Part 20 : Gideon Dikerjain

"Ayo naik, Sayang!" kata Gideon sambil mengerling jahil.

"Maaf, Bang! Aku gak jadi ikut, mending aku pulang saja," kata Thalita dingin.

"Kok gak jadi? Nanti Karin sama Deasy nungguin kita gimana? Kan kasihan."

"Ya Abang aja yang nyusul mereka ke mall, aku bisa pulang sendiri naik ojek."

"Ya janganlah! Itu namanya gak setia kawan. Lagian kalian kan udah janjian, masa malah pulang sih? Ingat lho, Tha, janji itu harus ditepati!"

"Oh, aku baru tau, kalau janji itu harus ditepati. Aku kira, janji itu dibuat untuk dilanggar," kata Thalita sinis.

"Maksud kamu apa, Sayang?"

"Kita udah putus, Bang. Gak ada hubungan apa-apa lagi. Jangan panggil aku dengan panggilan yang baru kamu ucapkan, geli dengarnya!"

Gideon menghela napas. Bukannya dia lupa, sudah putus dengan Thalita, tapi cowok itu berharap hubungan mereka masih dapat diperbaiki.

"Maaf, Tha! Abang susah menghilangkan panggilan itu, udah terbiasa, jadi keceplosan."

"Lain kali, jangan dibiasakan! Thalita cabut dulu, Bang, titip salam buat Deasy dan Karin!"

Thalita berjalan pergi, tak menghiraukan Gideon yang memanggil namanya. Bahkan ketika Gideon membawa motornya untuk mengejar Thalita, cewek itu tetap tak peduli.

"Tha! Tunggu! Maafkan Abang, ya! Ayo deh, Abang antar kamu pulang, kalau memang gak mau nyusul Deasy dan Karin."

"Thalita bisa naik ojek," tolak Thalita tanpa menoleh.

"Ayolah, Abang antar! Sebagai permintaan maaf Abang sama kamu."

Thalita berhenti sejenak, kemudian menatap Gideon dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

"Abang ngerti bahasa Indonesia gak sih? Thalita gak mau diantar sama Abang, lebih baik Thalita naik ojek. Thalita gak mau ribut sama Kak Moses, gara-gara Abang maksa ngantar Thalita pulang."

Ada rasa sakit di dada Gideon, mendengar perkataan Thalita. Cowok itu sadar, saat ini gadis di hadapannya memang sudah jadi milik orang lain. Dia tak berhak lagi atas Thalita.

"Baiklah, Tha. Kalau begitu Abang duluan, kamu hati-hati ya!"

Thalita hanya mengangguk, kemudian melanjutkan berjalan, meninggalkan Gideon yang masih termangu.

Sampai di depan kampus, Thalita segera mencari ojek yang akan mengantarnya pulang. Setelah Thalita pergi,Gideon memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Gideon memarkir motornya di depan rumah. Cowok itu merasa heran, ada motor milik Deasy di depan rumahnya. Si empunya, sedang asik bercanda denga Karin sang adik. Padahal mereka berdua tadi ngajakin ketemu di mall. Dengan kesal Gideon menghampiri mereka, dan menjitak kepala Karin.

"Kalian mau ngerjain aku dan Thalita, ya?!!"

"Aw, sakit tau, Bang!" protes Karin sambil mengelus kepalanya.

Deasy tertawa ngakak, melihat pertengkaran kakak beradik itu. Mereka berdua memang jarang aku kalau ketemu, tapi akan merindu kalau berjauhan.

"Lho? Thalita mana, Bang?" tanya Karin sambil celingukan mencari keberadaan Thalita.

"Thalita ngambek sama Abang, gara-gara kalian berdua. Pokoknya kalian harus tanggung jawab! Kalian harus bisa bikin Abang dan Thalita balikan! Gak mau tau, gimana caranya."

Deasy dan Karin saling pandang. Mereka berdua sedikit takut, karena Gideon sedang merajuk. Akal-akalan mereka untuk mengerjai Gideon dan Thalita, agaknya gagal total. Mereka harus siap, kalau Gideon minta pertanggung jawaban.

"Jadi gini, Bang. Tadi itu emang kami berdua udah merencanakan, agar Abang dan Thalita pergi berdua saja. Makanya kami langsung kemari, gak ke mall. Kami lihatnya, Abang dan Thalita itu sama-sama masih saling sayang, cuma gengsi aja," jelas Deasy.

"Iya, Bang. Harusnya, Abang itu berterima kasih sama kami berdua, kami udah susah-susah merencanakan semua ini. Tapi abangnya aja yang beg*, gak bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik," imbuh Karin.

"Gitu, ya? Jadi kalian berdua ini menganggap diri kalian lebih pinter dari Abang?" tanya Gideon kesal.

Keduanya hanya mengangguk-angguk seperti boneka, tak berani menatap Gideon yang mulai tampak emosi. Mereka pernah melihat Gideon marah, dan mereka merasa ngeri.

"Kalian tau? Tadi itu Thalita ngamuk sama Abang. Dia mengira, Abang yang membuat rencana ini untuk menjebak dia. Kalian tau nggak, gimana rasanya diamuk oleh orang yang disayang? Sulit tau! Mending juga diamuk oleh dosen killer."

Karin dan Deasy saling pandang tak mengerti. Apa coba hubungan Thalita dengan dosen killer? Apa mereka melakukan affair? Otak keduanya tak sampai, untuk dapat memahami omongan Gideon.

"Terus, Thalita gimana tuh, Bang?" tanya Karin takut-takut.

"Ya ngamuk, gak mau Abang antar pulang, dia pilih naik ojek," kata Gideon lemah dan mata berkaca-kaca.

Kembali Karin dan Deasy saling pandang. Mahluk antik di depan mereka ini memang sangat antik. Baru sebentar tampak emosi sampai mau makan orang, sekarang sudah berubah jadi lembek kayak agar-agar. Cinta memang membingungkan.

"Abang gak maksa dia buat diantar pulang? Gimana tuh kalau Thalita sampai diculik tukang ojek? Kan sekarang lagi marak kayak gitu, tukang ojek modus ke penumpang. Apalagi Thalita itu imut, sasaran empuk tau. Gimana sih Abang ini?"

Deasy merepet kayak petasan, membuat Karin melongo dan Gideon menangis karena menyesal, tak mengantarkan Thalita pulang. Melihat ekspresi Gideon, Deasy tertawa dalam hati.

"Coba deh kalian telepon Thalita, tanyain udah sampai di rumah apa belum! Abang jadi takut dia kenapa-napa, hiks," pinta Gideon sambil mewek.

Deasy berusaha menahan tawa yang hampir pecah. Gadis itu berusaha menyamarkannya dalam batuk-batuk kecil. Sedang Karin menoleh ke arah lain, sambil nyengir.

"Ayo, cepat telepon Thalita! Kok malah diam aja sih?" kata Gideon kesal.

"Kenapa gak Abang sendiri aja yang nelpon? Kan harusnya Abang yang bertanggung jawab. Kan Abang yang terakhir kali bersama Thalita," elak Karin.

"Kalau Abang yang nelpon, pasti dia gak mau angkat, kan dia lagi ngamuk sama Abang, hiks."

"Hadeh! Payah bener sih abangku satu ini. Mana cengeng lagi, gitu doang udah mewek!" gerutu Karin.

"Bukan Abang cengeng, tapi Abang tuh lagi khawatir sama Thalita. Gara-gara kalian juga tuh, Thalita jadi ngambek sama Abang, hiks."

"Cup cup cup! Udah, Bang! Jangan mewek! Tar ada Tante, kita diomelin, dikira menganiaya Abang. Deasy telpon deh, Thalita nya," kata Deasy mengalah.

Deasy segera mengutak-atik ponselnya, tak lama kemudian gadis itu tampak asik bertelepon sambil tertawa-tawa. Gideon yang melihatnya semakin kesal. Apalagi Deasy mengatakan kalau Gideon sampai nangis karena khawatir. Karin cuma nyengir sambil garuk-garuk kepala yang gatal karena ketombe.

"Udah, Bang! Jangan nangis lagi! Thalita udah sampai rumah dengan selamat kok," kata Deasy setelah mengakhiri telepon.

Gideon tak menjawab, cowok itu langsung masuk aja ke dalam rumah tanpa menoleh lagi. Karin dan Deasy jadi tak kuasa menahan tawa. Keduanya terbahak sambil memegangi perut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!