Pagi pun menyapa. Mentari di atas sana sudah mulai menampakan dirinya tanpa malu-malu atau segan terhadap awan gelap yang sudah mulai berangsur menjauh.
Cuaca yang hangat dengan suasana sejuk yang alami dari pantai yang tak jauh dari Villa membuat semuanya menjadi bersemangat.
Begitulah kiranya tatapan netra biru laut itu memandang ke arah kaca Balkon yang tampak begitu indah.
Kilau emas yang tak terlalu terik memancar tepat menyelubungi Villa yang selama ini sudah di tutupi cuaca suram.
"Mentari-nya sangat cerah." gumam Stella bersandar ke kepala ranjang tak melepas pandangan ke arah sana.
Ia baru saja bangun tetapi matanya sudah di hadapkan dengan hal semacam ini. Berbeda dengan Stella yang menyukai nuansa emas itu,Xavier justru memilih menggulung tubuhnya ke dalam selimut yang juga di pakai oleh Stella.
Keduanya semalam tidur satu ranjang. Stella tentu saja menolak dan memberontak tetapi karna tubuhnya lemah alhasil ia hanya pasrah. Toh Xavier juga tak bisa di lawan.
"Heyy!" siku Stella mendorong bahu Xavier yang enggan untuk keluar dari gulungan selimutnya.
"Ayolah. aku belum pernah melihat pemandangan seindah ini di pagi hari."
"Hm."
Hanya gumaman kecil yang membuat Stella naik darah. Ia memilih turun dari ranjang lalu melangkah ke arah kaca Balkon yang tertutup rapat. Tirai-tirai yang menutupi cahaya itu masuk Stella tarik ke pinggir hingga membuat Xavier menggeram karna merasa terganggu.
"Tutup tirainya!!"
"Cahaya matahari bagus untuk tubuh." gumam Stella membiarkan cahaya itu masuk menyirami tubuhnya.
Hal itu membuat Xavier naik pitam segera menyibak selimutnya kasar dengan raut wajah mengeras ke arah Stella yang terlihat merenggangkan tubuhnya.
Namun. Ia terpaku diam kala melihat keindahan purnama di pagi hari ini lebih membuatnya terpesona.
Tubuh yang sangat sempurna tak ada cacat sama sekali. Wajah cantik mulus Stella bak dewi surga yang disinari oleh sang mentari pagi. Leher wanita itu masih dibaluti penyangga tetapi tak menyurutkan pesonanya.
Merasa di pandangi dengan dalam. Stella menoleh kebelakang hingga melihat wajah Tampan Xavier tengah tak berkedip menatapnya.
Ada yang salah dariku? Pertanyaan di benak Stella menelisik penampilannya. Kaki jenjang yang tak lagi memperlihatkan bekas luka dengan bokong berisi dan begitu juga dadanya. Ini idaman lelaki bukan?
Cih. Dasar messum.
"Ehmm!" Stela berdehem menyadarkan Xavier dari lamunan panjangnya. Pria bermanik Gray itu segera mengalihkan pandangan ke arah lain dengan wajah yang sedikit kaku.
"Kau lihat apa?"
Xavier hanya diam. Ia mengusap wajahnya seakan tak mendengar pertanyaan yang di lontarkan Stella padanya.
"Kau lihat apa??"
"Tirai!" jawab Xavier singkat lalu turun dari ranjang. Ia melangkah menuju pintu kamar mandi yang segera ia tutup kuat.
Stella hanya melempar tatapan sinisnya lalu kembali melihat ke luar dimana cuaca cerah ini benar-benar mengembalikan mood bagusnya.
"Sudah lama aku tak melihat cuaca secerah ini. Aku rasa di luar akan lebih indah." gumam Stella melenturkan tangannya. Ia beralih mengusap leher yang berpenyangga.
Rasa sakit itu sudah tak begitu terasa lagi dan ia yakin ini bisa di lepas.
"Kau yang di dalam kamar mandi!!" panggil Stella masih menatap keluar. Tak ada jawaban apapun dari sang empu yang ntah melakukan apa di dalam sana.
"Kau mendengarku???"
"Hmm!"
"Kapan pria berkacamata itu akan melepas penyangga leherku?" tanya Stella mengusap bagian lehernya.
Tak ada jawaban apapun dari dalam sana. Suara gemericik air membuat Stella menghela nafas. Nyatanya pria itu mandi dan sangat mengherankan.
"Dia itu sebenarnya sebangsa apa? Jika Vampir, kenapa tak terbakar jika terkena matahari?!"
Stella bertanya-tanya seraya berbalik kembali melihat lukisan-lukisan yang menyeramkan disini. Yang jadi fokus utamanya adalah lukisan Kelelawar yang tampak masih saja memandang kearahnya.
Lama Stella mengamati ruangan ini sampai tak sadar jika pintu kamar mandi yang sama dengan warna dinding ini terbuka.
Ia mundur karna merasa ngeri dengan tatapan merah hewan liar satu ini hingga tak menyadari jika Xavier berdiri di belakangnya hanya dibaluti handuk saja.
Alhasil ia mundur satu langkah ke belakang langsung bertabrakan dengan dada bidang basah Xavier yang menahan bahu Stella agar tak jatuh.
"Kauu.."
Stella berbalik tetapi seketika matanya melebar nyaris keluar kala melihat Xavier dengan tubuh kekar nan atletis ini berdiri tinggi di hadapannya.
Rambut yang basah bahkan masih ada tetesan air yang mengalir seksi di dada bidang dan Perut berkotak yang begitu berotot.
Tanpa sadar Stella menelan ludahnya karna tak tahan akan pesona berat Xavier yang menyeringai licik.
Ia mengangkat tangan Stella yang masih melamun menyentuh dadanya.
"Peggang saja!"
"A..aku.."
Stella tersadar segera menyentak tangannya. Ia sulit untuk bergerak apalagi wajahnya sudah memerah panas berusaha menghindari Xavier yang menarik sudut bibirnya samar.
"A.. Aku.. Aku ingin ke..ke kamar mandi!! Awaas!!"
Stella menerobos masuk ke dalam sana seraya menutup pintu dengan rapat. Xavier hanya melirik dari ekor matanya lalu kembali masuk ke Walkcloset yang memang ada ruangan tersendiri.
Kamar ini memang terlihat tak begitu luas tetapi untuk tempat-tempat khusus Xavier di desain tak terlalu mencolok.
Sementara di dalam kamar mandi sana. Stella langsung merapat ke pintu dengan tangan memeggangi dadanya.
Kenapa jantungku? detakannya begitu cepat. Tolong berhentii.
Batin Stella benar-benar merasa gugup. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Sangat merah bahkan terlihat begitu malu.
Padahal ia sudah banyak melihat tubuh kekar lelaki tapi Tubuh Xavier benar-benar seksi dan pas. Keperkasaan pria itu menguar membuat jiwa kewanitaannya memberontak.
"Tidak.itu.. Itu bisa saja. Biasa saja, Stella! Jangan terlalu berlebihan." gumam Stella menepuk-nepuk pipinya. Sialnya bayang-bayang kekekaran itu membuat otak Stella seketika berkeliaran sampai ke menara tertinggi.
"Nooo! Pergilah dari kepalakuu!!" pekik Stella tertahan mengetuk kepalanya sendiri. Ia tersenyum malu membekap wajahnya lalu segera menormalkan raut wajahnya.
"Cepatlah keluaaar!!!"
"A..sebentar!!" jawab Stella kala mendengar panggilan Xavier yang menendang kecil pintu kamar mandi.
Stella membuat wajahnya sejutek mungkin lalu keluar menatap tajam Xavier yang tampak sudah rapi dengan kemejanya. Pria ini tengah memakai jam tangan di dekat ranjang.
"Cih. kau ini sebenarnya apa?"
Xavier hanya diam merapikan penampilan sempurnanya. Ia hanya melirik kecil Stella lalu mengabaikan wanita itu.
"Kenapa kau tak terbakar? Aku lebih suka melihat daging pagang pagi-pagi begini." ketus Stella memancing amarah Xavier yang hanya diam mengambil ponsel di atas nakas tempat tidur.
Melihat Xavier mengacuhkannya. Stella langsung pergi ke arah kaca Balkon semakin membuka lebar tirai membuat cahaya itu masuk menyinari tubuh Xavier.
Sayangnya tak ada apapun yang terjadi membuat dahi Stella mengkerut.
"Kenapa tak terbakar?"
Xavier menarik sudut bibirnya pelit. Wanita ini terlalu ceroboh dan selalu ingin tahu.
"Sudahi tingkah konyolmu!"
"Terbakar!!! Ayo terbakaar!!" harap Stella menunggu membuat Xavier menggeleng saja. Ia membiarkan Stella mengumpat sendirian lalu melangkah keluar dari kamar.
Cih. Dia tak tahu rahasia besar Keluarga Elbrano bagaimana?!
....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lenong
lagi orasi bu.. 😊😊
2023-09-09
0
Jjlynn Tudin
🤣🤣🤣🤣
2023-09-01
0
Sri Bayoe
keren
2023-06-08
0