setiap tegukan di kerongkongan Xavier mengalirkan rasa segar dan berenergi yang kuat. Ia merasa kekuatannya begitu meningkat dengan sangat pesat.
Namun. Matanya menatap wajah pucat Stella yang sudah berkeringat dingin. Pastinya tenaga Stella terkuras hingga tampak sangat pucat.
"S..sakitt."
Dengan segera Xavier melepas gigitannya. Darah itu masih tersisa di bibir Xavier yang menjilatinya dengan bersih.
"K..kau.." lemah Stella dengan nafas terengah. Ia merasa tubuhnya begitu lemas dan sakit.
Melihat itu Xavier kembali menormalkan keadaanya. Ia menopang bahu Stella yang ingin tumbang ke lantai.
Stella syok melihat bekas gigitan Xavier berubah membiru dan berurat mengakar di lengannya. Hal ini tampak begitu mengerikan.
"A .apa aku akan mati?" tanya Stella lirih. Nafasnya terengah melihat wajah Xavier begitu bersih dan semakin tampan dari yang biasa. Bahkan, ia begitu terlihat muda dan menawan.
"Hm."
"B..belum? Kalau..kalau begitu gigit la.."
Stella bungkam kala Xavier sudah menghunus dengan tajam. Ia segera mengangkat Stella ringan ke dalam pelukan kekarnya.
Tanpa banyak bicara lagi. Xavier membawa Stella keluar dengan Zion dan yang lain hanya bisa diam membiarkan Masternya ke atas.
Tak ada raut berlebih dari wajah dingin Xavier yang mempercepat langkah masuk ke kamarnya.
"K...kau.."
Stella tak bisa berkata banyak karna kepalanya pusing. Xavier benar-benar menguras tenaganya padahal itu hanya sebentar.
Ia pasrah dibaringkan ke atas ranjang dengan Xavier yang segera melihat lengan Stella yang ia gigit tadi.
"Lukanya."
Batin Xavier heran melihat luka gigitannya sudah tak berdarah lagi. Bahkan, kulit Stella bisa menghentikan pendarahan yang ia buat di bagian nadi wanita ini.
"A..apa aku akan mati?"
"Yah."
"Kapan?" tanya Stella sayu-sayu menatap Xavier yang melakukan sesuatu pada lukanya. Yang jelas ia merasakan hawa dingin itu mulai menutupi rasa sakit di tubuhnya.
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lenong
pantesan Stella manggil Xavier nyamuk, abis suka ngisap darah sih😁😁😁
2023-09-09
0
💞 RAP💞
ap vampir atau sejenis ap ya xavier atau dukun ap bagaimana..abis minum darah jd lbh muda ganteng
2023-05-01
0
hartatik hartatik
stella istimewa
2023-02-14
0